foto oleh God's World, USA |
Adam Lanza, pembunuh yang sedang tenar di
Amerika ternyata tidak dikenal oleh teman-temannya. Teman-temannya tahu Adam
tetapi tidak mengenalnya. Ini berarti Adam hanya dikenal sebagai nama seorang
teman. Sementara pribadinya tidak banyak yang tahu.
Inilah akibatnya jika berteman hanya
sebatas nama saja. Berteman layaknya disertai kenal secara mendalam. Pribadi,
sikap, tutur kata, tingkah lakunya meski diketahui. Jika tidak, seperti ini
hasilnya.
Saya kira Adam Lanza tak jauh beda dengan
pelaku teror di negeri kita. Mereka tinggal di lingkungan RT tetapi tidak
dikenal oleh warga lingkungan. Mereka hanya tahu, si A tinggal di sini selama
setahun, misalnya. Tetapi sikap, perilaku, profesi, bahkan aktivitasnya tidak
diketahui.
Beberapa waktu kemudian tiba-tiba saja,
tetangga itu ditangkap polisi. Semua yang diketahui tentang tetangga itu buyar.
Ternyata dia ini teroris, pembuat bom, dan sebagainya.
Kembali kepada kita. Maukah kita mengenal
tetangga kita? Jika sering bergaul dan ikut serta dalam pertemuan, kerja bakti
lingkungan, kita mengetahui tetangga kita. Meski hanya sekali sebulan, kerja
bakti itu berguna, paling tidak kita punya modal untuk saling sapa. Dari saling
sapa kita mengenal orangnya.
Kebiasaan gaul semacam ini bisa ditularkan
kepada anak-anak kita. Jangan biarkan dia murung sendiri di kamar. Ajak dia
bermain, bercengkrama, menonton film bersama, jalan-jalan ke pasar, mol, dan
tempat ramai. Dengan kata lain anak dilatih untuk bersosialisasi. Orang tua
juga semestinya setia mendampingi. Jangan beralasan sudah lelah bekerja,
anak-anak dibiarkan bermain sendirian.
Kalau kita tahu dan kenal anak kita
seperti apa, kita pun bisa memberi pendampingan yang efektif padanya. Anak-anak
adalah peniru ulung. Jangan sesekali anak-anak mempelajari hal-hala buruk dari
orang dewasa. Kunci untuk mencegahnya adalah dengan mendampingi dia.
Mari mengenal tetangga kita. Selamat
mencoba.
PA, 18/12/12
Gordi
*Pernah
dimuat di blog kompasiana pada 18/12/12
Post a Comment