Halloween party ideas 2015

SAAT BAYI YESUS DIARAK
 
Kandang Natal 2017 di Paroki SFX Maligaya
Misa Natal kali ini agak berbeda bagi saya. Selalu ada hal baru yang dilihat di tempat yang baru. Selama 4 tahun di Italy, ada saja hal menarik yang ada. Natal dalam dingin dan bersalju.

Hal baru itu juga ada di Manila-Filipina tahun ini. Boleh jadi bukan kebetulan, saya datang awal Desember. Sehingga, akhir bulan bisa ikut Natal a la Filipina. Natal ini sungguh sesuatu yang baru. Beda dengan 4 tahun sebelumnya. Semuanya memang beda banget dengan tradisi di Indonesia.

Saya ikut misa Malam Natal pada pukul 7. Misa ini jadi unik karena dalam bahasa Tagalog. Saya tidak mengerti tetapi berusaha mengerti melalui panduan teks misa.

Umat membludak di dalam dan luar gereja. Saya sengaja datang 45 menit sebelum misa untuk melihat suasana gereja. Umat rupanya antusias dengan datang lebih awal. Tadi pagi sebenarnya rasa antusias lebih tepat. Mereka menyelesaikan Misa Ayam Berkokok selama 9 hari. Saatnya untuk mengatakan ahh Tuhan, kami sudah tiba.

Antusias itu rupanya dibawa sampai malam ini juga. Setelah perarakan masuk yang meriah serta pengantar dari Pastor, gereja digelapkan. Sekelompok remaja dan OMK menyiapkan drama singkat. Dalam drama itu diceritakan kisah kelahiran Yesus. Mulai dari perjalanan Yosep dan Maria ke Betlehem. Mereka bingung mau menerima Yesus di rumah siapa.

Dalam kebingungan, mereka malah berjumpa sejumlah anak muda yang sedang berpesta. Minum-minuman dan berjoget ria. Tidak beda dengan mereka, ada juga sekelompok keluarga yang menolak kehadiran mereka. Saat melihat Yosep dan Maria dalam keadaan bingung, mereka mengatakan tidak bisa menampung mereka di rumah.

Boleh disimpulkan: tidak ada tempat untuk Yosep dan Maria. Adegan selingan selanjutnya berupa dialog 5 remaja tentang arti Natal dan seberapa pentingnya. Tampak bahwa Natal membawa kegembiraan sekaligus tidak ada apa-apanya bagi mereka. Ada yang antusias, ada yang tidak.

Setelah dikuatkan dalam mimpi, Yosep dan Maria akhirnya menemukan tempat yang pas. Yesus dilahirkan di kandang ternak. Dalam kesederhanaan itulah Yesus datang ke dunia, di hadapan para gembala yang tidak paham dengan kedatangan-Nya.

Yesus kemudian diperkenalkan pada mereka oleh sang Malaikat. Dan seperti para gembala itu, kami juga diperkenankan melihat bayi Yesus itu. Barisan para putra altar, rombongan Diakon dan Pastor serta pemuda yang berperan sebagai Yosep dan Maria membawa bayi Yesus berarak di dalam gereja. Umat di setiap kelompok tempat duduk pun melihatnya. Bahkan ada yang terharu serta ingin menyentuh bayi Yesus itu. Bagi mereka, bayi itu adalah Allah yang dekat dengan mereka. Mereka pun ingin menyentuh-Nya.

Setelahnya, perayaan ekaristi dilanjutkan. Sungguh sesuatu yang baru bagi saya. Drama itu kiranya ingin menarik para remaja dan OMK untuk ambil bagian dalam perayaan Natal. Natal dengan demikian menjadi sesuatu yang berarti bagi mereka. Kiranya bayi Yesus juga berbicara pada mereka. Adegan mereka tidak sekadar bersuara dan bergerak tetapi juga masuk dalam jiwa mereka.

Natal yang pas memang mesti menyentuh semua orang. Melihat orang muda dan remaja ini, saya teringat dengan Italia. Dari hati, ingin melihat mereka di gereja, apa daya, tidak banyak anak remaja dan anak mudanya. Andai saja Natal di sana diwarnai drama seperti ini, misa Malam Natal akan lebih hikmat lagi.

Semoga suatu saat, para remaja dan OMK ini hadir di Italia.

Salam damai Natal bagi para pembaca

Quezon City, 26/12/17

Gordi SX

TRADISI UNIK ORANG FILIPINA

Pemandangan pada perayaan Misa Simbang Gabi di salah satu gereja 
di bilangan Marikina, Metro Manila, FOTO: philstar.com

Di Filipina, ada tradisi yang bisa dikategorikan sebagai devosi populer. Tradisi ini adalah misa sebelum ayam berkokok. Dalam bahasa Tagalog dikenal dengan istilah Simbang Gabi.

Tradisi ini berasal dari bangsa Spanyol. Orang Spanyol membawa serta tradisi mereka ini ke bangsa jajahannya. Selain Filipina, Meksiko juga terus merawat tradisi ini. Dalam bahasa Spanyol, tradisi ini dinamakan Misa del Galo atau diterjemahkan misa sebelum ayam berkokok.

