SEDERHANA, TAPI AMAT MENAKJUBKAN
Pw S Yohanes Bosco, Imam; 2Sam 24: 2,9-17; Mrk 6: 1-6
Kita terbiasa melihat ketakjuban dari hal-hal besar. Tak jarang, banyak orang berlomba-lomba menjadi bagian dari yang terbesar. Dengan tujuan ingin dilihat amat menakjubkan. Kita lupa, yang kecil pun bisa menciptakan sebuah ketakjuban.
Keluarga Yesus bukanlah keluarga konglomerat. Ia lahir dari Yosef yang adalah tukang kayu. Keluarga ini amat sederhana, sebab Maria, Ibu Yesus juga bukan dari keluarga kaya. Orang-orang sekampung Yesus pun tahu, keluarga kecil dari Nazaret ini bukanlah keluarga kaya. Tapi, mereka hanya terpaku pada keadaan sosial ekonomi. Seperti kita, mereka lupa bahwa dari keluarga kecil juga kadang-kadang dan bahkan sering muncul ketakjuban.
Seperti Yesus, orang-orang di kota Torino, Italy pun tahu kalau Yohanes Bosco kecil itu berasal dari keluarga miskin dan bukan orang pintar. Tapi, apa yang terjadi kemudian? Dari keluarga miskin ini, seorang Yohanes yang tidak pintar, bisa masuk seminari dan bahkan menjadi Imam yang kemudian menjadi Santo.
Injil ini mengajak kita untuk melihat Yesus dalam berbagai wajah kehidupan kita. Dengan ini, padangan kita akan dunia dan orang-orang di sekitar akan berubah. Seperti Daud, kita butuh pertobatan. Kita bersyukur Tuhan mengirimkan orang-orang dengan berbagai latar belakang. Jangan mencoba melihat mereka dari kacamata kita yang sempit. Lihatlah mereka dengan kacamata Yesus. Bisa saja yang penampilannya sederhana bahkan mungkin menjijikkan adalah orang yang paling bijaksana meredakan nafsu kuasa kita. Atau bisa saja orang yang tampak tidak pandai di sekitar kita bisa mengubah kerumitan hidup kita agar kita tidak menghayal yang bukan-bukan tapi kembali pada realitas harian.
Situasi kantor menuntut penampilan yang necis, tapi kita jangan menjadikan standar itu untuk menilai apalagi merendahkan penampilan orang lain. Biarlah Tuhan Yesus yang hadir dalam diri orang itu yang perlu kita kenali dan sadari kehadiran-Nya.
Tuhan Yesus, bukalah mata dan hati kami pada kehadiran-Mu dalam diri saudara/i kami.
Post a Comment