foto oleh Didi Sadli |
Spanduk-spanduk kampanye.
Spanduk bertebaran di kawasan ibu kota. Isinya berupa ajakan untuk memilih
calon gubernur dan wakilnya. Di situ ada gambar/foto keduanya. Meski hanya ada
2 kandidat, spanduknya banyak dan bermacam-macam.
Memang demikianlah caranya
supaya bisa terkenal. Media publik seperti spanduk bisa
dilihat oleh banyak orang. Siapa yang memajang fotonya di spanduk seperti
spanduk kampanye ini, siap menjadi orang terkenal. Demikianlah yang dibuat oleh
tim sukses pemilihan kepala daerah ibu kota.
KAndidatnya ingin menjadi
orang yang terkenal. Minimal dikenal oleh lapisan masyarakat. Kalau sudah kenal
boleh jadi memilih dia menjadi kepala daerah. Inilah harapan dari calon
kandidat.
Hari ini spanduk-spanduk
itu dibersihkan, diturunkan dari pajangan. Luar biasa banyaknya. Padahal bukan
masa kampanye. Beginilah manusia ingin mencari lebih. Lebih banyak waktu dari
masa kampanye yang diberikan. Tujuannya tidak lain yakni agar lebih dikenal.
Kalau dikenal karena prestasinya baiknya pasti akan dipilih. KAlau terkenal
karena kurang prestasinya pasti akan diabaikan.
Tetapi siapa yang tahu
prestasi sebenarnya kalau masyarakat hanya melihat spanduknya saja. DI spanduk
tampak yang baik-baik, ganteng, menjanjikan, juga janji-janji kampanye. tetapi
ini tidak mewakili keselruhan kepribadian sang kandidat. itu hanya yang
terlihat. Yang tidak terlihatnya tidak ada yang tahu.
Manusia kadang terpesona
dengan apa yang dilihat, yang tampak. Padahal yang tidak terlihat, boleh jadi,
jauh lebih baik dari yang dilihat. Sayangnya manusia hanya ingin melihat yang
tampak saja. Memang yang tidak kelihatan hanya bisa dilihat oleh mata hati,
bukan mata indra.
Spanduk-spanduk itu memang
bisa diturunkan. Biarkan masyarakat mencari yang tidak kelihatan dari sang
kandidat. Biarkan pemandangan publik tidak diramaikan oleh spanduk-spanduk itu.
PA, 29/8/2012
Gordi
Afri
*Dimuat
di blog kompasiana pada 29/8/12
Post a Comment