Dewi Fortuna Membalas Tangisan Ronaldo
gambar dari Frank Fife/AFP |
Dewi fortuna datang tiba-tiba. Tidak ada yang bisa memprediksinya. Itulah
sebabnya, jika ia datang, banyak yang kaget.
Rasa kaget itu juga yang menghinggapi
seantero dunia malam ini di Prancis-Eropa atau pagi-pagi buta waktu
Indonesia-Asia. Sungguh, para fans dari Ronaldo dkk merasa kaget. Rasa kaget
itu muncul tak lain karena dewi fortuna mengantarnya pada Ronaldo dkk.
Dewi fortuna itulah kekuatan dari klub
Portugal pada piala Eropa tahun 2016 ini. Dewi fortuna itu sempat kami
perbincangan usai makan malam Minggu kemarin. Teman saya yang Italia menjagokan
Prancis. Tetapi, ia tidak yakin.
Katanya, “Saya menjagokan
Prancis karena Italia sudah kalah.”
Saya menjawabnya, “Io tifoso per il
portogallo, saya menjagokan Portugal.”
Dia lalu menatap sinis, “Prancis lebih
kuat dari Portugal.”
“Memang Prancis lebih kuat tetapi dewi
fortuna selalu datang membantu Portugal,” balas saya.
Dialog tentang dewi fortuna ini
rupanya benar-benar terjadi. Jika benar Prancis menang malam ini, teman saya
benar-benar bangga. Meski dia tidak 100% mendukung Prancis, bagaimana pun
prediksinya tepat. Sebaliknya, jika Portugal menang, apa yang saya ramalkan,
benar-benar terjadi. Jadi, dewi fortuna itu memang lagi-lagi datang pada saya.
gambar dari www.telegraph.co.uk |
Saya benar-benar senang
dengan kemenangan Ronaldo dan kawan-kawan. Kemenangan yang tak terbayangkan.
Memang, itulah ciri-ciri dewi fortuna. Tidak ada yang membayangkannya. Kalau
pun ada, bisa jadi benar dan bisa jadi kalah. Sulit memberi prediksi yang lebih
dari 50%.
Portugal memang tidak
dijagokan. Publik cenderung menjagokan Prancis. Di status media sosial seperti
facebook, dukungan untuk Prancis datang bertubi-tubi. Sebelum pertandingan dan
saat pertandingan berlangsung.
Dukungan itu semakin kuat,
kala Ronaldo harus keluar di menit ke 24. Kepergian Ronaldo seolah-olah menjadi
penentu kemengan untuk Prancis. Maka, Portugal pun hampir pasti akan kalah di mata publik. Pandangan publik
ini kiranya makin dikuatkan dengan tetesan air mata Ronaldo.
Sejak cedera lutut kiri untuk pertama
kalinya, Ronaldo memang sudah meneteskan air mata. Seolah-olah, dia tidak punya
harapan lagi. Kehadiran teman-temannya di lapangan untuk membangkitkan semangatnya
tak mampu membuatnya bangkit. Dia duduk lemas sambil meminta bantuan.
Dia pun keluar untuk
sementara. Di luar, regu kesehatan
memberinya semangat. Lantas, dia masuk lagi meski tidak bangkit 100%. Ronaldo
memang tak beruntung. Banyak yang berkomentar, dia masuk dengan kekuatan hanya
lutut kanan saja. Mengandalkan satu kaki saja memang akan sulit.
perayaan kemenangan |
Kesulitan ini bertambah saat pemain
Prancis, Payet, memberinya sekali lagi teken tepat pada lutut kiri. Ronaldo
betul-betul hilang harapan. Dia mengekspresikan suasana hatinya bukan saja
dengan tetesan air mata lagi. Tetapi, dia mencabut ban kapten dari lengan
kirinya. Membuangnya ke lapangan, lalu menjatuhkan diri. Saat itulah dia merasa
kalah. Menatap regu kesehatan dengan tatapan kekecewaan. Ronaldo pun dibawa
keluar.
Portugal sampai titik ini betul-betul
dinilai tak berdaya lagi. Publik pun setuju dengan penilaian ini. Harapan untuk
menang telak ada pada pihak Prancis. Puyet dan kawan-kawan merasa akan dengan
mudah meraih kemenagan itu. Ini yang terbaca oleh publik.
Kalau pun Prancis akan menang, hati
Puyet kiranya tidak tenang. Dialah ujung tombak yang membuat permainan malam
ini kurang indah. Payet menguburkan impian publik Portugal untuk melihat
langsung aksi idola mereka, Ronaldo. Payet memang merasa tidak tenang.
