Halloween party ideas 2015

TRADISI UNIK ORANG FILIPINA

Pemandangan pada perayaan Misa Simbang Gabi di salah satu gereja 
di bilangan Marikina, Metro Manila, FOTO: philstar.com

Di Filipina, ada tradisi yang bisa dikategorikan sebagai devosi populer. Tradisi ini adalah misa sebelum ayam berkokok. Dalam bahasa Tagalog dikenal dengan istilah Simbang Gabi.

Tradisi ini berasal dari bangsa Spanyol. Orang Spanyol membawa serta tradisi mereka ini ke bangsa jajahannya. Selain Filipina, Meksiko juga terus merawat tradisi ini. Dalam bahasa Spanyol, tradisi ini dinamakan Misa del Galo atau diterjemahkan misa sebelum ayam berkokok.

Hari-hari ini (16-24 Des), rakyat Filipina sedang khusyuk dengan tradisi ini. Mereka bangun pagi-pagi untuk mengikuti misa. Setiap paroki menyediakan beberapa waktu misa. Di Paroki St Fransiskus Xaverius di dekat tempat saya, ada 2 kali misa pada pagi dan sore hari. Mulai pukul 3 pagi, kemudian 4.30 pagi. Di beberapa stasi lainnya juga ada misa pada pagi hari. Jadi, kalau dijumlahkan berkisar 9 misa dalam sehari.

Tradisi ini rupanya sudah tua. Pastor Felipe Fruto Ll. Ramirez, SJ menjelaskan bahwa tradisi ini muncul sejak abad ke-17.[1] Tradisi ini muncul dalam tulisan-tulisa Pastor Jesuit asal Spanyol Francisco Ignacio. Dalam komentarnya, Pastor Felipe juga menarik kaitan antara tradisi Simbang Gabi dengan Novena Natal.

Keduanya memang berkaitan. Bukan kebetulan tradisi ini mengikuti tradisi Novena Natal (doa 9 hari menjelang Natal). Keduanya sama-sama menyiapkan kedatangan Yesus dalam peristiwa Natal. Hanya saja, semangat awal ini dimodifikasi oleh perkembangan zaman.

Orang Filipina kini meyakininya sebagai kesempatan untuk meminta sesuatu pada Tuhan. Maka, muncul aturan baru yang mereka ciptakan. Mereka mesti mengikuti misa selama 9 hari pada jam yang sama. Kalau hari pertama seseorang mengikuti misa pada pukul 3 pagi, selanjutnya dia juga mengikuti misa pada jam itu. Demikian dengan mereka yang mengikuti misa pada jam berikutnya.

Terlepas dari aturan baru ini, tradisi ini cukup berhasil menarik orang Filipina ke gereja. Setiap pagi, gereja dipenuhi banyak umat termasuk mereka yang jarang ke gereja. Bagi mereka, Mesa del Galo adalah kesempatan emas yang mesti dimanfaatkan dengan baik. Datangnya hanya sekali setahun. Itulah sebabnya mereka juga yakin, misa ini adalah yang paling mujarab. Permintaan mereka kemungkinan besar akan dikabulkan oleh Tuhan.

Quezon City, 21/12/17
Gordi SX



[1] Felipe Fruto Ll. Ramirez, SJ, “Sensitive to Jesus Presence in Our Lives” dalam SAMBUHAY edisi Inggris 21 December 2017.

HANYA TUHAN YANG TAHU

Rakyat FIlipina bangga dengan bahasa mereka, Tagalog, Bisai, dll FOTO: pixabayfree

Kita bisa mengetahui sesuatu tetapi tidak semuanya. Dalam keterbatasan ini, kita pun mesti mengakui hanya Tuhan yang maha tahu. Dia memang tahu segalanya. Maka, saat kita berjumpa dengan pengalaman yang tidak bisa atau tidak cukup kita tahu, kita mesti mengakuinya dalam Tuhan.

Ini juga yang saya jumpai minggu lalu dalam misa berbahasa Tagalog. Saya sendiri tidak paham bahasa Tagalog. Dari awal sampai akhir misa, hanya beberapa yang bisa saya terka artinya. Urutan misa tentu saja saya paham. Saya bisa memahaminya karena sudah mempraktikkannya sendiri. Sedangkan, rumusan kata-katanya tidak bisa saya pahami.

Misa dalam bahasa Tagalog ini adalah pengalaman pertama bagi saya. Saya tahu, ini tidak akan menjadi terakhir. Rakyat Filipina mempunyai kecintaan yang tinggi akan bahasa mereka. Maka, ke depannya, bahasa Tagalog ini akan sering saya jumpai.

