Halloween party ideas 2015

foto oleh Zakyakbars
Pembunuh itu datang di Yogyakarta
Entah dia tahu atau tidak
Yogya adalah kota pelajar

Dia memang pelajar
Dia boleh berada di kota ini
Di sini ada banyak pelajar

Sayangnya dia tidak seperti pelajar di sini
Ini kota pelajar
Kota di mana pelajar belajar

Di sini bukan kota pelajar sekaligus pembunuh
Jika kau datang di sini sebagai pelajar kami menerimamu
Tetapi jika kau datang sebagai pembunuh kami tidak mau menerima kamu

Kota kami jadi tercemar nama baiknya
Kami hanya bagian dari kota pelajar
Pelajar yang tugasnya adalah belajar

Bukan pelajar yang membunuh
Pergilah kau dari sini jika kau datang sebagai pembunuh
Jangan ajari dan pengaruhi kami dengan tindakanmu

Kami ingin mempertahankan kota ini sebagai kota pelajar
Bukan kota pembunuh
———-
*obrolan malam

PA, 28/9/2012
Gordi Afri

foto oleh Syahrulsyahputra
Siapa yang masih ingat kelima sila Pancasila? Boleh jadi banyak yang lupa. Saya hanya membacakan secara teratur kelima sila tersebut saat SD. Itu terjadi puluhan tahun lalu. Sekarang saya kadang-kadang lupa kelima sila itu. Kadang-kadang hanya ingat sebagian kalimatnya saja. Ini mungkin pengaruh daya ingat. Apalagi sekarang ini jarang disebutkan lagi.

Anak-anak sekolah sekarang juga ternyata ada yang sering lupa. Pernah saya bertanya kepada pelajar SMA tentang kelima sila tersebut. Sebagian besar sudah lupa sila-silanya. Beberapa dari mereka ingat betul. Mereka bisa menghafal. Sebagian lagi malah merasa asing karena sama sekali tidak mengingat satu-dua kalimat pun. Wah..ini bahaya. Penyakit lupa akan pancasila semakin mewabah.

Hari ini, bangsa ini merayakan hari Kesaktian Pancasila. Kata sakti ini penting. Sakti berarti memiliki daya yang luar biasa. Kesaktian berarti kemampuan yang luar biasa. Kadang-kadang kata kesaktian disematkan pada kekuatan gaib. Gaib dalam artian jauh dari jangkauan jelajah berpikir manusia.

Kesaktian pancasila. Jika kata sakti disematkan di depan pancasila, sejauh itukah daya pancasila? Tentu saja founding fathers negeri ini mengharapkan demikian. Pancasila paling tidak mesti dijadikan pengikat yang melampaui sekat budaya, daerah, agama, dan kelompok sosial. Jika dicermati dengan baik, pancasila menyokong kehidupan bersama di negeri ini.

Mereka dulu tahu, bangsa ini majemuk. Bagaimana menyatukannya? Lahirlah pancasila. Maka jangan main-main dengan latar belakang munculnya pancasila. Jangan heran jika para peneliti asing sangat bangga dengan pancasila dari Indonesia. Mereka tahu betul seluk-beluk lahirnya. Mereka juga menemukan kekuatan luar biasa dari pancasila. Tak heran jika kata KESAKTIAN disematkan di depan kata PANCASILA.

Pertanyaannya adalah masihkah pancasila ini sakti? Masihkah pancasila memiliki kekuatan luar biasa, yang melampaui sekat budaya, daerah, agama, dan kelompok sosial?
Gambaraan pelupaan isi pancasila menjadi rambu bahwa negeri ini mulai melupakan sejarahnya. Bagaimana menemukan kekuatan-kesaktian pancasila jika sila-silanya saja lupa. Tetapi tentu saja masih muncul penggiat yang gemar mengembalikan kekuatan pancasila di negeri ini. di tengah mirisnya harapan akan kesaktian pancasila, negeri ini masih mempunyai tokoh kaliber yang berusaha menegakkan pancasila.

Gerakan tokoh-tokoh seperti almarhum Gusdur kadang-kadang memang berhadapan dengan kekuatan kelompok radikal yang anti-perbedaan. Ini juga menjadi bukti bahwa pancasila kini terancam keberadaannya. Siapa lagi yang bisa mempertahankan kesaktian pancasila? Besar harapannya agar kaum muda negeri ini mau dan mampu mengembalikan KESAKTIAN PANCASILA. Selamat hari kesaktian pancasila.
———–
obrolan siang

PA, 1/10/2012
Gordi Afri

Aku hanya seorang tukang kebun
foto oleh Bambang Setiari
Tanpa aku kebun kita jadi berantakan
Tanpa aku kebun kita tidak indah
Tanpa aku kebun kita tidak terawat

Aku hanya tukang kebun
Tiap sore menenteng selang air
Tuk menyiram tanaman
Tiap sore berhadapan dengan debu

Di musim kering aku akrab dengan tanamanku
Di musim hujan juga aku akrab
Tuk mencabut rumput liar
Kini aku sibuk dengan kebunku

Tiap sore ada tugas mulia
Merapikan kebun kami
Kelak pada saatnya nanti
Kami memetik buah dari buah-buahan yang ada di kebun

Ada mangga, jambu, nangka, pepaya, markisa, rambutan, dan sebagainya
Tak sia-sia aku menyiram
Lumayan irit duit tuk beli buah
Buah hasil usaha sendiri emang segar
Lebih segar dari buah di pasar
——————–
Obrolan malam
PA, 2/10/2012
Gordi Afri



Powered by Blogger.