foto oleh Power Fulking 1 |
Agama. Itulah institusi sosial yang mengikat manusia. Ada yang mengatakan
agama bukan institusi sosial tetapi institusi religius. Okelah terlalu ribut
untuk mempersoalkan hal ini. Tentu semuanya mempunyai argumen mengapa dikatakan
institusi religius dan mengapa institusi sosial. Yang jelas para sosiolog agama
akan mengatakan agama merupakan sebuah institusi sosial dalam masyarakat.
Sekarang ini peran agama sangat menentukan. Agama menjadi salah satu tanda yang diperhatikan oleh banyak orang. Agamamu
apa? Agama dia apa? Agama mereka apa?
Kalau
pertanyaan ini muncul boleh jadi orang ini sedang mempersoalkan asal-usul
agama. Tentu kalau hanya sekadar ingin tahu tidak apa-apa. Ya supaya mudah
diingat saja, si A dari agama A, si B dari agama B.
Tetapi
kadang-kadang pertanyaan seperti itu muncul untuk membuat perbedaan. Kamu dan
Kami. Kamu tidak boleh masuk dalam dunia kami. Kami tidak akan masuk dalam duniamu.
Jika seperti
ini agama menjadi pemisah, pengurung, penjara. Dari sini juga akan mucul pemisahan dan pengelompokan. Jangan mau kalau
diajak si A dari agama A, jangan memilih kalau si A dari agama A menjadi calon
ketua kelas. Kalau seperti ini sebuah kelompok tidak akan maju. Semua anggota
kelompok akan menjaga jarak dan memilih kelompok yang sesuai dengan baju
agamanya, sukunya, dan sebagainya.
Bayangkan jika Indonesia ini seperti ini. Indonesia tidak akan seperti
sekarang ini. Orang Indonesia akan terpencar dan
membentuk kelompok sesuai agama, suku, daerah asal, dan sebagainya. Akan jadi
repot misalnya orang Sumatera disatukan karena pulau. Tetapi mereka dipisahkan
lagi oleh agama. Lalu dipisahkan lagi oleh bahasa. Maka tidak akan ada
persatuan.
Maka, jika
rakyat Indonesia ingin tetap mempertahankan bhineka tunggal ika, sebaiknya,
jauhkan dari segala pengelompokan dengan berbagai kategorinya. Bolehlah
pengelompokan itu ada, hanya sebagai pengetahuan saja. Jangan jadikan itu
sebagai tolok ukur untuk memilih pemimpin yang tugasnya adalah MENYATUKAN dan
MENYEJAHTERAKAN rakyat.
PA, 29/8/2012
Gordi Afri
*Dimuat
di blog kompasiana pada 30/8/12
Post a Comment