Halloween party ideas 2015


Kota Jakarta makin gencar didatangi dan dikunjungi orang. Berbagai alasan pun muncul ketika orang atau rombongan terrtentu hendak datang ke Jakarta. Ada alasan yang memang betul-betul mendukung orang atau rombongan untuk datang ke Jakarta. Mendukung karena memang orang tidak bisa menemukan apa yang ia cari di tempat lain misalnya mengunjungi monumen nasional (Monas) atau mencari dokumen sejarah di museum Sumpah Pemuda atau juga meneliti teks sejarah yang ada di museum Sumpah Pemuda. Namun, ada juga alasan-alasan yang dangkal, yang sebenarnya tidak terlalu mendesak untuk datang ke Jakarta. Misalnya saja untuk bersenang-senang atau mencari gengsi dengan cara tinggal sementara di Jakarta. Dia kembali ke kampung halaman membawa kebiasaan jelek yang ia lihat di Jakarta lalu memprovokasi orang kampung yang tidak tahu apa-apa tentang kota Jakata. Orang akan segan dengan dia karena baru saja pulang dari Jakarta. Banyak orang kampung mengira bahwa orang yang tinggal atau pernah tinggal di Jakarta itu orang hebat dan baik padahal tidak semuanya seperti anggapan itu. Apa sebenarnya yang terjadi dengan orang yang ramai-ramai berkunjung ke Jakarta tiap tahun?

Jakarta sebagai ibu kota negara Republik Indonesia tentu saja wajar kalau dikunjungi banyak wisatawan dari luar negeri. Orang yang datang ke Indonesia akan membayangkan kota Jakarta karena di situlah pusat negara Indonesia. Tentu saja mereka menganggap ada yang kurang kalau berkunjung ke Indonesia tetapi tidak melihat kota Jakarta. Begitu juga dengan para pejabat yang berkunjung ke Indonesia entah untuk urusan kenegaraan atau hanya untuk rekreasi saja atau juga untuk keperluan pribadi. Kalau ada urusan kenegaraan pasti mereka akan melihat Jakarta sebagai pusat negara Indonesia. Mereka ini wajar dan pantas berkunjung ke Jakarta karena urusan penting seperti urusan kenegaraan. Tentu saja alasan itu menjadi pendukung kedatangan mereka.

Tiap tahun banyak orang dari seluruh penjuru Indonesia datang dan mau tinggal di Jakarta. Mereka ini tidak hanya mau melihat Jakarta tetapi mau tinggal di Jakarta untuk mencari pekerjaan. Bekerja di Jakarta memang kadang menjanjikan dari segi keuangan atau ekonomi tetapi kadang juga tidak menjanjikan sama sekali. Bekerja atau menjadi pekerja di kampung halaman masing-masing juga menjanjikan dari segi keuangan atau ekonomi asalkan saja orang harus setia pada pekerjaan mulia itu. Kalau begitu mengapa masih banyak orang yang memilih Jakarta sebagai tempat kerja ketimbang kampung halaman mereka?

Dalam hal inilah Jakarta punya kelebihan. Bekerja di Jakarta itu selain menjanjikan dari segi ekonomi juga punya citra lain yakni gengsi dan juga jaminan lainnya misalnya rumah sakit dekat, bahan-bahan kebutuhan pokok mudah didapat. Bekerja di kampung halaman tentu saja menjanjikan dari segi ekonomi namun tidak sebanding dengan yang ada di Jakarta. Bayangkan sebagian besar uang di negeri ini dialirkan di Jakarta. Banyak lapangan kerja misalkan di kantor-kantor, pabrik-pabrik, kantor perusahaan multinasional  ada di Jakarta.

Namun, sebetulnya kalau dilihat lebih jauh persoalan bekerja di Jakarta dan di kampung halaman itu sama saja nilainya. Bekerja di Jakarta terjamin dari segi ekonomi namun hal ini dibayar mahal dengan jaminan lainnya yakni keamanan. Jakarta paling rawan dengan masalah yang berkaitan dengan tindakan kriminal. Harga bahan pokok dan produk lainnya juga mahal sebanding dengan upah karyawan/wati. Upahnya besar pasti harga bahan pokoknya juga mahal. Sementara, di kampung halaman keamanannya terjamin, harga bahan pokoknya juga tidak mahal bahkan ada yang tidak perlu dibeli karena bisa diproduksi sendiri. Dalam hal ini juga orang kampung bisa menjadi teladan dalam menciptakan lapangan kerja. Mereka bisa saja menanam padi, buah-buahan, sayur-sayuran, dan bahan pokok lainnya. Pekerjaan ini tentu saja membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga orang kampung tidak perlu lagi ke Jakarta untuk mencari kerja.