Tekelannya membuatnya tidak bisa bermain indah. Dia pun akhirnya keluar pada menit ke-56. Publik
Portugal pun risau.
Kerisauan publik Portugal
ini berubah menjadi kekuatan baru bagi pemain Portugal. Setelah menerima ban
kapten dari Ronaldo, Nani menjadi pemimpin Portugal di lapangan hijau. Di hadapan penonton Prancis dan Portugal, dia mengarahkan
teman-temannya untuk bermain dengan semangat baru. Semangat inilah yang membuat
mereka bermain dengan tenang.
Pelatih Portugal Fernando
Santos pun dengan tenang membimbing anak asuhnya. Nani, Pepe, Fonte, dan
Sanches berusaha untuk mengimbangi permainan Prancis. Nani dan Sanches berjuang
dengan sekuat tenaga. Mereka lah yang
dengan tenang mengejar bola di segala lini. Depan dan belakang. Sanches dengan
kemampuannya berlari kencang dan kelincahan mengocek bola, mampu merebut bola
dari para pemain Prancis.
Pepe dan Fonte juga
demikian. Mereka berdua berusaha bukan saja menghadang ujung tombak Prancis
seperti Griezmann dan Evra, tetapi juga berusaha membuang bola ke depan.
Uniknya mereka bermain tenang. Sesekali mereka mengamankan bola di wilayah bek,
maju sedikit ke wilayah tenang, atau juga mengembalikan ke penjaga gawang.
Inilah cara mereka bertahan.
Usaha Nani dkk pun
berbuah. Mereka bisa bertahan imbang sampai babak kedua. Mereka laju ke babak
berikutnya yakni 2 kali 15 menit. Di sini, ritme permainannya agak riskan.
Siapa yang pertama mencetak gol, dialah yang menang. Tidak ada lobi-lobi lagi.
Dengan tenang juga, Nani
dkk mampu menahan imbang laju permainan Prancis yang menguasai 55% pertandingan
itu. Boleh dibilang, babak pertama dari pertambahan waktu itu berjalan mulus
untuk kedua kesebelasan. Kemenangan itu kiranya muncul di babak kedua dari
perpanjangan waktu ini. Hanya berharap pada keuntungan.
Dan benar yang
diprediksikan. Keberuntungan, dewi fortuna, itu berpihak pada Nani dkk. Eder
yang menggantikan Sanches pada menit ke-79 mampu menjebol gawang tuan rumah
Prancis pada menit ke-109. Melewati dua bek Prancis, Eder maju dengan percaya
diri yang tinggi. Tendangannya tak mampu dihadang oleh kiper Prancis Hugo
Lloris. Bola pun masuk jala pertahan mereka. Portugal menang.
Eder berlari, menjauh dari
gawang Prancis. Teman-temannya berlari ikut mengejarnya. Di luar lapangan
pelatih dan Ronaldo serta para pemain cadangan berjingkrak-jingkrak merayakan
kemenangan ini. Ya, betul-betul kemenangan yang tak terduga.
Dewi fortuna memang datang
tak terduga. Ronaldo beruntung lagi. Dewi fortuna betul-betul menjawab
keinginannya. Boleh jadi sang dewi, melihat tetesan air mata Ronaldo. Ronaldo
ingin mengukir sejarah untuk bangsanya tahun ini. Dan, sejarah itu pun
benar-benar terjadi malam ini.
Sejarah itu mengizinkan
Ronaldo, Nani, Pepe dkk mengangkat piala kemenangan itu. Di hadapan para petinggi publik sepak bola Eropa,
pelatih Portugal, Fernando Santos, mengambil piala. Ronaldo mengangkatnya untuk
pertama kali. Lalu, Pepe dan Nani.
Nani dkk menampilkan
wajah kerendahan hati yang mendalam. Nani menerima ban kapten dari Ronaldo lalu
menyerahkannya pada Ronaldo saat mereka menang. Dengan sikap rendah hatinya
ini, Nani menunjukkan pada publik bahwa kemenangan itu adalah keberuntungan.
Maka, dia pun tidak ingin tampil sebagai kapten saat mengangkat piala itu. Dia
hanya beruntung menjadi kapten dalam pertandingan yang menegangkan ini. Ronaldo
tetaplah kapten mereka.
Selamat untuk Ronaldo,
Nani, Pepe dkk yang memenangkan pertandingan final Piala Eropa 2016 ini. Parabens.
PRM, 11/7/2016
Gordi
Dipublikasikan pertama kali di kompasiana
Post a Comment