foto oleh news_pd |
Tentu tak penting saya kenal atau
tidak. Toh, saya juga bukan orang penting. Tetapi saya senang dengan berita
seperti ini. Saya tertarik melihat gerak langkah orang yang mundur dari sebuah
jabatan. Artinya bukan orang lain yang menurunkan dia dari jabatan tetapi atas
inisiatifnya sendiri.
Lepas dari alasan yang dibeberkan
media, saya salut dengan langkah mundur Tere. Orang lain yang memilih dia
menjadi anggota DPR tetapi dia yang memilih untuk mundur dari jabatan itu. Ini
tandanya Tere mempunyai pegangan hidup yang kuat. Orang yang mempunyai pegangan
hidup biasanya tidak diombang-ambingkan oleh rayuan sesaat dari orang-orang di
sekitarnya.
Boleh jadi Tere merasa tidak nyaman
dengan pekerjaannya sebagai politisi. Tetapi ini hanya rekaan saja akrena hal
ini tidak dibeberkan media dan tidak diungkapkan Tere. Hanya saja, kalau itu
terjadi, Tere sudah mengambil jalan yang benar yakni menghindar dari
ketidaknyamanan itu dan sebisa mungkin tidak tercebur ke dalamnya.
Mungkin ada yang menilai langkah Tere
keliru. Apa yang kurang jadi anggota DPR, gaji banyak, mau keluar negeri untuk
studi banding sambil jalan-jalan bisa, mau keliling daerah di Indonesia bisa,
mau punya sekretaris pribadi dan staf ahli bisa. (Saya tidak tahu bagaimana
peraturan tentang sekretaris pribadi dan staf ahli ini. Tetapi saya pernah
membaca ada anggota DPR yang mempunyai staf ahli selain sekretaris). Tetapi
Tere memilih untuk keluar dari kenyamanan dan kemewahan ini.
Apakah Tere bosan dengan semua ini?
Kan bisa buat variasi biar tidak bosan. Apakah Tere mau mengabdi kepada rakyat
yang menderita dengan jalan meninggalkan kemewahan ini? Hanya Tere yang bisa
menjawab. Selagi dia belum mengatakan alasan ini maka hanya dugaan yang bisa
dilontarkan. Alasan yang ia ungkapkan di media hanya mau merawat keluarganya.
Saya melihat langkah Tere ini sebagai
langkah yang benar dan rendah hati. Tere bisa saja merasa tidak mampu mengemban
tugas di DPR maka dia memilih untuk mundur. Jika demikian Tere sudah mengakui
kemampuan dirinya. Tere tidak termasuk orang yang gila kekuasaan sehingga
memaksa diri duduk di bangku parlemen meski dia tidak mempunyai sumbangsih bagi
rakyat. Ini berarti bahwa Tere bukan penakut. Dia memilih mundur karena berani
mengakui keadaan dirinya (kemampuan-kelemahan kinerjanya).
Langkah Tere ini boleh dibilang
langka dalam ranah politik di Indonesia. Orang seperti Tere bisa dihitung
dengan jari. Kalangan media dan lembaga survei yang mempunyai penelitian dan
pengembangan (litbang) mungkin bisa membeberkan siapa-siapa saja politikus yang
memilih mundur karena kemauan sendiri. Kita menunggu Tere-tere yang lain.
Mungkin terlalu berat meninggalkan
rumah rakyat yang penuh kemewahan itu. Tetapi orang seperti Tere mampu
melampaui kemewahan yang ada. Mungkin ada politisi yang belum puas dengan
keinginan manusiawinya sehingga enggan meninggalkan ruang itu meski berbagai
tuduhan/dugaan negatif (korupsi, selingkuh, penyelewengan lain) dilontarkan
kepadanya. Sulit memang mencari Tere-tere yang lain. Tetapi saya yakin masih
ada orang yang mau mendengar jeritan hati kecilnya. “Kalau memang tidak sanggup
lebih baik mundur. Kalau memang salah lebih baik mengakui. Kalau memang keliru
lebih baik diklarifikasi.”
Salam salut untuk Tere.
CPR, 4/6/2012
Gordi Afri
*Dimuat di blog kompasiana pada 4/6/12
Post a Comment