Beberapa di antara mereka adalah anak didikan Padre Corda SX |
Niat saya ingin
mendengar suara Padre Corda. Niat itu muncul bulan Agustus 2014 yang lalu. Saat
itu, saya mendengar Padre Corda pindah dari Yogyakarta ke Padang. Sebelum
sampai di Padang, singgah di Jakarta. Saya ingin meneleponnya di Jakarta. Sayang,
tak jadi. Dia sedang berobat dan hanya bisa ditelepon pada waktu tertentu saja.
Saya tidak berhasil menemukan waktu yang pas. Saya juga mencobanya ketika dia
sudah di Padang. Niat saya tetap ada. Beberapa kali saya mendengar kabar
tentangnya dari teman di Padang. Sayang sampai akhir hidupnya, saya tidak jadi
meneleponnya. Niat itu tinggal kenangan.
Saya memang ingin
mendengar suaranya. Suara yang saya dengar sejak mengenalnya tahun 2005 yang
lalu. Setahun kami lalui bersama di kota pendidikan
dan kota budaya, Yogyakarta. Setiap hari mendengar suaranya di kelas, di
gereja, di halaman, di kebun, di ruang TV, di jalan, dan sebagainya. Dialah
pendidik saya dan sayalah didikannya.
Tahun 2012 hingga pertengahan 2013,
saya kembali ke Yogyakarta. Bekerja bersamanya lagi. Saya senang bisa mendengar
suaranya. Suara yang dulu saya anggap sebagai suara sang guru, sang pendidik,
kini menjadi suara sang rekan kerja, suara sang rekan pendidik. Tetapi, dalam
hal ini saya selalu ingin menjadikan suara itu sebagai suara orang yang
mendidik saya. Saya memang ingin terus menerima didikannya.
Suaranya kadang tegas, rileks, keras,
dan bahkan bisa menusuk jantung psikologis. Ya, suara pendidik memang
kadang-kadang seperti itu. Maklum, menjadi pendidik tidaklah mudah. Menjadi
pendidik berarti memberikan segala tenaga untuk mendidik anak didikan. Saya
salut dengan suara Padre Corda yang selalu menggema ketika anak-anak didikannya
menyeleweng, main-main, kurang serius belajar, bekerja semaunya saja. Dalam hal
ini, suara Padre Corda adalah suara yang mengikuti tangan dan kakinya.
Dengan kaki dan tangan dia memberi petunjuk kepada anak didik. Kalau toh, tidak
paham, dia mengeluarkan suara didikan. Sebab, suaranya itu mendidik. Betapapun
keras nadanya, maksudnya jelas, ajakan untuk mau dididik. Suaranya juga mengajarkan.
Sebab, dia tidak saja mengkritik kelalaian anak didiknya tetapi juga
mengajarkan agar anak didiknya menjadi baik.
Terima kasih Padre Corda.
Suaramu adalah seruan pendidikan.
Suaramu adalah ajakan untuk mau dididik.
Suaramu adalah
ajaran.
Suaramu adalah
teladan.
Suaramu adalah
ingatan.
Prm, 7/2/15
Gordi
Post a Comment