Sumber di sini |
Ini peristiwa konyol kemarin. Kekonyolannya membuat saya
menarik sesuatu yang penting.
Saya dan dua teman mengikuti kebaktian di GKI Kelapa
Cengkir, Kelapa Gading. Kami berjalan berurutan. Teman saya berada di depan dan
di belakang, saya di tengah.
Setibanya di pintu masuk, kami mengambil majalah dan
lembaran informasi kebaktian hari itu. Teman yang di depan mengambil duluan.
Setelahnya saya. Saya melihat, dia memencet tombol setelah menerima majalah
dari petugas. Giliran saya sekarang. Petugas menyerahkan majalah itu. Saya
menerimanya sambil tersenyum dan menyapa selamat pagi.
Lalu, saya berpindah tempat. Tanpa melihat kode-kode yang
ada di atas tombol itu, saya langsung memencet. Yang saya lihat hanya jumlah
angka setelah pencetan itu. Angkanya bertambah. Astaga…ternyata itu tombol
untuk perempuan. Petugas itu tertawa. Lalu saya meminta maaf.
“Ehh..salah. maaf bu, giliran berikutnya nanti tidak
perlu pencet lagi.”
Ibu itu tersenyum dan mengangguk saja.
Lalu, giliran teman saya berikutnya. Dia memencet tombol
untuk laki-laki. Setelahnya dia menoleh ke saya dan tersenyum. Wah…benar-benar kekonyolan
yang memalukan. Namun untuk apa malu? Asal saja mengakuinya dengan jujur, itu
sudah cukup.
Ah…kekonyolan ini membuat saya tidak enak. Untunglah
teman saya tidak menyinggung hal ini lagi. Kalau ketahuan sama teman yang satu
pasti tambah ramai pembicaraannya.
Dikira tombol itu untuk semua jemaat yang datang.
Ternyata tombol itu digolongkan menurut jenis kelamin. Ada laki-laki dan
perempuan. Ada juga tombol untuk tamu dan anggota tetap di gereja itu.
Lain kali mesti hati-hati. Setiap tombol memiliki
fungsinya. Kalau salah menekannya pasti fungsinya kacau. Ini masih untung. Kekonyolannya masih
dimaafkan. Kalau tidak akan ada yang memarahi dan dimarahi. Apa jadinya itu???
CPR, 12/2/2012
Post a Comment