Halloween party ideas 2015

Cita-cita saya adalah melanjutkan usaha orang tua saya.


Begitu jawaban spontan seorang anak dalam acara dai CIlik di sebuah stasiun televisi beberapa waktu lalu. Dia berasal dari keluarga yang punya daya juang tinggi. Orang tuanya mempunyai usaha fotokopi dan penjilitan di sebuah kota pendidikan.

Ketika ditanya alasannya, anak ini menjawab ia tertarik dengan pribadi bapak. “Bapak selalu bangun pagi untuk menyelesaikan pekerjaan yang mendesak. Kadang-kadang ia juga lembur malam hari untuk menyelesaikan pesanan penjilitan,” katanya sambil melihat bapaknya yang ikut menonton acara itu. “Terima kasih ayah, Engkau mendidik saya dan mengajarkan keteladanan.”

Dia kagum dengan bapaknya. Dalam kesibukannya, bapak tetap tabah dan kuat. Dengan anak-anak pun bapak sangat ramah. Begitu juga dengan keluarga lain. Singkatnya, bapaknya tidak terpengaruh oleh pekerjaan yang menumpuk. Suasana pekerjaan dipisahkan dengan suasana keluarga. *Semua gambar dari google images

Beberapa keluarga merindukan suasana damai dalam keluarganya. Suasana ini “mahal” bagi mereka. Tiap hari, masing-masing sibuk dengan pekerjaannya. Bapak, ibu, dan anak. Bapak berangkat pagi sebelum anak bangun. Ibu mengurus anak. Setelahnya dia bekerja juga. Malam, anak-anak sudah tidur ketika bapaknya tiba. Kesempatan untuk ngobrol dengan anak jarang.

Ada yang mengharapkan hari Sabtu atau Minggu sebagai hari keluarga. Tak jarang mereka membatalkan kunjungan dari tamu mana pun pada hari tersebut. Namun, kadang-kadang juga hal ini sulit dilakukan. Apalagi dengan anak-anak yang masih sekolah. Mereka disibukkan dengan pekerjaan sekolah dan mungkin juga dengan les privat.

Anak ini beruntung. Dia bisa melihat pekerjaan bapaknya dari dekat. Dia pun mempunyai banyak waktu untuk ada bersama bapak. Dari sini timbul keinginannya melanjutkan usaha bapak. Beginilah cara penanaman sikap pada anak.

Ketika anak disuruh melanjutkan usaha orang tua, kadang-kadang jawaban yang muncul adalah malas. Atau ketika ditawari membantu bapak, anak-anak menolak. Persoalannya bisa jadi karena anak tidak dekat dengan orang tuanya. Dia tidak tahu apa yang dikerjakan orang tuanya. Dia tidak punya gambaran tentang profesi orang tuanya.

Kurangnya rasa persaudaraan dalam keluarga kadang-kadang mengasingkan anak dari rumah. Dia jarang ngobrol dengan orang tuanya. Bagaimana ngobrol kalau orang tuanya pergi pagi pulang malam. Anak hanya bergaul dengan teman sebaya di luar rumah. Atau juga hanya dengan pengasuhnya. Jika ini yang terjadi jangan heran dia akan merasa terasing dengan rumah dan orang tua.

Jika anak tadi menjadi patokan kita, tidak perlu lagi keluar negeri untuk mencari pekerjaan. Jumlah anak yang bandel dengan orang tua berkurang. Bahkan tawuran antar geng anak pun tidak terjadi. Sebab, anak punya kesibukan sepulang sekolah. Dia membantu ayah maka perilakunya terkontrol. Beda dengan anak yang ‘tidak punya kesibukan’. Mereka mudah saja dihasut untuk melakukans sesuatu.

Dek.. cepatlah dewasa untuk mebantu ayahmu. Engkau menjadi inspirasi bagi banyak orang di negeri ini. Ungkapan cinta dan terima kasihmu kepada orang tua menjadi harapan banyak orang tua di negeri ini. Selamat berjuang meniti masa depan.

Cempaka Putih, 5 Juli 2010
Gordi Afri

Post a Comment

Powered by Blogger.