Halloween party ideas 2015

Foto oleh Jen_vinell
Rumah kami telah tiada
Ada yang membakar
Entah mengapa
Kami sedang mudik
tiba-tiba rumah kami hangus-terbakar
Ada yang membakar rumah kami
Kami kini ada di rumah pengungsian
Kami jadi korban
Korban kegagalan pemimpin
Kami tidak dilindungi
Kami lemah dan tidak punya kekuatan
Ada yang punya kekuatan untuk melindungi tapi tidak mau
Ada juga yang punya kekuatan dan membakar rumah kami
Kami kini tak punya rumah
entah sampai kapan
Kami hanya manusia seperti kalian juga
Hanya saja hidup kami terancam
Kalian tinggal di rumah sendiri
Kami tinggal di rumah pengungsian
Kami ingin hidup nyaman seperti kalian
Tetapi kami harus berusaha lagi untuk emmbangun rumah
entah mungkin nanti ada musimah kebakaran
kami tetap ingin membangun rumah
dan emmbangun suasana damai
sehingga bisa hidup nyaman
————-
*untuk mereka yang kehilangan rumah karena peristiwa kebakaran

PA, 28/8/2012
Gordi Afri



foto oleh Joegaza
Ada Salib di jalan. Ya salib yang saya bawa. Saya membawa salib itu dari Gereja Katolik St. Cristina ke Gereja St Antonius Abbas. Peristiwa ini terjadi pada pagi tadi, Minggu, 13 April 2014 tepatnya pada perayaan Minggu Palma dalam kalender liturgi Gereja Katolik Roma. Saya bersama 4 teman dan pastor paroki Rm Luciano atau akrab disapa dalam bahasa Italia, don Luciano berjalan menyusuri jalan raya sekitar 200 meter. Dari gereja St Antonius inilah kami akan memulai perarakan pada perayaan hari ini.

Saya terharu melihat peristiwa indah hari ini. Kami bertemu beberapa orang di jalan. Mereka membuat tanda salib saat melihat Salib Yesus yang saya bawa. Italia memang boleh dibilang Negara beragama Katolik. Tapi bukan berarti semua orang Italia beriman Katolik. Ada juga umat beragama lain di sini. Bahkan ada yang tidak peduli dengan kehidupan beragama. Istilahnya mereka bebas memilih atau ke gereja atau ke bar atau tempat hiburan lainnya. Ada orang Italia yang enggan ke gereja bahkan ada yang enggan menyebut dirinya orang Katolik. Agama bagi mereka bukanlah hal utama. Setidaknya ini yang saya lihat di kota Parma-Italia, tempat saya tinggal saat ini.

Saya melanjutkan membawa Salib ini saat perarakan dimulai. Sebelumnya kami, umat Katolik, berkumpul di gereja St Antonius lalu don Luciano memulai perayaan dengan membaca Injil dan memanjatkan doa. Kemudian dengan panduan seorang polwan, kami keluar dari gereja dan memulai perarakan. Saya membawa salib dalam perayaan ini. Saya menjadi orang terdepan dalam barisan bersama 3 teman lainnya yang berada di samping kiri dan kanan saya.

Dalam perarakan sejauh 1 kilo meter ini saya juga melihat beberapa orang yang membuat tanda salib saat melihat salib yang saya bawa. Mereka membuat tanda salib dari beranda rumah, dari jendela, tempat mereka melihat kami membuat perarakan. Teman saya berkoemntar, masih ada orang yang beriman Katolik seperti ini. Dalam arti di tengah gersangnya pengaruh agama Katolik masih ada orang yang peduli dengan simbol agama seperti ini.

Perarakan ini menjadi menarik karena kami berhenti sebentar di gereja St Maria Magdalena. Di sini kami bertemu umat Katolik Ortodoks yang sebagian besar berasal dari Romania. Kami berdoa sejenak bersama mereka. Doa untuk kesatuan umat Kristiani. Kemudian don Luciano dan salah seorang dari antara mereka saling tukar daun Palma. Gereja ini diserahkan ke komunitas ini sebagai bentuk kesatuan umat Kristiani. Don Luciano menyampaikan ini di hadapan kami, umat Katolik dan mereka sebagai umat Ortodoks.

