Padre Corda berada di antara kaum muda |
Padre Corda adalah pendidik ulung. Ini
bukan asal sebut. Dalam karyanya di Indonesia hal ini tampak. Pertama, ketika
dia bekerja di seminari di kota Padang, menjadi pembina asrama di kota yang
sama. Kedua, ketika dia menjadi pembimbing spiritual para Tunas Xaverian di
kota Yogyakarta dan menjadi bapa pengakuan para frater di berbagai kongregasi
di kota Yogya dan para frater dari Seminari Tinggi Kentungan.
Saya beruntung bisa mengenal lebih
dalam lagi karya pendidikannya. Soal pendidikan di kota Padang, saya hanya
mendengar. Baik dari dia maupun dari cerita orang. Namun, soal pendidikan di
Yogyakarta, saya sendiri adalah satu di antara para muridnya. Dan, selain murid, saya sendiri juga yang menjadi rekan
kerjanya sebagai pendidik. Saya—di hadapan dia—adalah seorang didikan dan rekan
pendidik.
Dari dia, saya dan
teman-teman mengenal beberapa lagu dalam bahasa Italia. Saya sama sekali tidak
mengerti artinya sebelum dia menjelaskan artinya. Namun, saya melihat daya
juangnya untuk mengajarkan lagu itu. Sulit tetapi lama-lama dia membuat kami
menyukainya. Demikian juga ketika kami—para murid—menanyakan banyak hal tentang
berbagai pengetahuan padanya.
Di kelas, saat
pelajaran, kami mengajukan banyak pertanyaan. Dia menjawab dengan bahasa yang
sekiranya mampu kami pahami. Konsep teologis yang abstrak dan tinggi misalnya,
diterjemahkannya dalam bahasa yang bisa ditangkap. Kadang-kadang memang sulit
apalagi dia orang asing. Tetapi, bukan sulitnya yang membuatnya menjadi
pendidik ulung. Dia menjadi pendidik ulung karena kegigihannya untuk mengajar.
Saat menjadi rekan
kerjanya, saya beberapa kali dimintai mengoreksi tulisannya. Maklum, dia
menerjemahkan beberapa buku ke dalam bahasa Indonesia. Satu sudah terbit oleh
Penerbit Pustaka Nusatama, Yogyakarta. Lainnya sedang diterjemahkan dan
dikoreksi bahasanya. Saya juga beruntung beberapa kali ikut bersamanya
membawakan seminar tentang katekese di kelompok umat Katolik. Saya hanya sebagai
rekan kerja dan sebagai sopir dalam kegiatan ini. Rupanya dia menjadikan saya
juga sebagai moderator diskusi. Senang bisa bekerja dengannya.
Bagi Padre Corda
menjadi pendidik kiranya berarti tinggal bersama, bekerja, belajar, berdoa,
bercerita, bersendagurau dengan anak didiknya. Sering kali
kami duduk berdua di meja makan kala dua padre lainnya tidak ada di rumah. Kami
berbagi cerita setelah selesai makan malam. Kami juga sama-sama berbagi cerita
dengan anak-anak didik kami. Indahnya hidup bersama pendidik ini.
Menjadi pendidik juga kiranya berarti
memiliki jiwa muda. Umurnya lebih dari 80-an tahun tetapi jiwanya seperti jiwa
seorangi anak 17-an tahun. Mayoritas anak didik kami berumur 17-18 tahun. Padre
Corda dengan hatinya yang muda itu, mendekati, mengajar dengan memberi contoh,
dan memberi semangat kepada anak-anak didiknya yang muda itu. Saya pernah
mengalaminya sebagai anak didik dan sebagai rekan pendidik. Saya senang
mengulang kalimat ini karena tidak mau kehilangan aura pendidikan dengannya.
Terima kasih padre untuk telata
pendidikanmu.
Prm, 7/2/15
Gordi
Post a Comment