WEJANGAN IMAN SEBELUM BERMISI
Kamis PEKAN BIASA IV; 1Raj 2:1-4,10-12; Mrk 6: 7-13
Wejangan iman betapapun sepele kedengarannya, amat berguna bagi kehidupan sang penerima wejangan. Seperti dituturkan seorang anak dari ibu yang meninggal beberapa hari lalu.
“Romo, saya mengikuti ajakan bapak untuk melayani Gereja,” katanya sesaat sebelum Misa Requiem ibunya dimulai. Entah apa yang dirasakannya saat itu, yang jelas, semalam dia amat bahagia. Lebih-lebih karena bisa memenuhi keinginan almarhum bapak dan ibunya. Dia bahagia menjadi pengajar Kitab Suci dan membantu di Keuskupan.
Kadang-kadang memang tidak sesuai dengan keinginan pribadi, tetapi biasanya dalam wejangan itu, pasti orang tua menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Daud mengingatkan Salomo, anaknya, untuk tetap menaati Hukum Tuhan saat kelak ayahnya akan mati. Hukum Tuhan memang harus terus ditaati baik saat Daud berkuasa, maupun saat giliran anaknya Salomo memerintah.
Hukum Tuhan adalah urat nadi kehidupan beragama orang Israel. Itulah sebabnya, para murid Yesus pun diutus berdua-dua untuk mewartakan pertobatan. Bertobat terutama karena mereka tidak menaati Hukum Tuhan.
Menarik bahwa, pertobatan ini mesti dimulai dari sang pembawa misi. Para murid diminta untuk taat hukum dalam pewartaan ini. Misalnya tidak membawa bekal yang banyak, tidak berbelok tujuan, dan sebagainya. Semuanya ini dibuat agar mereka hanya mempunyai satu tujuan yakni pewartaan.
Injil ini mengundang kita untuk mengingat-ingat wejangan orang tua kita. Di dalamnya terkandung suara Allah yang menginginkan keselamatan bagi umat-Nya. Jika sadar bahwa kita melenceng jauh dari wejangan itu, baik kiranya kita berubah. Atau bertobat dalam bahasa rohaninya.
Tuhan Yesus, bukalah hati kami yang kadang keras, untuk mendengarkan wejangan iman-Mu yang melembutkan hati kami.
Post a Comment