Halloween party ideas 2015

Kita sering membuat janji. Kita juga sering mengingkar janji. Antara janji dan menepati janji ada perbedaan tipis. Karena tipisnya janji dan tidak tepat janji menjadi hal yang sulit dibedakan.

Saya membuat janji. Dan berjanji untuk menepatinya. Tetapi tiba-tiba ada halangan. Dan janji itu pun tidak ditepati.

Rekasi yang muncul biasanya marah. Seorang cewek marah karena cowoknya tidak jadi malam mingguan. Seorang cowok marah karena ceweknya tidak mengangkat teleponnya.

Reaksi yang muncul bukan saja marah. Setelah marah muncul prasangka. Ada apa dengan cewek dan cowokku ini? Mungkinkah dia dengan yang lain? Mungkinkah dia mau mendua hati? Prasangka yang muncul bermacam-macam.

Tak pernah tebersit dalam pikiran bahwa kalau janji tidak ditepati berarti ada sebabnya. Penyebabnya ini yang mestinya dicari sebelum memberi reaksi. Tetapi justru mencari penyebab inilah yang jarang dilakukan. Boro-boro mencari penyebab, nada emosional sudah muncul.

Kalau dipikir-pikir energi psikologis yang disalurkan dalam bentuk marah itu sebenarnya bisa dialirkan sebelumnya dalam aktivitas mencari alasan. Tentu ini butuh perjuangan. Sebab, emosional mudah tersulut. Rangsangannya bisa macam-macam. Sementara mencari adalah sebuah proses yang menuntut kesabaran.

Antara emosional dan kesabaran memang terbentang jurang yang dalam. Saking dalamnya, kedua sifat manusia ini sulit disatukan. Sulit digabungkan. Keduanya tetap menjadi hal yang bertolak belakang. Antara keduanya tetap ada jurang.

Meski jurangnya dalam, manusia toh bisa mengatasi jurang ini. Ibarat anak SD bermain outbound, berjalan di atas tali yang dibentangkan di atas jurang. Manusia bisa meredam prasangka dan mengalihkannya untuk mencari penyebab.

Kalau anak kecil bisa menjaga keseimbangan saat berjalan di atas tali, maka manusia sebenarnya bisa meredam emosional. Ini butuh kesediaan seluruh indera manusia. Paling tidak, otak dan perasaan harus dikendalikan. Dua indra ini berperan penting.

Jika tidak, prasangka akan meledak menjadi bom kehidupan bersama. Keluarga retak, salah satu di antara sekian penyebabnya, justru karena prasangka. Pasangan suami-istri gagal mengolah emosional menjadi tindak-sabar. Padahal ini semsetinya bisa dilakukan.

Tetapi, kalau mau lebih bagus lagi, janji-janji itu mesti ditepati, mesti dipenuhi. Jangan berjanji jika tak mampu menepatinya. Berjanjilah untuk menepati janji. Dan, jangan memberi harapan yang besar terhadap sebuah janji, jika itu belum dipastikan bisa dipenuhi.

PA, 26/5/13

Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.