Bekerja di Jakarta kadang lebih banyak pengorbanannya. Mereka yang menjadi pembantu rumah tangga siap menerima perlakuan kasar dari majikan. Memang perlu diketahui juga bahwa tidak semua majikan berlaku demikian tetapi pasti ada yang melakukan hal ini. Mereka yang tidak mendapat pekerjaan layak terpaksa lari ke klub-klub malam dan di bar-bar untuk menjual harga diri alias menjadi pekerja seks komersial untuk mendapat uang. Belum lagi ada kejadian yang menakut-nakuti orang kaya atau orang yang diduga punya banyak uang. Kejadian itu misalnya kasus pencurian dan hipnotis. Ada juga kasus penculikan anak yang kemudian meminta tebusan dari orangtuanya. Masih banyak masalah lainnya. Sudah siap menghadapi hal ini? Di sinilah warga Jakarta dituntut untuk berkorban dan mengatasi semua masalah ini.

Kelompok ketiga yang mengunjungi dan juga menetap sementara di Jakarta adalah para mahasiswa/i yang belajar di Jakarta. Saya rasa wajar kalau mereka ini tinggal sementara di Jakarta asalkan untuk belajar atau belajar sambil bekerja. Sebaiknya setelah selesai kuliah, mereka harus kembali ke kampung halaman dan menciptakan lapangan kerja, mengajak orang kampung untuk bersama-sama mendirikan lapangan kerja baru dan tidak perlu lagi ke Jakarta untuk bekerja. Hal ini kerapkali sulit dilakukan oleh mereka yang belajar di perguruan tinggi padahal sudah mendapat ilmu. Kalau mereka bisa menerapkan ilmu itu pasti banyak lapangan kerja baru di daerah. Kalau lapangan kerja sudah ada, orang tidak lagi ke Jakarta, dan juga peredaran uang tidak hanya di Jakarta saja tetapi ada di seluruh daerah. Memang hal ini membutuhkan pengorbanan besar khususnya untuk orang yang pertama kali membuka lapangan kerja di daerah-daerah. Untuk selanjutnya, keadaan pasti berubah. Pertanyaannya, apakah orang mau berkorban demi kebaikan sesama?

Uang yang beredar di Jakarta saja tentu membawa dampak kurang baik bagi seluruh masyarakat Indonesia. Banyak orang yang datang ke Jakarta menjadi pengemis karena mereka pikir orang Jakarta itu punya banyak uang. Namun, kadang yang terjadi justru sebaliknya, mereka diusir dari Jakarta. Orang Jakarta mau supaya yang tinggal di Jakarta hanya orang kaya saja yang miskin ditolak. Para pengemis akan mengalami kesulitan. Di kampung, mereka sulit mendapatkan uang, di kota mereka diusir.

Melihat kondisi ini penulis menganjurkan kepada seluruh calon pengunjung kota Jakarta untuk mempertimbangkan baik-baik sebelum datang ke Jakarta. Perlu dipikirkan apa alasan datang ke Jakarta. Alasan itu pun harus betul-betul mendukung orang untuk datang dan tinggal di Jakarta. kalau alasan itu belum ada lebih baik tidak usah datang ke Jakarta.  Kalau punya alasan dangkal alias belum mendesak lebih baik jangan dulu datang ke Jakarta. Kalau masih ada peluang untuk menjadi pekerja di kampung halaman lebih baik bekerja di situ saja dan tidak perlu datang ke Jakarta. Lebih bagus lagi kalau orang kampung menciptakan lapangan kerja baru yang membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga orang kampung sendiri yang menjadi pekerjanya. Kalau demikian orang kampung tidak lagi datang mengemis atau menjadi pekerja tidak layak di Jakarta. Sistem yang berlaku selama ini—di mana banyak perusahaan atau pabrik yang hanya beroperasi di Jakarta—tentu saja kurang baik. Sistem ini membuat Jakarta sebagai kota tempat tinggal bagi semua orang. *Gambar dari google.

Jakarta, 02 Desember 2008
Gordi Afri


Post a Comment

Powered by Blogger.