Halloween party ideas 2015



Menjadi janda adalah hal yang menyakitkan. Hampir sebagian besar ibu hampirpasti menolak jika ditawari mau menjanda. Janda itu banyak aibnya. Sedikit saja buat salah, kabar anginnya besar dan tersebar. Janda juga tak luput dari gosip. Gosip ini yang kadang menambah beban seorang janda.

Meski hampir semua ibu menolak, ada beberapa ibu yang memilih untuk hidup emnjanda. Bagi mereka, kehidupan seorang janda lebih baik daripada berkeluarga. Berkeluarga menjadi beban bagi mereka. Dalam keluarga mereka malah menderita akibat ulah suami. Dalam perkawinan Katolik, tidak ada kata cerai, tetapi bila keadaan menyulitkan, beberapa ibu memilih pisah ranjang. Beberapa lagi, melampaui aturan, memilih menjanda.

Ada janda yang memang menjadi janda karena keadaan. Suami tercinta telah pergi selamanya. Menjanda seperti ini justru menjadi ksempatan untuk berjuang. Menghidupi anak-anak sampai mereka dewasa dan menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Tidak ada pilihan lain selain mengasuh buah hati.

Menjadi janda secara ekonomi tidak menguntungkan. Hanya sebagian kecil, janda yang sukses. Sebagian besar hidup pas-pasan saja. Dengan ini kiranya mereka membutuhkan bantuan keluarga lain. Atau kalau tidak, mereka malah pasrah pada Tuhan. Kehidupan seperti ini memudahkan orang untuk pasrah pada kehendak Tuhan.

Hari ini, Sabtu, 8/6/13, bacaan liturgi Gereja Katolik berkisah tentang janda miskin yang memberi persembahan. Janda ini sudah jelas statusnya yakni orang miskin. Miskin harta tentunya. Dia miskin tetapi dia mampu menyumbangkan persembahan. Ia memberi dari apa yang ada padanya. Persembahan di sini ternyata menjadi berharga bukan karena nominal uangnya tetapi dari kesungguhan pemberiannya.

Selain janda, ada juga orang kaya yang tentu memberi lebih besar dari janda ini. Tetapi, Yesus justru melihat pemberian terbesar adalah dari janda. Janda memberi seluruh kepunyaannya sedangkan orang kaya memberi sebagian dari kepunyaannya. Jadilah, janda ini miskin tetapi kaya.

Janda miskin adalah simbol hidup ideal manusia. Manusia memiliki harta tetapi tak sedikit yang, maaf pelit, jika diminta menyumbang. Manusia ingin memiliki, ingin memperoleh, tetapi enggan memberi. Sifat memberi membuat manusia merasa bebas. Sedangkan sifat mengharapkan pemberian membuat manusia selalu ingin memperoleh. Kiranya semua setuju dengan persembahan si janda miskin ini.

PA, 8/6/13
Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.