Halloween party ideas 2015

ilustrasi/shutterstock


Enak jadi anak penguasa
Bisa melenggang ke mana-mana
Menggunakan fasilitas penguasa
Menggunakan kekuasaan juga

Mau apa saja akan dipenuhi
Butuh ini?
Oke akan dipenuhi juga
Beres bos

Mau mobil baru?
Boleh-boleh saja
Nah yang bekas bagaimana
Dibuang saja atau dihibahkan

Kalau mobil itu menabrak orang
Ya kita selesaikan masalahnya secara hukum
Siapa yang benar
Siapa yang salah

Kalau kita yang salah?
Kan kita punya kuasa
Dari salah bisa benar
Tinggal menyalahkan yang benar itu

Wah ini cara baru
Ya itulah efek kuasa
Kuasa di mana-mana jadi raja
Punya kuasa apa pun bisa dibuat

Kuasa itu busuk
Kuasa itu menggoda
Kuasa itu amoral
Kuasa itu menjijikkan

Hati-hati dekat dengan kuasa
Bisa tumpul hati nurani
Suara hati tak terdengar lagi
Hati jadi busuk penuh luka perih

PA, 19/2/13

Gordi


Orang aneh jika menyetujui judul di atas. Ya mustahil menulis dengan mata. Mata kok dipakai untuk menulis. Orang disable pun tidak ada yang menulis dengan mata.

Tetapi menghakimi itu tidak elok. Lebih baik menghakimi diri sendiri daripada menghakimi orang lain. Jadi, sebelum menghakimi orang lain, kita menghakimi diri sendiri dulu.

Lihatlah kekurangan dalam diri sebelum melihat kekurangan orang lain. Akan lebih berguna bagi perkembangan diri kita. Dengan menghakimi diri sendiri, kita menjadi sadar akan perilaku kita. Dan, kita akan berusaha untuk berubah.

Kalau kita berubah barulah kita mengubah orang lain. Bukan mengubah tetapi mengajak orang lain untuk berubah.

Lalu bagaimana dengan Menulis dengan Mata?

Ini bukanlah hal yang aneh sekali. Ini hanya berbagi ilmu menulis dari seorang penulis amatir. Sebab, saya bukan penulis buku, penulis berita, dan sebagainya. Saya hanya menulis pengalaman.

Berkaitan dengan ini, saya mengajak Anda sekalian untuk menulis. Menulis dengan MATA. Maksudnya menulislah setelah Anda melihat.

Anda melihat indahnya mentari pagi. Tulisalh itu. Anda melihat rintik hujan, tulislah itu. Anda melihat tetangga Anda dijambret, tulislah itu.

Saya belajar dari penulis senior yang menulis hal-hal yang mereka lihat. Maka, ilmu saya ini bukanlah hal yang baru. Ini sudah sejak zaman kuno. Hanya saja saya membagikan kembali kepada pembaca sekalian. Siapa tahu bermanfaat.

Saya berangkat dari pengalaman menulis. Saya menulis puisi setelah melihat rintik hujan. Setelah membaca berita kasus hukum di negeri kita, setelah melihat tetangga dijambret.

Jadi, tidak ada alasan untuk tidak mau menulis. Tidak ada alasan untuk bilang tidak ada ide. Tidak ada alasan untuk tidak bisa menulis. Salam menulis dan salam bahagia untuk pembaca sekalian.

PA, 20/2/13

Gordi

Masuk sore
Pulang pagi
Kerja malam
Siang tidur

Ini ritme kerja
Berbalik dengan waktu normal
Siang kerja
Malam tidur

Mau bilang apa
Pilihan hidup
Bekerja tuk cari nafkah
Siang-malam jadi sama

Siang kerja
Malam juga kerja
Tak ada batas waktu
Pola tidur berubah

Tentu anak-istri tak kebagian
Tak bisa makan bersama
Tak bisa bermain bersama
Tak bisa bekerja sama

Kala anak tidur
Bapa kerja
Anak bangun
Bapak pulang

Anak mencari bapak
Istri mencari suami
Bapak tak ada waktu
Kalau mau harus berkorban

Rela tidak tidur satu siang
Suapaya bercengkrama dengan istri-anak
Asal jangan kantuk di kantor
Sebab siang hari untuk tidur

Mau tidak mau demikian
Kalau mau bertemu dan bermain
Dengan anak-istri tercinta
Risiko jadi pekerja malam

Semoga kamu kuat
Bekerja dan mencintai
Mendidik dan membesarkan
Bekerja sama dengan istri

PA, 20/2/13

Gordi
Powered by Blogger.