ILUSTRASI happyblog |
Hidup
melarat mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan mereka. Atau
kalau bukan melarat, miskin. Melarat mungkin keterlaluan. Baiklah bilang saja
miskin. Yang meskipun mungkin tak cukup menggambarkan kehidupan mereka.
Mereka
yang datang negeri seberang atau benua seberang. Mengadu nasib di negara kaya.
Berharap mengubah hidup. Yang ada malah tidak juga. Keinginan memang tidak akan
pernah menjadi 100 persen. Keinginan itu menjadi nyata jika direalisasikan.
Meskipun merealisasikannya amat sulit. Butuh kerja keras. Dan, mungkin kerja keras
itulah yang mereka butuhkan. Satu-satunya jalan itu saja. Tidak ada yang lain
lagi. Negeri kaya ini pun sudah melewatinya.
Ya
tentang para imigran itu. Hati tergerak untuk membantu setiap kali melihat
kehidupan mereka. Jadi tukang minta-minta. Di pintu gereja, di emperan toko, di
piazza tempat berkumpulnya orang banyak, bahkan di gerbang sekolah sampai di
kios koran. Muncul pertanyaan sebelum mendekati mereka, mengapa mereka seperti
ini? Tidak adakah yang mengubah kehidupan mereka?
Mungkin
sulit menjawabnya. Kesulitan ini juga muncul saat mencoba memahami kehidupan
mereka. Sudah tahu dan jelas sekali mereka pendatang. Datang dengan harapan
mengubah nasib. Apa daya nyatanya tidak ubah juga. Malah jadi aneh. Mereka
meminta sepotong roti, koin euro, dan sebagainya. Tapi, kok begitu keluar dari
kompleks toko, kompleks gereja, kompleks kios koran, mereka dengan asyiknya
menghembuskan asap rokoknya, meneguk bir kesukaannya, bahkan sampai membuang
sepotong roti.
Betul-betul
tidak mengerti dengan kehidupan mereka. Jika masih seperti ini tak salah jika
dinilai sombong. Lebih baik tidak membantu, begitu komentar seorang teman. Dia
tahu mereka ini pantas dibantu tetapi kalau kelakuan mereka seperti itu lebih
baik tidak membantu. Apalagi jika mereka mencuri. Mulai dari mencuri sepeda di
parkiran misalnya. Itu perkara kecil tetapi betul-betul tidak enak dan haram
untuk ukuran negara kaya dan nyaman ini. Betapa jadi tidak enaknya jika
pengendara sepeda dihantui rasa was-was sepedanya dicuri setiap kali memarkir
sepedanya.
Membantu
memang baik tetapi jika tidak ada niat untuk menerima bantuan lebih baik jangan
membantu. Akhirnya, kalau mereka tidak berubah, mereka tetap saja menjadi
miskin dan melarat di negara kaya. Mereka tetap jadi pengemis di tengah
kerumunan orang kaya yang lalu lalang di restoran di pinggir jalan. Mereka
hanya jadi tukang pengemis di tengah keramaian orang kaya yang menghabiskan
malam minggunya di restoran sambil makan, minum, goyang, dan bercerita atau
merencanakan bisnisnya. Ah hidup ini tak enak.
PRM,
1/6/15
Gordi
Post a Comment