Halloween party ideas 2015

foto oleh Jari Cerdas Aritmatika Indonesia
Biasanya anak-anak kelas VI paling aktif mengikuti pelajaran tiap hari Sabtu. Tetapi beberapa minggu belakangan mereka tidak tampak lagi. Ke mana kah mereka?

“Kelas enam kok tidak datang lagi?” tanyaku pada anak-anak yang kami dampingi.
“Ya kak, mereka gak datang lagi, katanya mau siap ujian sekolah,” jawab beberapa anak kelas IV.

Mereka bisa hilang begitu saja gara-gara UN. UN itu mengganggu kegiatan belajar kami. Kami hanya berjumpa sekali seminggu tetapi kami sekarang berpisah gara-gara UN itu.

Saya sudah akrab dengan mereka (kelas VI) karena sering mendampingi mereka menyelesaikan soal ujian atau tugas dari sekolah. Kini, saya haruskehilangan mereka. UN yang dibuat pemerintah itu justru memisahkan kami, kelompok belajar tiap hari Sabtu.

Mungkin, banyak teman-teman kami, anak-anak SD di daerah yang harus berpisah dari rumah orang tua dan bermalam di rumah guru atau di sekolah demi menyiapkan UN ini. Mereka rela menghilangkan waktu bermain dan diganti dengan belajar mengerjakan soal ujian. UN merebut hak kami, anak-anak, untuk menikmati masa kecil yang paling indah melalui permainan dan bersosialisai bersama teman-teman.

Dunia pendidikan ini seolah-olah segalanya sehingga sebagian besar waktu kami dicurahkan untuk itu. Bagaimana dengan dunia kami yang lainnya? Kami punya bakat yang harusdikembangkan. Tetapi kami dikondisikan untuk mendiamkan bakatkami itu sehingga kami tak bisa mengembangkannya lagi. Sungguh UN itu membelenggu kebebasan kami, anak-anak.

Pemerintah harus bertanggung jawa jika kami, anak-anak SD tak mempunyai masa depan cerah gara-gara dikondisikan untuk mengerjakan soal UN. Selamat berjuang adik-adikku yang besok akan mengadakan UN.

Pintar itu banyak seginya bukan hanya sisi kognitif saja. UN mengukur kepintaran dari satu sisi saja.

CPR, 15/4/2012

Post a Comment

Powered by Blogger.