Ini pengalaman unik. Karena saya baru mengalaminya. Terkesan
dan amat menyentuh.
Jumat kemarin, 22/2/13, saya mengikuti Ibadat Jalan
Salib di Gereja Katolik Keluarga Kudus, Banteng, Jalan Kaliurang, Yogyakarta. Ibadat
Jalan Salib merupakan sebuah ibadat dalam gereja Katolik untuk mengenangkan
perjalanan Yesus membawa salib ke Golgota. Ibadat ini dibuat pada masa
Prapaskah. Masa di mana umat Katolik menyiapkan diri menyongsong perayaan
Paskah. Masa ini berlangsung lebih kurang 40 hari.
Ibadat Jalan Salib biasanya dilaksanakan setiap hari
Jumat. Jadi, Jumat kemarin menjadi hari Jalan Salib kedua. Jalan salib pertama
pada 12/2/13.
Saya duduk di bagian belakang dekat dengan pintu. Di samping
kanan saya ada teman cowok. Mereka datang lebih dulu. Mereka memiliki buku
panduan Jalan Salib dan juga lembaran lagu.
Di sebelah kiri saya ada Ibu. Lengkap dengan buku Ibadat
Jalan Salib. Saya tidak membawa buku. Saya mengira ada buku di gereja. Ternyata
persediaannya habis. Saya datang dan tidak ada buku di kotak dekat pintu depan.
Jalan Salib dimulai pukul 17.00. 15 menit sebelumnya
saya tiba di gereja. Ada waktu untuk hening sejenak. Jalan salib pun mulai. Baru
saja perhentian kedua, saya mulai keingat. Suhu dalam gereja mulai panas. Kipas
belum dinyalakan. Saya keringatan.
Saya meminjam lembaran lagu dari teman sebelah kiri. Dia
memberikan. Saya memakainya sebagai kipas. Untung ada lembaran ini. Meski keringat
masih mengucur. Keringat berkurang pelan-pelan. Tetapi sudah ada yang jatuh di
lantai. Keringat berhenti total setelah kipas dinyalakan. Bukan hanya saya yang
keringatan. Tetapi karena saya orangnya berkeringat, keringat saya cukup
banyak.
Sementara itu, ibu di sebelah kanan saya membagikan
bukunya untuk saya baca. Kami membaca bersama buku ibadat Jalan Salib itu. Dia memiringkan
sedikit posisi buku agar saya bisa membaca. Dari perhentian pertama hingga
perhentian 14. Saya salut dengan ibu ini.
Dua pengalaman ini menyadarkan saya akan indahnya
berbagi. Berbagi hal kecil saja sudah sebuah anugerah. Andai tidak ada lembaran
lagu, andai tidak ada buku ibadat, boleh jadi saya hanya ikut-ikutan saja. Dengan
berbagi saya bisa mengikuti Ibadat dengan baik.
Terima kasih teman
Terima kasih ibu
Jasa kalian amat besar
Kalian mengajarkan indahnya berbagi
Yesus, ambillah hatiku
Agar tergugah untuk berbagi pada sesama
Jauhkan dari pikiranku
Segala penghalang
Agar saya bisa berbagi
Apa yang saya miliki.
PA, 23/2/13
Post a Comment