Saya kira belum terlambat. Kita masih dalam bilangan oktaf Natal. Bertepatan dengan perayaan tahun baru. Tahun lama diganti dengan tahun baru menurut satu sistem perhitungan waktu. Sebab, masih ada sistem hitungan lainnya misalnya kalender Islam, kalender Cina, dll. Tahun baru yang dirayakan hari ini mengikuti satuan sistem hitungan kalender Gregorian.
Entah mengapa, saya masih terkesima dengan pemandangan gua/kandang natal di kapel. Tiga puluh menit sebelum misa malam Natal, saya sudah ada di kapel. Mata saya tertuju ke gua natal itu. Menatap lama, dan terkesima dengan perabot yang ada di dalamnya. Patung Maria, Yosef, para gembala, keledai (yang ditunggangi keluarga Yosef), domba, tiga orang Majus, dll. Semuanya membentuk pemandangan yang unik. Tentu saja semua ini hanyalah sarana yang membantu merefleksikan peristiwa kelahiran Yesus, sang Juru Selamat. Tanpa ini pun sebenarnya bisa, tetapi kalau ini bisa membantu juga lebih baik. Sehingga, sarana gua Natal ini bisa dipajang.
Ngomong-ngomong soal kelahiran Yesus. Katanya Yesus adalah Allah tetapi kok Dia lahir seperti manusia. Bahkan, kalau memerhatikan dengan baik bacaan-bacaan Injil dalam oktaf Natal, Yesus pun mengikuti adat istiadat Yahudi (dan juga Hukum Taurat). Yesus disunat dan diserahkan kepada Tuhan di Bait Allah. Dari sini bisa diklaim kalau Yesus itu benar-benar manusia. Tetapi perlu diingat bahwa Dia bukan sekadar manusia. Dia adalah manusia yang unik karena Dia adalah Utusan Allah satu-satunya. Kalau demikian dalam dirinya ada manusia dan Tuhan. Maka, tidak salah kalau dibilang Yesus itu sekaligus Allah dan Manusia. Allah karena Dia adalah Utusan Allah, dan Manusia karena Dia memang terlahir sebagai manusia, lahir dari Perawan Maria, dan hidup di tengah budaya orang Yahudi.
Membayangkan kehidupan Yesus bersama orang tuanya, saya jadi ingat sebuah kisah kehidupan saya bersama Bapak saya. Suatu ketika, kami pergi ke tempat pertandingan bola voli. Di situ sudah berkumpul banyak penonton. Mulai dari anak kecil seperti saya, orang muda-mudi, dan kaum tua. Suara mereka bergemuruh meneriaki tim favoritnya. Para pemain semakin percaya diri dan bertambah semangat ketika suporter meneriaki yel-yel untuk mereka. Di tengah suara sorak-sorai itu, saya tetap saja melongo karena tidak bisa melihat atraksi para pemain. Mata saya terhalang oleh penonton yang berdiri merapat. Saya merengek dan memukul-mukul ujung tangan bapak sambil meminta digendong. Akhirnya bapak saya, membungkuk dan mengangkat saya. Saya menjadi setingkat dengan bapak saya dan bisa melihat atraksi para pemain. Peristiwa ini bisa membantu saya merefleksikan bagaimana Allah mengasihi manusia.
Natal adalah kesempatan yang paling baik untuk merenungkan bagaimana Allah mencintai manusia. Dia tidak hanya mengutus (gerak turun) Putra-Nya menjadi manusia tetapi juga mengangkat (gerak naik) manusia menjadi Anak Allah. Manusia menjadi satu (melebur) dengan Allah. Manusia tidak lagi kelihatan sebagai manusia yang tidak berarti tetapi sebagai manusia yang dikuasai oleh Allah. Ibarat setetes air yang ditumpahkan ke dalam piala berisi anggur. Air itu tidak kelihatan sebagai air tetapi sebagai air yang terlihat seperti anggur. Air itu melebur, menjadi satu dengan anggur dan kelihatan sebagai anggur.
Lima menit sebelum jam 12.00 pada tanggal 31 Desember 2010, seorang teman memegang arloji dan mulai menghitung menit demi menit. “Lima menit lagi,” teriaknya sambil menujukkan arlojinya. Kami semua melihat ke arahnya. Begitu seterusnya dia berteriak tiap menit hingga sampai waktunya. “Selamat tahun baru……” kami semua melambaikan tangan, bersorak gembira, lalu berjabatan tangan satu sama lain. Begitulah malam pergantian tahun dilalui. Waktu itu sebenarnya waktu yang sama. Waktu yang bergerak dan berputar melalui siang dan malam. Sistem perhitungan waktu (yang dibuat manusia) yang membuat kita membagi waktu tahun demi tahun seperti ini. Sambil mengingat dan melupakan kemajuan dan kemuduran kita di tahun 2010, kita melangkah maju, menyambut tahun 2011. Semoga kita, Anda dan saya, tetap mengevaluasi diri, mengembangkan segala yang progress dari tahun lama di tahun baru ini, dan memperbaiki yang kurang baik dari tahun lama. Akhirnya selamat berpetualang di tahun 2011. Selamat tahun baru….
Cempaka Putih, 1 Januari 2011
Gordy Afri
Post a Comment