Hari-hari ini (16-24 Des), rakyat Filipina sedang khusyuk dengan tradisi ini. Mereka bangun pagi-pagi untuk mengikuti misa. Setiap paroki menyediakan beberapa waktu misa. Di Paroki St Fransiskus Xaverius di dekat tempat saya, ada 2 kali misa pada pagi dan sore hari. Mulai pukul 3 pagi, kemudian 4.30 pagi. Di beberapa stasi lainnya juga ada misa pada pagi hari. Jadi, kalau dijumlahkan berkisar 9 misa dalam sehari.

Tradisi ini rupanya sudah tua. Pastor Felipe Fruto Ll. Ramirez, SJ menjelaskan bahwa tradisi ini muncul sejak abad ke-17.[1] Tradisi ini muncul dalam tulisan-tulisa Pastor Jesuit asal Spanyol Francisco Ignacio. Dalam komentarnya, Pastor Felipe juga menarik kaitan antara tradisi Simbang Gabi dengan Novena Natal.

Keduanya memang berkaitan. Bukan kebetulan tradisi ini mengikuti tradisi Novena Natal (doa 9 hari menjelang Natal). Keduanya sama-sama menyiapkan kedatangan Yesus dalam peristiwa Natal. Hanya saja, semangat awal ini dimodifikasi oleh perkembangan zaman.

Orang Filipina kini meyakininya sebagai kesempatan untuk meminta sesuatu pada Tuhan. Maka, muncul aturan baru yang mereka ciptakan. Mereka mesti mengikuti misa selama 9 hari pada jam yang sama. Kalau hari pertama seseorang mengikuti misa pada pukul 3 pagi, selanjutnya dia juga mengikuti misa pada jam itu. Demikian dengan mereka yang mengikuti misa pada jam berikutnya.

Terlepas dari aturan baru ini, tradisi ini cukup berhasil menarik orang Filipina ke gereja. Setiap pagi, gereja dipenuhi banyak umat termasuk mereka yang jarang ke gereja. Bagi mereka, Mesa del Galo adalah kesempatan emas yang mesti dimanfaatkan dengan baik. Datangnya hanya sekali setahun. Itulah sebabnya mereka juga yakin, misa ini adalah yang paling mujarab. Permintaan mereka kemungkinan besar akan dikabulkan oleh Tuhan.

Quezon City, 21/12/17
Gordi SX



[1] Felipe Fruto Ll. Ramirez, SJ, “Sensitive to Jesus Presence in Our Lives” dalam SAMBUHAY edisi Inggris 21 December 2017.

HANYA TUHAN YANG TAHU

Rakyat FIlipina bangga dengan bahasa mereka, Tagalog, Bisai, dll FOTO: pixabayfree

Kita bisa mengetahui sesuatu tetapi tidak semuanya. Dalam keterbatasan ini, kita pun mesti mengakui hanya Tuhan yang maha tahu. Dia memang tahu segalanya. Maka, saat kita berjumpa dengan pengalaman yang tidak bisa atau tidak cukup kita tahu, kita mesti mengakuinya dalam Tuhan.

Ini juga yang saya jumpai minggu lalu dalam misa berbahasa Tagalog. Saya sendiri tidak paham bahasa Tagalog. Dari awal sampai akhir misa, hanya beberapa yang bisa saya terka artinya. Urutan misa tentu saja saya paham. Saya bisa memahaminya karena sudah mempraktikkannya sendiri. Sedangkan, rumusan kata-katanya tidak bisa saya pahami.

Misa dalam bahasa Tagalog ini adalah pengalaman pertama bagi saya. Saya tahu, ini tidak akan menjadi terakhir. Rakyat Filipina mempunyai kecintaan yang tinggi akan bahasa mereka. Maka, ke depannya, bahasa Tagalog ini akan sering saya jumpai.

Sahabat saya yang lebih dulu tiba di Filipina mempunyai pengalaman yang sama. Suatu ketika, ia menjelaskan tentang realitas ini. Sebelum misa, ia juga mengulang penjelasannya. Katanya, “Inililah misteri iman.” Maksudnya, meskipun kita tidak tahu, Tuhan sudah tahu.

Jauh sebelum ia mengatakan ini, Rasul Paulus juga menekankan hal ini. Paulus menyemangati mereka yang kurang paham tentang doa. Ia pun mengatakan bahwa, dalam doa, bukan kita yang berdoa tetapi Roh-lah yang berdoa (Rm 8: 26). Itulah sebabnya, sebelum kita berdoa, Tuhan sudah tahu maksud doa kita.

Dengan peneguhan dari sahabat dan Rasul Paulus ini, saya pun makin yakin untuk mengikuti perayaan Ekaristi dalam bahasa Tagalog itu. Saya tidak tahu tetapi Tuhan tahu. Saya tahu, ini hanya bisa dipahami dalam iman. Dengan iman, saya yakin Tuhan mendengar doa saya.

Saya yakin banyak orang yang tidak paham akan doa mereka. Meski tidak yakin, mereka tetap berdoa. Entah sadar atau tidak, mereka sebenarnya menjalankan nasihat Rasul Paulus. Maka, agar kita paham dalam berdoa, serahkan saja pada Roh yang berdoa pada Allah bagi kita.

Quezon City, 15/12/17
Gordi SX


Powered by Blogger.