Halloween party ideas 2015

INGIN SELALU BERSAMAMU




Meski tak diinginkan, perpisahan itu mesti terjadi. Dalam hal ini, perasaan dan fakta berjalan berlainan. Masing-masing sesuai jalurnya. Boleh jadi tak akan bertemu pada titik mana pun.

Perpisahan itulah yang mewarnai animasi terakhir ini. Stasi Fransiskus Asisi, Indah Kiat menjadi pelabuhan terakhir dari rangkaian panjang dalam 2 bulan ini. Bagi kami, tim animasi, kegiatan sore ini juga menjadi perpisahan. Berikutnya, tidak ada lagi kebersamaan untuk beranimasi.

Perpisahan yang sama juga menjadi warna tersendiri bagi Stasi Indah Kiat. Sebentar lagi, stasi ini akan berpisah dengan Paroki St Paulus Pekanbaru dan bergabung dengan Stasi yang baru di Kota Batak. Indah Kiat—dalam hal ini—menjadi pelabuhan terakhir.

Meski terakhir, kegiatan sore ini (Jumat, 29 September) tetap diwarnai semangat yang menggelora. Mulai dari generator yang menjadi kekhawatiran awal sampai pada makan malam di Susteran FCJM, Indah Kiat. Tanpa listrik, kegiatan animasi ini menjadi ‘dingin’. Kami membutuhkan listrik untuk komputer dan proyektor.


Salah satu Pengurus Stasi

Syukurlah, kekhawatiran kami berubah menjadi kegembiraan. Dalam sekejab mata, seorang umat merakit sambungan listrik. Dari sini, aliran listrik bisa menjadi penyedia tenaga bagi komputer kami. Ini sungguh luar biasa. Gereja ini masih baru dan sambungan listrik belum tersusun rapi.

Dengan semangat awal ini, kami membangkitkan keinginan anak-anak, remaja, dan orang tua yang hadir sore hari ini. Meski sedikit, mereka tetap memberikan banyak pertanyaan setelah mengikuti presentasi tim animasi berupa slide power point dan video singkat. Pertanyaan ini bermunculan setelah penanya pertama mendapat hadiah dari tim animasi. Hadiah seperti ini memang kadang-kadang berguna untuk membangkitkan semangat bertanya.

Meski demikian, hadiah bukanlah hal utama. Yang utama adalah pemahaman akan bahan yang kami sampaikan. Orang tua yang hadir kiranya paham. Meski paham, mereka enggan bertanya. Atau boleh jadi, mereka sengaja memberikan kesempatan kepada anak-anak dan remaja untuk bertanya.

Indah Kiat tak ingin berpisah namun kami harus berpisah. Sebelum berpisah, kami membuat foto bersama. Setelahnya, ada mamiri (makan-minum ringan). Gara-gara mamiri ini, waktu pun terus berputar sampai menjelang kegelapan.

Sebelum gelap, Sr Leoni, FCJM mengajak kami untuk mampir di Susteran FCJM Indah Kiat. Di sinilah, kami berenam (Pastor Lius SX, Sr Leoni FCJM, OMK Clara dan 2 dari Stasi Rumbai, dan Diakon Gordi SX) makan malam bersama ketiga Suster FCJM di Susteran Indah Kiat.

Bumbu makan malam pun tidak main-main. Ada mie rebus yang disiapkan dalam sekejab. Mie ini memang cocok untuk hidangan instan seperti ini. Kami juga singgah mendadak di sini sehingga penerimaannya pun mendadak. Bumbu ini masih ditambah dengan bumbu siaran sepak bola lokal.

Siaran inilah yang membuat kami menjadi 2 kelompok. Kelompok depan TV dan kelompok meja makan. Setelah bersatu dalam doa sebelum makan, kami mengambil makanan dan duduk di dua kelompok berbeda. Yang hobi sepak bola langsung di depan TV. Yang hobi bercerita langsung duduk di tempat makan.



Setelah perut kenyang dengan 2 bumbu ini, kami pulang ke Pekanbaru. Perjalanan makin lancar meski dalam kegelapan yang makin gelap. Beruntunglah sang sopir sudah terbiasa melewati beberapa tikungan tajam di sekitar Indah Kiat sebelum menyusuri jalanan lurus selanjutnya.

Hidup memang berliku, penuh tantangan namun ada kegembiraan, ada kebahagiaan setelah semua rencana terpenuhi. Betapa bahagianya hati kami tim animasi setelah kegiatan di 25 stasi berakhir. Terima kasih untuk tim animasi yang menggerakkan kegiatan animasi ini.

BA, 9/10/2017
Gordi 




Post a Comment

Powered by Blogger.