Lau kami melanjutkan perjalanan melalui beberapa gang. Perjalanan ini amat menarik. Kami tiba di gereja St Cristina jam 11. Kami masuk gereja dan melanjutkan dengan misa minggu Palama.

Dalam perayaan ini saya dan kedua teman membacakan passio (bacaan Injil versi panjang). Kami bertiga, demikian penjelasan Rm Luciano kepada umat dalam misa ini, mewakili ketiga benua. Saya mewakili Asia, teman saya Simon dari Siera Leonne mewakili benua Afrika, dan Martina dari daerah Udine-Italia mewakili benua Eropa. Menarik bukan?

Umat yang hadir memang bervariasi. Ada yang berasal dari beberapa negara dari benua Afrika (Nigeria, Kamerun, Sinegal, dll) juga dari Asia (saya dari indonesia dan beberapa umat dari Filipina dan India), juga tentunya orang Parma-Italia. Hari ini umat yang datang lebih banyak dari biasanya. Entah mengapa. Saya mendengar komentar beberapa orang bahwa ada kebiasaan di Parma di mana pada hari Minggu Palma banyak orang datang ke gereja untuk mengambil daun Palma. Hari ini paroki menyediakan banyak daun Palma. Dan, memang banyak orang mengambil daun ini lebih dari satu.

Parma, 13 April 2014
Gordi


foto oleh ketam-merah
Hari ini, hari Senin, ada tanggal unik. Tanggal 14 bulan 4 tahun 2014. Kalau disingkat menjadi 14/04/’14. Rangkaian angka 4 sebanyak 3 kali. Saya senang melihat angka seperti ini. Juga senang menulis angka deretan sama seperti ini. Saya suka angka. Ini tanda bahwa saya masih tertarik dengan dunia matematika di mana saya berkecimpung lebih dalam selama kelas 3 SMA beberapa tahun lalu.

Namun bukan ini saja alasan uniknya hari ini. Hari ini juga kami sekomunitas membuat rekoleksi dalam rangka memasuki pecan suci (sejak Minggu Palma sampai hari Sabtu paskah). Pemimpin rekoleksi adalah seorang pastor Xaverian, P Silvio Turazzi. Dia tinggal di luar kota Parma, Vicomero. Kami berangkat ke sana pada pagi hari. Kami membutuhkan waktu selama 30 menit untuk sampai di sana. Di sana kami menikmati suasana hening karena tempatnya di desa dan juga ada lahan hijau seperti sawah kalau di Indonesia.

Di sana kami bertemu dengannya juga dengan para sahabat yang tinggal dengannya. Rumah ini menjadi rumah khusus. Kekhususannya karena rumah ini menampung bantuan dan menyediakan tenaga kerja yang membantu proyek atau program bantuan untuk rakyat di Goma-Kongo-Afrika. Pastor Silvio tinggal dengan 6-8 sahabat. Katakanlah rumah dari lembaga seperti LSM. Di rumah ini ada kapela dan rupanya Pastor Silvio dan teman-temannya mempunyai jadwal doa setiap hari. Hari ini kami juga mengadakan misa di sini.

Dalam rekoleksi hari ini, Pastor Silvio mengajak kami untuk menggunakan waktu hari ini untuk membuat silensio, waktu hening. Dia juga mengajak kami untuk meneruskan menghidupakn waktu hening ini selama pekan suci. Dia memberikan beberapa ayat kitab suci untuk kami renungkan.

Rekoleksi ditutup dengan makan siang bersama. Kami makan pasta, daging ayam, dan kue tar. Uenakkkk. Setelah makan, kami kembali ke rumah. Tiba di rumah pukul 14.15. Semoga rekoleksi ini membantu kami mengisi pekan suci ini dengan membuat waktu hening. Biarkan Tuhan masuk dengan aman dalam hati kami.

Dengan demikian tidak sia-sia kami membuat rekoleksi yang bermanfaat ini pada tanggal unik di bulan April tahun 2014 ini.

Parma, 14/4/2014
Gordi
Powered by Blogger.