Ini pengalaman berbagi lagi. Sederhana
tetapi saya menemukan keindahan di dalamnya. Masih ingat pengalaman pertama saya tentang berbagi. Kisah ini hanya lanjutan
saja.
Jumat, 8/3/13 kemarin, saya mengikuti
Ibadat jalan salib di Gereja Katolik Keluarga Kudus, Banteng-Yogyakarta. Saya tidak
terlambat seperti hari Jumat sebelumnya. Saya tiba di gereja 20 menit sebelum
ibadat dimulai.
Saya memilih duduk di pinggir dekat
dengan halaman luar gereja. Gereja ini tidak ada dinding di dua sisinya. Hanya ada
ruang terbuka. Di sinilah saya duduk agar merasakan udara.
Saya tidak membawa buku ibadat. Saya mencari
di rak buku teryanta tidak ada. Boleh jadi sudah ada yang ambil sebelumnya. Untunglah
di samping saya duduk seorang suster.
Dia membawa buku ibadat. Mula-mula
dia tidak memerhatikan saya yang duduk di sampingnya. Tetapi dia mau ebrbagi
dengan teman yang ada di depan kami. Kebetulan lebih dekat untuk membaca
sama-sama doa dalam buku itu.
Tidak lama kemudian, dia berbagi dengan
saya. Meski agak jauh, saya bisa membaca isi buku itu. Mata saya tajam. Dan suster
ini mengikuti dengan cermat. Dia tahu saya mengikuti doa dalam buku itu. Sedangkan
teman di depan kami tidak bisa lagi membaca dari jarak jauh.
Saya terharu dengan suster ini. Dia mau
berbagi dari saat itu hingga ibadat berakhir. Ini luar biasa.
Saya merasa bangga sekali punya
saudari seperti ini. Saya senang meski saya menjadi pengemis buku. Dalam artian,
saya tidak membawa buku ibadat tetapi selalu ada yang mau berbagi. Benarlah Sabda
Yesus, “Ketika Aku haus, kamu memberi aku makan, ketika Aku telanjang, kamu
memberi Aku Pakaian.”
Saya mengubahnya demikian, “Ketika
Aku tidak membawa buku, kamu memberi Aku buku untuk dibaca bersama.” Luar biasa
bukan? Dalam dua kali ibadat, saya selalu diberi buku oleh 2 orang.
Terima kasih untuk pengalaman
indahnya berbagi ini.
PA, 10/3/13
Gordi
muantap...........
ReplyDelete