Halloween party ideas 2015

JALAN SALIB DI ALUN-ALUN KOTA PARMA

foto, VIA CRUCIS AVENZA, www.lanazione.it
JALAN SALIB bersama Uskup Keuskupan Parma, Mgr Enrico Solmi. Jalan salib ini diorganisir oleh organisasi keuskupan, Caritas dan kelompok imigran. Itulah sebabnya ada anggota dari kelompok Caritas dan juga dari kelompok imigran. Ada juga para jurnalis dari majalah mingguan Keuskupan Parma Vita Nuova. Ada juga kelompok para mahasiswa dari Kamerun yang sedang kuliah di kota Parma. Ada kelompok religius di kota Parma.



Jalan salib ini menjadi unik karena dibuat di sepanjang jalan dari kantor Caritas sampai gereja katedral kota Parma. Dua polisi mengawal kegiatan ini. Dari Caritas melewati beberapa ruas jalan besar dan kecil di kota Parma. Melewati beberapa gereja juga. Bukan saja gereja, bahkan juga melewati jalan utama kota Parma. Selain itu, juga melewati salah satu pusat kota Parma yakni Piazza Garibaldi.

Jalan salib memang lazimnya dibuat dalam gereja. Tapi, kali ini kami membuatnya di sepanjang jalan. Bukan dengan drama—seperti tablo—di Indonesia, tetapi dengan cara yang biasa. Ada pembacaan kutipan Kitab Suci, renungan, dan doa. Saya membaca salah satu kutipan Injil di perhentian ke lima.

Jalan salib ini menjadi tanda bagi masyarakat sekitar bahwa Yesus hadir di tengah mereka. Lebih dari tanda, jalan salib ini juga menjadi kehadiran nyata Yesus. Di beberapa tempat, banyak orang datang, mendekati kami.

Di beberapa tempat lain, mereka menjulurkan kepalanya dari jendela rumah, dan memotret kami, lalu membuat tanda salib. Di beberapa tempat lagi, di bar, mereka berhenti berteriak dan menyaksikan kami. Mereka yang tadinya bernyanyi berhenti sejenak dan mengarahkan pandangan ke kami. Demikian juga mereka yang sedang berpesta dan bernyanyi di alun-alun kota. Mereka berhenti dan ikut bersama kami merenungkan salah satu perhentian. Kami merenungkan salah satu perhentian di tempat itu.

foto, VIA CRUCIS AVENZA, www.lanazione.it/
Macam-macam tanda muncul dalam perjalanan kami ini. Tanda yang kiranya menjadi sarana untuk mengingat dan bahkan bila perlu menuju Dia yang menderita. Dia yang dulu menderita kini ikut dalam kehidupan kami. Menarik menyimak komentar beberapa teman, bagaimana mungkin Dia hadir dalam penderitaan kita, jika kita terus menerus menderita?

Saya menjawab lugas saja. Dia memang hadir bukan menghilangkan penderitaan tetapi memberi kita kekuatan dalam penderitaan. Ini prinsipku. Dan saya yakin ini. Entah ada yang kurang puas dengan ini. Tidak ada paksaan untuk mengiakan jawaban ini.

Yesus juga tidak memaksa manusia untuk mengikutinya. Dia hanya menawarkan untuk mengikutinya. Jika kalian mau, mari dan lihatlah. Begitu katanya. Maka, jalan salib yang kami buat ini juga hanyalah sebuah tawaran. Jika ada yang tertarik, mari dan ikutilah kami dalam jalan salib ini.

Meski hanya tawaran, orang-orang di Parma menghormati jalannya kegiatan ini. Paling tidak untuk mereka yang ada di bar di pinggir jalan, di restoran di pinggir jalan, bahkan di alun-alun kota yang ramai. Di depan ada polisi, jadi tidak ada yang mengganggu. Bahkan, bis-bis kota pun berhenti. Demikian pengguna jalan lainnya ketika kami lewat. Mereka tidak protes tetapi menghormati. Yang Katolik, Kristen, Muslim, dan sebagainya semuanya menghormati jalannya kegiatan ini.

Tiba di katedral, kami mendengar homili singkat dari bapa uskup. Dia berterima kasih kepada kami semua yang ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Tidak banyak, sekitar 100-an lebih. Setelahnya, kami kembali ke rumah masing-masing. Saya pulang jalan kaki, bersama seorang teman, penduduk kota Parma. Rumahnya kebetulan dekat dengan rumah kami. Melewati alun-alun ramai di kota Parma.

Terima kasih untuk kenangan indah ini.

PRM, 28 Maret 2015
Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.