Dari Penuh jadi
Hampir Kosong
foto, AFP Getty Images, dari thepromota.co.uk |
Di kota Parma, tidak ada istilah paskah kedua. Ada
istilah pas’quaetta. Maksudnya sama
seperti Paskah kedua. Kata ini berasal dari kata pasqua (easter) dan pas’quaetta diterjemahkan dalam bahasa
Inggris menjadi Easter Monday. Dan,
orang Italia masih merayakan paslkah kedua ini. Di bagian Selatan—kata teman
saya—paskah kedua ini masih ramai. Banyak umat datang misa. Daerah Selatan
memang boleh dibilang lebih hidup kekatolikannya ketimbang di Utara.
Penyebabnya tentu banyak. Kita bisa menggunakan kacamata dengan berbagai merek untuk melihatnya. Ada kacamata ekonomi,
politik, sosial, dan budaya masyarakat.
Di Santa Cristina hari ini, hadir setidaknya 30-an orang.
Jumlah ini kecil sekali dan tidak sebanding dengan
kemarin. Meski, sedikit, kami tetap merayakan misa dalam semangat kekeluargaan.
Keluarga yang kecil—komentar beberapa teman—punya semangat kekeluargaan yang
tinggi. Tentu keluarga yang besar juga. Tergantung kepala keluarga menciptakan
suasana kekeluargaan dalam rumah keluarganya. Ada juga keluarga besar yang
tampak sekali kekeluargaannya. Keluarga seperti inilah yang patut ditiru dan
patut diambil semangat kekeluargaanya. Semangat kekeluargaan yang menciptakan
suasana kebahagiaan.
Dan, kami merayakan
misa hari ini dalam suasana bahagia paskah. Dalam homili, pastor paroki meminta
saya untuk membacakan beberapa kutipan dari bahan kuliah yang dibuatnya, juga
dari buku yang ditulisnya. Jadi, homili hari ini tidak
seperti homili kemarin dan homili hari Minggu lainnya. Homili hari ini lebih
bercorak kuliah. Tidak apa-apa. Ini juga bagian dari kreativitas. Setiap pastor
yang memimpin misa mempunyai gaya tersendiri dalam membawakan homilinya.
Seperti kita lihat juga gaya Paus Yohanes Paulus II yang sudah jadi santo itu
beda dengan Paus Benediktus XVI yang profesor Filsafat dan Teologi itu. Homili
Paus Benediktus XVI juga beda dengan Paus Fransiskus, Jesuit dan profesor itu.
Apa pun coraknya homili, misa hari ini tetaplah misa Paskah kedua. Misa yang
kami ikut dalam suasana kekeluargaan dan kebahagiaan Paskah.
Setelah misa, saya langsung mengambil sepeda saya dan
kembali ke rumah. Di rumah, kami membuat pesta paskah. Makan siang bersama di
halaman rumah. Makan yang kami siapkan sendiri. Tidak ada spagetti, pizza, pastasciutta.
Hanya ada daging bakar, nasi, sedikit roti, cabe sebagai pendorong nasi,
dan buah-buahan yang tak akan kami tinggalkan. Kebahagiaan Paskah ini kami
ciptakan juga di halaman ini. bangku dan meja kami ambil di kamar makan. Radila
halaman ini seperti kamar makan alam. Di kamar makan ada kebahagiaan. Di sini
juga ada. Kami merayakan pesta ulang tahun seorang teman yang hari ulang
tahunnya jatuh 3 hari yang lalu. Ada sepatah dua kata darinya sebagai ungkapan
terima kasih. Ada juga lagu indah yang kami nyanyikan bersama dalam bahasa
Prancis dan Spanyol. Ah indahnya kebersamaan dalam suasana kebahagiaan Paskah
ini.
Selamat Paskah 2015 dan selamat
ulang tahun temanku.
Parma, 6 April 2015
Gordi
Post a Comment