Halloween party ideas 2015

MENGANGKAT DAUN PERDAMAIAN DI MINGGU PALMA

foto, DOMENICA DELLE PALME,  angeloscola.it 
Perayaan Minggu Palma di kota Parma tahun ini merupakan kali kedua. Kali pertama terjadi tahun lalu. Semoga kali ketiga juga masih di Parma. Tentu beda dengan perayaan di Indonesia. Di Jakarta, Yogyakarta, Labuan Bajo, apalagi di rumah saya. Perayaannya boleh beda tapi intinya sama yakni mengenang kembali peristiwa Yesus masuk kota Yerusalem. Di sana dia dielu-elukan sebagai raja. Meski, pada akhirnya dia ditolak karena tidak menampilkan sosok raja seperti yang diharapkan. Penduduk Yerusalem mengharapkan raja duniawi yang punya kuasa. Yesus tidak memiliki kuasa duniawi. Kuasanya datang dari Bapa-Nya. 

Gara-gara kuasa ini, Yesus tidak saja ditolak, tapi juga dibenci, disiksa, disuruh memikul salib sampai menderita, dan akhirnya meninggal. Kuasa seperti diharapkan penduduk Yerusalem itu juga yang menjadi harapan umat manusia zaman ini. Bahkan, kami yang mengikuti perayaan ini juga tidak luput dari angan-angan dan godaan mengejar kuasa seperti ini. Gara-gara kuasa ini juga, bahkan, kami juga ingin menguasai dunia, menguasai yang lain, menguasai agama, menguasai status sosial, menguasai negara lain, menguasai kelompok lain.

Meski kami tak luput dari godaan kuasa duniawi ini, masih ada di antara kami yang ingin menaklukkan kuasa ini. Kami lebih besar dari kuasa itu. Kami bisa menang melawan godaan kuasa itu. Kemenangan ini kami nyatakan dalam partisipasi dalam perayaan Minggu Palma hari ini.

Di antara kami ada anak-anak 8-10 tahun, remaja, dewasa, tetua, bahkan ada juga bayi. Ini berarti bahwa kuasa ini sebenarnya bisa ditaklukkan. Kuasa ini sebenarnya tidak kuat-kuat banget. Kuasa ini masih bisa direm agar kami sendiri menguasai kuasa yang menaklukkan kami. Kuasa ini memang ada dalam setiap orang. Orang dewasa, tetua, bahkan orang muda. Kuasa yang bisa masuk dalam hati dan pikiran siapa saja yang bisa berpikir dan beriba hati. Meski merasuk hati dan pikiran, kuasa ini sebenarnya bisa ditaklukkan. Itulah sebabnya kami mengenang peristiwa pemuliaan ini.

Peristiwa ini dikenang menurut peristiwa aslinya di Yerusalem. Di mulai dengan perarakan yang menggambarkan Yesus masuk kota Yerusalem. Disaksikan banyak orang yang memuliakan-Nya. Kami juga berarak dari Gereja Santo Antonius. Melewati kantor pos, singgah sebentar di Gereja Santa Maria Magdala yang sekarang sudah diserahkan kepada penganut Agama Katolik Ortodoks ritus Yunani. Dari situ, kami berjalan terus menuju Gereja Santa Cristina.

Kali ini, Yesus juga dielu-elukan oleh mereka yang melihatnya. Yesus yang dulu adalah Yesus dengan tubuh fisiknya. Yesus yang berjalan bersama kami hari ini adalah Yesus yang disalib. Kami membawa salib Yesus itu. Dan, banyak orang melihat Yesus yang kami bawa ini sebagai figur yang patut dimuliakan. Mereka langsung membuat tanda salib begitu melihatnya. Tanda salib itu menjadi tanda memuliakan Yesus. Dari balkon rumah, dari jendela kamar, jendela rumah, dan sebagainya. Bagi mereka, Yesus itulah figur yang harus mereka hormati. Lepas dari Yesus itu berfisik nyata seperti dulu, Yesus bagi mereka kiranya bukan saja terbatas pada tubuh fisiknya tetapi juga pada rapresentasinya dalam salib itu.

Di gereja sudah banyak yang menunggu. Polisi yang mengantar dan mengatur jalannya prosesi atau perarakan ini melepas kami sampai di pintu masuk gereja. Di dalam gereja, kami melanjutkan perayaan ekaristi. Saya dan dua teman (1 orang Italia, dan 1 orang Prancis) membacakan Injil yang mengisahkan penderitaan Yesus. Sebelumnya, di gereja Santo Antonius, saya membaca Injil. Umat mendengar dengan penuh hikmat bacaan ini. Bagi mereka, bacaan itu juga menjadi salah satu bagian penting dalam perayaan Minggu Palma ini.

Bukan saja bacaan itu yang penting. Orang Italia mempunyai tradisi yang kuat mengenai minggu palma. Daun palma bagi mereka daun zaitun atau l’olivo. Daun menjadi simbol perdamaian dalam budaya Italia. Simbol ini menjadi tanda bahwa orang Italia suka berdamai. Ini harapannya meski kadang-kadang kenyataan berkata lain. Tentu bagi umat Katolik Italia, datang ke gereja pada Minggu Palma menjadi ritual penting. Mereka membawa daun palma ke rumah dengan harapan membawa perdamaian bagi kehidupan mereka sekeluarga. Inilah yang unik dari perayaan Minggu Palma tahun 2015 ini.

Cerita ini akan berlanjut dengan cerita hari Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci dan Minggu Palma.

Parma, 3 April 2015
Gordi


Post a Comment

Powered by Blogger.