Sahabat saya yang lebih dulu tiba di Filipina mempunyai pengalaman yang sama. Suatu ketika, ia menjelaskan tentang realitas ini. Sebelum misa, ia juga mengulang penjelasannya. Katanya, “Inililah misteri iman.” Maksudnya, meskipun kita tidak tahu, Tuhan sudah tahu.

Jauh sebelum ia mengatakan ini, Rasul Paulus juga menekankan hal ini. Paulus menyemangati mereka yang kurang paham tentang doa. Ia pun mengatakan bahwa, dalam doa, bukan kita yang berdoa tetapi Roh-lah yang berdoa (Rm 8: 26). Itulah sebabnya, sebelum kita berdoa, Tuhan sudah tahu maksud doa kita.

Dengan peneguhan dari sahabat dan Rasul Paulus ini, saya pun makin yakin untuk mengikuti perayaan Ekaristi dalam bahasa Tagalog itu. Saya tidak tahu tetapi Tuhan tahu. Saya tahu, ini hanya bisa dipahami dalam iman. Dengan iman, saya yakin Tuhan mendengar doa saya.

Saya yakin banyak orang yang tidak paham akan doa mereka. Meski tidak yakin, mereka tetap berdoa. Entah sadar atau tidak, mereka sebenarnya menjalankan nasihat Rasul Paulus. Maka, agar kita paham dalam berdoa, serahkan saja pada Roh yang berdoa pada Allah bagi kita.

Quezon City, 15/12/17
Gordi SX


BERONDONG BERBAHASA TAGALOG

Bandara Internasional Ninoy Aquino, Manila, FOTO: rappler.com 

Berondong dan diberondong bisa terjadi di mana-mana. Bukan saja berondong yang memberondong tetapi juga siapa saja bisa memberondong.

Saya sudah diberondong sejak di Bandara Internasional Ninoy Aquino Manila. Berbagai pertanyaan muncul. Yang sering diulang-ulang adalah mengapa Anda tidak bisa berbahasa Tagalog? Saya sudah jawab dengan baik tapi orang ini datang beberapa kali.

Berondongan pertama dengan pertanyaan berbahasa Tagalog. Saya jawab kalau saya tidak bisa bahasa Tagalog. Lalu, masih ditanya mengapa. Kemudian, untuk apa tujuan kedatangan saya ke Filipina. Masih banyak lagi pertanyaan lain dengan bahasa Inggris dan Tagalog.

Berondong di bandara ini rupanya tidak sendiri. Ia sama dengan para gadis di Mol, para perawat di Laboratorium, para Ibu di sebuah kapel, yang memberondong saya dengan bahasa Tagalog. Setelah dijawab tidak bisa berbahasa Tagalog baru mereka ngehhh. Oh rupanya bukan orang Filipina.

Sulit dipercaya tetapi fakta tidak bisa berbohong. Berondong di bandara itu memang tampaknya berpegang teguh pada fakta. Seperti para gadis lainnya, ia menilai seseorang dari tampilan luar.

Beberapa teman muda dari Filipina memang menjelaskan jika wajah saya itu wajah orang Filipina. Di Italia dulu saya selalu punya banyak teman yang menyapa di jalan. Mereka adalah orang Filipina. Mereka menyapa karena melihat saya. Di mata mereka, saya adalah orang Filipina.

Memang benar di mata mereka tetapi belum tentu di identitas saya. Saya orang Indonesia dan tidak bisa berbahasa Tagalog. Inilah yang jadi masalah bagi saya dan bagi mereka. Kalau saya menjawab YA, wajah saya mendukung. Namun, kalau mereka terus menyapa dengan Tagalog, saya mesti mesti jawab TIDAK bisa. Saya tidak membohongi saya dan mereka.

Karena tidak berbahasa Tagalog, saya pun dipandang sebelah mata. Di mata mereka, saya seperti orang sombong. Berwajah Filipina kok tetapi berbahasa Inggris. Ini namanya tidak mencintai bahasa sendiri, demikian anggapan mereka. Padahal, saya memang mencintai bahasa saya dan belum saatnya mencintai bahasa mereka. Jika sudah bisa Tagalog, saya pun akan masuk 100% dari wajah sampai ke lubuk hati dalam budaya mereka.

Karena dipandang sebelah mata, saya pun kesulitan untuk jalan-jalan sendiri. Kalau naik angkot, saya selalu berjalan dengan teman yang berbahasa Tagalog. Biarkan mereka yang menjelaskan rute perjalanan dan besarnya ongkos kirim. Semuanya dalam bahasa Tagalog.

Inilah berondongan awal tinggal di negeri Filipna ini. Semoga ini menjadi pelajaran berharga kini, nanti, dan sepanjang selamanya. Kiranya penting diingat pepatah Indonesia, Di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung. Saya akan mengikuti dan menghormati adat istiadat orang Filipina.

Quezon City, 11/12/17

Gordi SX
Powered by Blogger.