foto pendoasion.wordpress.com |
Konon, suatu hari
kami mengadakan pertemuan. Pertemuan mingguan yang biasa diadakan setiap Senin
pagi. Kami mengusulkan tema yang cocok untuk dibahas dalam minggu itu. Di
antara kami sering muncul perbedaan pendapat. Ini biasa. Banyak kepala banyak
pendapat, kata pepatah. Namun, pertemuan ini jadi seru bukan karena banyak
kepala. Pertemuan ini jadi seru karena Padre Corda menggertakan tangan di meja.
Setelahnya dia meninggalkan ruang pertemuan. Pertemuan pun diselesaikan saja.
Kami tidak bisa melanjutkan jika salah satu di antara kami tidak hadir.
Padre Corda rupanya
seperti ini. Ini adalah bukti sifat tegasnya. Ketegasan ini membuat rekan
kerjanya sedikit gentar untuk bekerja dengannya. Namun, ketegasan ini bukanlah
halangan besar. Ketegasan ini justru menjadi awal dari kelembutan hati Padre
Corda. Dalam ketegasan, ada kelembutan.
Saya ingat persis,
suatu sore Padre Corda mengetuk pintu kamar saya. Dia minta waktu sebentar
untuk berbincag-bincang dengannya. Saya pun segera keluar dari kamar dan menuju
ruang TV, tempat kami bertemu. Saat itulah saya mengerti sifat lain dari Padre
Corda. Dia rupanya juga mempunyai sifat lembut. Dalam ketegasannya itulah, saya
melihat kelembutan hatinya.
Dia menceritakan
panjang lebar tentang ketegasannya dalam pertemuan tadi. Dalam diam, saya
mendengarkannya dengan hati dan telinga. Dan, saking asyiknya, kami melanjutkan
perbincangan setelah makan malam. Padre Corda rupanya menunjukkan kelembutan
hatinnya pada saat yang tepat. Ia membutuhkan seseorang yang mau dan mampu
mendengarkan isi hatinya. Isi hatinya adalah kelembutan itu. Kelembutan yang
kadang tidak terlihat. Kelembutan yang tersembunyi dengan sifat tegasnya.
Kelembutan itu
menjadi pewaris dari Padre Corda untuk kami anak didiknya. Dalam pendidikan,
dia tegas sekaligus lembut. Terima kasih untuk teladan tegas dan lembutmu
Padre. Doakan kami dari seberang. (bersambung)
PRM, 20/3/15
Gordi
Post a Comment