ilustrasi, di sini |
Hujan tadi sore
memberi pelajaran penting bagi saya. Pelajaran yang mengandung nilai
pengorbanan.
Betapa tidak,
hujan itu membuat rencana saya gagal. Namun saya mencoba cari akal. Akhirnya
rencana saya hanya tertunda saja.
Saya mau ke gereja
untuk ikut ibadat Jumat Agung pada pukul 3 sore. Sebelum jam 3 saya harus
berangkat. Demikian rencananya. Apa yang terjadi? Sebelum jam 2 hujan mulai
turun.
Saya berniat
membatalkan rencana itu. Hujan pun makin menjadi-jadi. Gagal total, gumamku
dalam hati. Saya istirahat saja. Tidak jadi ke gereja.
Saat bangun, saya
membuat rencana lagi. Mau ikut ibadat yang jam 6 sore. Masih banyak waktu untuk
siap-siap. Ini rencana yang pasti sukses.
Saya mandi dan
siap-siap. Rupanya mulai gelap. Saya tak gentar. Pergi saja, toh belum turun
hujan. Demikian tekad-laskar saya.
Masuk di parkiran
gereja, gerimis mulai beraksi. Saya bergegas masuk. Sekitar 5 menit duduk di
bangku, hujan turun. Woaoa....saya beruntung. Sayang sekali untuk umat yang
sedang dalam perjalanan. Masih ada 35 menit lagi bagi umat.
Umat pun
berdatangan. Menerobos hujan. Inikah bentuk pengorbanan umat?
Boleh jadi
demikain. Seperti saya yang berani melampaui suasana gelap tadi, kawan-kawan
saya ini berani menerobos hujan, demi ibadat Jumat Agung.
Hujan ini sebagai
halangan atau ujian? Bagi orang tertentu hujan ini halangan. Bagaimana ke
gereja jika hujan tak kunjung reda?
Namun, bagi yang
lain, hujan ini sebagai ujian. Maukah saya mengikuti ibadat meski dihalang
hujan? Soal kemauan saja. Dan, bagi yang tetap datang ke gereja, ini adalah
bentuk pengorbanan.
Terima kasih
Tuhan, hujan ini ternyata memberi pelajaran bagi kami, umat-Mu.
PA, 29/3/13
Gordi
Post a Comment