Barang
berharga selalu menjadi rebutan. Emas adalah salah satu di antara sekian barang
yang berharga. Ada laptop, tablet, hp canggih, dan sebagainya. Emas dan semua
perhiasan emas menjadi target para pencopet.
Pencopet
makin gila meraih barang tersebut. Di kereta, terminal, ruang tunggu, angkutan
umum, dan tempat umum lainnya, terjadi perampasan emas. Yang paling rawan
adalah kalung emas.
Ada
pencopet yang makin gila lagi. Tidak puas dengan perhiasan emas, toko emas pun
dibabat. Pemilik dan penjaganya dibekuk dengan senjata, barangnya dijarah. Ini
pencurian besar-besaran. Bukan main untungnya jika emas tersebut laku. Dan
bukan main ruginya bagi pemilik toko emas. Satu kilo gram emas saja, sudah
menjanjikan duit melimpah bagi pencopet.
Pencopet
tidak akan pernah jera. Dari toko emas ke toko emas, selalu kecolongan. Di
beberapa kota, toko emas selalu menjadi target pencopet, selain mini market.
Masyarakat kiranya sudah sampai pada bahaya ketakutan berhadapan dengan
pencopet emas. Lebih parah lagi jika pemilik toko dihajar habis-habisan.
Mau
jadi apa negeri ini? Mulianya logam emas itu, dikotori isu pencopetan emas.
Memang emas itu menjadi perbincangan hangat di masyarakat negeri ini. Di
beberapa tambang emas di negeri ini, masyarakat selalu rugi. Lingkungan sekitar
mereka rusak, tidak ada untung bagi mereka, kemiskinan kian mengancam, dan
sebagainya.
Singkat
cerita, emas itu mulia. Namun pemiliknya tidak mulia. Pemakai kalung emas siap
jadi target pencopet. Masyarakat dis ekitar tambang emas siap menderita
kerugian lingkungan jika ada usaha tambang.
Emas
itu mulia namun menjadi rebutan. Maka, emas yang mulia itu di satu sisi menjadi
tidak mulia. Justru menjadi sumber konflik dan kekerasan dalam masyarakat.
PA,
14/3/13
Gordi
Post a Comment