Pajak,
kata yang sering terdengar di telinga kita akhir-akhir ini. Sebenarnya mulai
tahun lalu, sejak kasus Gayus Tambunan, kata pajak ini sering terdengar.
Kata
itu kiranya bukan mampir begitu saja di telinga kita. Kata itu membawa pesan
penting bagi kita. Kata pajak
mengingatkan kita akan orang-orang terkait. Ya, itu tadi, mulai dari Gayus yang
diduga mengorupsi uang pajak. Dia, yang adalah pegawai di kantor pajak,
ternyata mengambil uang rakyat. Uang hasil pajak yang disetorkan rakyat kepada
negara.
Malang
sekali nasib rakyat, sudah bersusah-susah mencari uang, membayar ke negara,
ternyata uang itu hilang tanpa jejak. Begitulah Gayus berkiprah.
Tahun
ini, ‘gayus-gayus’ lain mulai muncul. Ada Dhana Widyatmika, pegawai pajak juga,
yang akhir-akhir ini namanya muncul di media massa. Kiprah Dhana hampir sama
dengan Gayus, mengorupsi uang rakyat. Jika kasus ini berantai, maka, masih ada
giliran berikutnya lagi. Ibarat rantai-bulat, jika salah satu pengaitnya putus,
pengait yang lain akan terlepas.
Begitulah
kiprah dua pegawai pajak akhir-akhir ini. Ada penyidik yang menangkap aksi
mereka. Gayus kini ditahan dengan hukuman penjara (dengan 4 tuduhan) lebih
kurang 28 tahun. Bukan hanya itu, hartanya yang diduga terkait dengan uang
pajak akan ditarik ke kas negara. Tak heran jika ada komentar, ini model
pemiskinan koruptor.
*Semua gambar dari google |
Kita
tunggu giliran ‘gayus-gayus’ berikutnya (termasuk Dhana yang kini sedang
diselidiki) diteliti dan diadili dengan hukuman setimpal. Ide pemiskinan
koruptor kiranya tidak salah untuk memberi efek jera bagi para koruptor. Bukan
berarti menguras semua hartanya, tentu saja, toh koruptor juga punya penghasilan yang wajar. Hanya saja
tampaknya juga tidak boleh dihalang jika negara menyita semua aset yang
terbukti berasal dari uang korupsi.
Dari rakyat untuk
rakyat
Slogan
pajak “dari rakyat untuk rakyat” kiranya kurang bergema untuk saat ini. Rakyat
tentu saja kecewa melihat kiprah pegawai pajak kita. Bisa jadi, slogan ini diubah
jadi, “dari rakyat untuk pegawai pajak”. Tidak salah memang! Rakyat lelah
dengan perjuangan mencari nafkah masih juga dibebani dengan praktik kotor
aparatur pajak.
Dampak
tidak langsung dari kasus ini adalah pemiskinan rakyat. Mana yang dipilih
sekarang, pemiskinan koruptor atau pemiskinan rakyat? Rasanya kurang cocok
untuk pilihan kedua. Namun, bagaimana pun, kiprah pegawai pajak ‘model gayus’
ini justru memiskinkan rakyat. Seolah-olah negara tidak memerhatikan rakyatnya.
Alih-alih kekurangan dana padahal dananya dicuri sang koruptor. Wahai koruptor
berhentilah!! Ingat perjuangan kami rakyat kecil. Rakyat menabung untuk
dikembalikan bukan untuk dijadiakn milik pegawai pajak.
CPR, 8/3/2012
Gordi Afri
Post a Comment