HARI BERKABUNG
CIUM SALIB, foto oi62.tinypic.com |
Hari berkabung ini tentu didahului
dengan penderitaan. Seperti orang sakit pada umumnya, menderita dulu baru pada
akhirnya meninggal. Yesus mengalami seperti ini. dari tadi pagi, Dia menderita.
Dalam Gereja Katolik, pagi hari biasanya dikenangkan peristiwa JALAN SALIB.
Peristiwa Yesus memikul salib sebagai hukuman. Hukuman dari raja Pontius
Pilatus karena Yesus menyamakan dirinya dengan Allah, Tuhan yang diyakini
bangsa Yahudi waktu itu. Mereka belum mengerti jika Yesus memang adalah Tuhan.
Tuhan yang datang dan hidup bersama manusia, tepatnya demikian. Setelah
diinterogasi panjang lebar, Yesus akhirnya dijatuhi hukuman ini. Dia memikul
salib itu hingga ke Golgota, gunung Tengkorak. Hanya sekali dibantu yakni oleh
Yusuf dari Arimatea. Tiga kali jatuh. Salib itu memang berat. Beratnya sampai
membuat Dia mati. Dia memang mati setelah dipaku di salib yang Ia pikul. Betapa
beratnya siksaan ini. sudah pikul, lalu dipaku juga di situ.
Peristiwa JALAN SALIB ini
dikenangkan dengan berbagai cara. Ada yang dengan mendengar kisahnya yang juga
ditulis dalam buku Jalan Salib dengan berbagai versinya. Ada juga yang
memvisualisasikannya dengan drama. Ini biasanya yang dibuat di beberapa paroki
di Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Labuan Bajo, Ruteng, Ende, bahkan mungkin Mentawai, Sumatera
Barat. Di beberapa kota di Italia juga dibuat dengan demikian. Kami di Parma,
tidak membuatnya. Itulah sebabnya, hari ini saya dan teman saya berangkat ke
Santa Cristina, di jantung kota Parma. Di gereja yang hening itu, kami merenungkan
kembali peristiwa jalan salib ini. kami membaca teks menarik yang mengisahkan
peristiwa ini. Di gereja yang penuh corak seni dan dibangun pada abad 16 itu,
kami menghabiskan sekitar 1,5 jam. Renungan yang dibuat membantu kami
menghayati hari ini sebagai hari berkabung. Saya merasakan betapa berat
penderitaan Yesus saat itu. Dan, hati saya lebih tersentuh lagi, betapa
orang-orang zaman ini juga masih ada yang menderita seperti Yesus. Saya ingat
147 mahasiswa Kristiani yang dibunuh di sebuah universitas di Kenya oleh
sekelompok muslim dari Mali. Saya tidak membenci muslim tetapi saya membenci
kelompok pembunuh ini. Mereka boleh jadi seperti kelompok penguasa, Pilatus,
yang menjatuhkan tuduhan tanpa alasan. Dan, lebih dari Pilatus, kelompok
pembunuh ini lebih kejam. Membunuh tanpa tanya intero gasi.
Saya menghabiskan hari ini dengan
merenungkan PERISTIWA PERKABUNGAN ini. Sungguh hari ini hari berkabung. Saya
tidak makan malam. Maklum, dalam Gereja Katolik, hari ini memang dikhususkan
untuk berpantang dan berpuasa. Makan malam tidak ada. Tidak boleh juga makan
daging. Tidak ada perayaan ekaristi untuk menghormati Yesus yang wafat. Di
berbagai belahan dunia, peristiwa inilah yang dikenangkan hari ini. di Roma,
Paus Fransiskus ikut serta dan memimpin perayaan JALAN SALIB di Koloseo yang
terkenal itu. Di sana, pada malam hari. Kami di Parma membuatnya pada sore
hari. Malam harinya, kami membuat perayaan PENGHORMATAN pada Salib Yesus.
Istilah ini di Indonesia dimena juga sebagai CIUM SALIB. Dalam bahasa Italia
dimena istilah LA PASSIONE. Dalam la
passione ini, umat diberi kesempatan untuk menghormati Salib Yesus yakni
dengan menciumnya.
Terima kasih Yesus untuk pengalaman
hari ini
Kau menderita di kayu salib
Kuatkanlah kami yang menderita
Mampukanlah kami belajar dari-Mu
untuk memahami penderitaan kami.
Parma, 3 April 2015
Gordi
Post a Comment