Dunia sepakbola merupakan satu di antara cabang olahraga yang banyak penggemarnya. Pertandingan sepakbola di negara mana pun pasti tak sepi pengunjung. Lantas, ada yang berkomentar, sepak bola tanpa penonton adalah hambar.
Memang
penonton yang mendukung timnya adalah aset olahraga. Dari mereka, olahraga bisa
berjalan. Mereka bisa disebut sebagai pemain cadangan kelas dua. Mereka
menyumbang klub sepakbola, menyumbang penyelanggara pertandingan, dan
sebagainya.
Penonton
setia adalah pendukung setia sebuah klub. Masing-masing klub punya pendukung.
Dan, masing-masing kelompok membentuk tim pendukung. Maka, pendukung tak jarang
bertindak anarkistis demi membesarkan dukungannya.
Saya
tertarik soal isu pendukung. Mendukung berarti memberi semangat, dukungan.
Penonton yang berteriak di sekitar lapangan adalah juga pendukung. Pendukung
bersuara. Dan ada juga pendukung tak bersuara. Tetapi namanya pendukung ya
pasti bersuara. Bagaimana mendukung dalam diam?
Ya
bisa saja orang bisu mendukung klub tertentu. Tampak dia mendukung dalam diam,
tetapi sesungguhnya dia mendukung dalm aksi. Dia bisa saja membeli tiket
pertandingan klub pendukungnya, mencetak poster nama klub dukungannya, dan sebagainya.
Banyak cara untuk mendukung. Tetapi sesungguhnya apa hakikat pendukung klub
sepakbola?
Sikap
teman saya selalu menjadi ajang ejekan dalam tontonan sepak bola. Pada awal
menonton, dia tidak menyatakan dukung klub mana. Pada akhir, dia dengan suara
lantang mendukung tim yang kalah. Menurutnya, tim kalah harus didukung. Untuk
apa dukung tim yang menang?
Tim
kalahlah yang harus didukung agar tim ini bisa menang. Kemenangan memang boleh
jadi sebuah keberuntungan. Tetapi memberi dukungan adalah hal lain yang juga
perlu.
Saya
juga setuju dengan ide teman saya ini. Saya mendukung tim yang kalah agar bisa
menang. Semalam, saya mendukung timnas Indonesia meski kalah. Dan, seorang
teman pembaca tidak bisa mengerti mengapa saya mendukung tim yang kalah. Dia
memang tidak mau tahu dengan alasan saya. Dia juga tampaknya berpaku pada
aturan main yang umum, dukung yang menang, abaikan yang kalah.
Saya
mendukung tim yang kalah agar menang. Tampak aneh dan memang aneh untuk pembaca
umumnya. Mengubah logika berpikir mendukung yang menang ke mendukung yang kalah
memang sulit. Sebab, logika lama sudah tertanam kuat. Saya semula tidak
memahami ide teman saya. Tetapi lama-lama saya setuju dengan ide itu. Saya
mesti mendukung yang kalah supaya menang. Apakah dukungan saya itu bisa membuat
tim menang?
Itu
soal lain. Saya hanya mau mendukung. Soal menang atau tidak tergantung banyak
pihak. Klub, pemain, wasit, dan sebagainya. Tetapi saya punya misi yang jelas.
Mendukung supaya menang.
PA,
9/6/13
Gordi
Post a Comment