JALAN SALIB DI ALUN-ALUN KOTA PARMA
foto, VIA CRUCIS AVENZA, www.lanazione.it |
JALAN SALIB bersama Uskup Keuskupan Parma,
Mgr Enrico Solmi. Jalan salib ini diorganisir oleh organisasi keuskupan,
Caritas dan kelompok imigran. Itulah sebabnya ada anggota dari kelompok Caritas
dan juga dari kelompok imigran. Ada juga para jurnalis dari majalah mingguan
Keuskupan Parma Vita Nuova. Ada juga kelompok para mahasiswa dari Kamerun yang
sedang kuliah di kota Parma. Ada kelompok religius di kota Parma.
Jalan salib ini menjadi unik karena dibuat
di sepanjang jalan dari kantor Caritas sampai gereja katedral kota Parma. Dua
polisi mengawal kegiatan ini. Dari Caritas melewati beberapa ruas jalan besar
dan kecil di kota Parma. Melewati beberapa gereja juga. Bukan saja gereja,
bahkan juga melewati jalan utama kota Parma. Selain itu, juga melewati salah
satu pusat kota Parma yakni Piazza
Garibaldi.
Jalan salib memang lazimnya dibuat
dalam gereja. Tapi, kali ini kami membuatnya di sepanjang jalan. Bukan dengan
drama—seperti tablo—di Indonesia, tetapi dengan cara yang biasa. Ada pembacaan
kutipan Kitab Suci, renungan, dan doa. Saya membaca salah satu kutipan Injil di
perhentian ke lima.
Jalan salib ini menjadi tanda bagi masyarakat sekitar bahwa
Yesus hadir di tengah mereka. Lebih dari tanda, jalan salib ini juga menjadi kehadiran nyata Yesus. Di beberapa
tempat, banyak orang datang, mendekati kami.
Di beberapa tempat lain, mereka
menjulurkan kepalanya dari jendela rumah, dan memotret kami, lalu membuat tanda
salib. Di beberapa tempat lagi, di bar, mereka berhenti berteriak dan
menyaksikan kami. Mereka yang tadinya bernyanyi berhenti sejenak dan
mengarahkan pandangan ke kami. Demikian juga mereka yang sedang berpesta dan
bernyanyi di alun-alun kota. Mereka berhenti dan ikut bersama kami merenungkan
salah satu perhentian. Kami merenungkan salah satu perhentian di tempat itu.
foto, VIA CRUCIS AVENZA, www.lanazione.it/ |
Macam-macam tanda muncul dalam
perjalanan kami ini. Tanda yang kiranya menjadi sarana untuk mengingat dan
bahkan bila perlu menuju Dia yang menderita. Dia yang dulu menderita kini ikut
dalam kehidupan kami. Menarik menyimak komentar beberapa teman, bagaimana mungkin Dia hadir dalam
penderitaan kita, jika kita terus menerus menderita?
Saya menjawab lugas saja. Dia
memang hadir bukan menghilangkan penderitaan tetapi memberi kita kekuatan dalam
penderitaan. Ini prinsipku. Dan saya yakin ini. Entah ada yang kurang
puas dengan ini. Tidak ada paksaan untuk mengiakan jawaban ini.
Yesus juga tidak memaksa manusia
untuk mengikutinya. Dia hanya menawarkan untuk mengikutinya. Jika
kalian mau, mari dan lihatlah. Begitu katanya. Maka, jalan salib yang kami buat ini juga
hanyalah sebuah tawaran. Jika ada
yang tertarik, mari dan ikutilah kami dalam jalan salib ini.
Meski hanya tawaran, orang-orang di
Parma menghormati jalannya kegiatan ini. Paling tidak untuk mereka yang ada di
bar di pinggir jalan, di restoran di pinggir jalan, bahkan di alun-alun kota
yang ramai. Di depan ada polisi, jadi tidak ada yang mengganggu. Bahkan,
bis-bis kota pun berhenti. Demikian pengguna jalan lainnya ketika kami lewat.
Mereka tidak protes tetapi menghormati. Yang Katolik, Kristen, Muslim, dan
sebagainya semuanya menghormati jalannya kegiatan ini.
Tiba di katedral, kami mendengar
homili singkat dari bapa uskup. Dia berterima kasih kepada kami semua yang ikut
ambil bagian dalam kegiatan ini. Tidak banyak, sekitar 100-an lebih. Setelahnya,
kami kembali ke rumah masing-masing. Saya pulang jalan kaki, bersama seorang
teman, penduduk kota Parma. Rumahnya kebetulan dekat dengan rumah kami. Melewati
alun-alun ramai di kota Parma.
Terima kasih untuk kenangan indah
ini.
PRM, 28 Maret 2015
Gordi
Post a Comment