Dalam Keheningan Kami Mengenang-Nya
Paus Fransiskus mencium kaki, foto, dongiorgio.it |
Keberangkatannya
ini menjadi kenangan pilu. Mau berangkat saja kok pilu. Ya memang demikian.
Seorang muridnya menjual Dia. Namun, jangan berhenti dulu pada tindakan
muridnya. Simak dulu tindakan Dia yang kami kenang malam ini. Dia
mencuci kaki murid-muridnya lalu menciumnya. Inilah yang menjadi tanda
agungnya perayaan Kamis Putih ini. Dan, di Roma Paus Fransiskus membuatnya di
penjara, di kota Roma. Di situ, dia membersihkan kaki para tahanan
lalu menciumnya. Bukan saja tahanan Katolik tetapi juga tahanan dari
agama lainnya. Tindakan ini memang tidak memiliki sekat agama.
Demikian
juga yang dibuat pastor paroki kami. Dia mencuci dan mencium kaki beberapa
orang di antara kami. Bukan kaki saya tentunya karena saya sudah membuatnya
tahun lalu. Dua di antara mereka adalah orang Muslim asal Afganistan. Ada orang
Afrika, Eropa, dan Amerika Latin. Sementara di Santuario Conforti, ada
perwakilan dari para pastor di rumah induk, perwakilan orang awam, dan semua
mahasiswa baru Xaverian yang sedang belajar bahasa.
Di
Paroki Santa Cristina, kami membuatnya dalam keheningan. Dan, dalam keheningan
itu juga, kami mengingat 150 mahasiswa
Kristen di Kenya yang dibunuh oleh kelompok Muslim dari Mali. Maka, beberapa
peristiwa ini menjadi pusat perhatian kami malam ini dalam perayaan Misa Kamis
Putih, misa yang dimulai pukul 21.
Banyak
orang hadir dalam misa ini. Kami mengira hanya sedikit saja. Rupanya tidak.
Banyak orang Katolik rupanya mengingat peristiwa ini. Di meja altar, kami
menyiapkan satu roti besar. Roti yang
menjadi lambang tubuh Yesus sendiri. Namun, roti yang ini tidak dimaksudkan
untuk melambangkan tubuh Yesus. Roti itu dimaksudkan sebagai roti yang Yesus
pecah-pecah dan bagi-bagikan pada para murid-Nya. Roti itu juga kini dibagikan
pada kami, umat Kristiani zaman ini. Roti itu memang benar-benar kami bagikan.
Tentu bukan dari roti besar itu. Tetapi, dari roti yang juga kami sediakan sebanyak mungkin di pintu masuk gereja. Jadi, saat pulang, kami boleh
mengambil satu atau dua potong roti yang disedikan itu. Yesus membagikan roti
itu pada para murid-Nya, dan kami membagikan roti yang kami sediakan untuk para
hadirin dalam Misa Kamis Putih ini.
Roti
itu seperti bekal bagi kami. Besok, kami akan mengenang peristiwa wafatnya
Yesus Kristus. Dalam kenangan itu, kami akan berkabung. Dan, dalam perkabungan
itu, kami berpuasa. Dalam puasa, roti itulah bekal kami. Sampai jumpa di
tulisan berikutnya tentang Perayaan Jumat Agung 2015 di kota Parma.
Parma,
2 April 2015
Post a Comment