Keluarga korban terpidana mati dari Brasil gambar dari kabar24.bisnis.com |
Eksekusi hukuman
mati sudah dibuat di Indonesia, namun gemanya masih ramai dibicarakan. Terutama
di luar negeri. Maklum, korbannya memang sebagian besar dari luar negeri.
Jangan heran jika warga Brasil, Australia, Nigeria, Filipina, dan sebagainya
masih membicarakannya. Boleh jadi di Indonesia sudah jadi berita basi sebab
sudah datang berita baru yang menyedot perhatian masyarakat. Indonesia dalam
hal ini memang seperti anak remaja yang sedang mengalami cinta monyet. Cinta
yang seperti monyet, bertengger dari satu dahan ke dahan yang lainnya.
Indonesia menciptakan beragam cerita dan fakta dari hari ke hari. Cerita yang
satu belum tuntas digali akarnya, sudah muncul cerita baru.
Di meja makan, hari
ini, saya duduk dengan teman dari Brasil. Sambil makan siang, kami ngobrol
tentang Brasil dan Indonesia. Di tengah kami, ada juga orang lain yang pernah
bekerja bertahun-tahun di Brasil. Dia tentu bisa menambah informasi bagi kami
yang duduk dan ingin bertukar informasi saja. Di media, mungkin relasi
Indonesia-Brasil, hangat dibicarakan. Bahkan, sedang panas-panasnya. Sampai
menarik duta besar segala. Kami, tidak seperti dibicarakan di media, bisa
berelasi akrab. Bahkan, sampai makan siang bersama. Kami pun memilih mengobrol
topik hukuman mati. Diawali dengan guyonan, Indonesia membunuh manusia. Saya
pun membalasnya, yang jahat dan merugikan masyarakat akan kami bunuh.
Orang-orang seperti ini menurut saya seperti cabang pohon yang berpenyakit,
yang tidak menghasilkan buah. Layak dipotong. Tetapi, tentu saja, ini bukan
batang dan ranting sebuah pohon. Ini adalah manusia yang tidak bisa disamakan
dengan batang dan ranting pohon.
Saya pun
memprovokasi teman yang pernah bekerja di Brasil. Mulai dengan mengagungkan
Brasil, negara yang kerap disebut benua atau dunia itu. Yang, mesipun dalam
kenyataannya, Indonesia masih lebih banyak penduduknya dari Brasil. Tetapi, ini
hanya pemicu saja. Teman saya ini pun mulai memperbincangkan Brasil yang
diagungkan kebesarannya itu. Saya mendengar saja. Lalu, saya berujar, Indonesia
masih lebih besar dari Brasil. Penduduk Indonesia lebih banyak ketimbang
Brasil. Dia kaget. Dia memang bekerja lama di Brasil dan mungkin hanya tahu
sekitar Brasil saja. Dia lihat Brasil begitu besar sampai menyebutnya benua
atau dunia. Padahal, dia tidak tahu kalau Indonesia lebih besar dari negara
yang dia banggakan itu.
Saya tanya dia
tentang kehidupan masyarakat di Brasil. Salah satu yang dia singgung adalah
tentang minuman terlarang dan narkoba. Ya, rupanya di Brasil banyak orang jadi
korban dari perdagangan dua benda haram ini. Dia menambahkan, dulu Brasil
dikenal sebagai paru-paru dunia, sekarang sudah berubah. Dia menceritakan
kehidupan di kota kecil, Belem, tempat dia bekerja. Katanya, dulu kota ini aman
dan hijau, bisa bersepeda. Sekarang, banyak orang mabuk, dan banyak pengendara
sepeda motor. Saya bertanya lebih dalam lagi tentang mabuk ini. Dia mengakui,
di Brasil memang banyak orang mabuk karena minum dan tentu saja karena obat
terlarang itu. Bahkan, lanjutnya, hampir setiap hari, ada pembunuhan atau ada
orang yang dibunuh, gara-gara obat terlarang dan kemabukan ini.
Teman saya yang
Brasil ini ikut mendengarkan paparan teman kami ini. Dia pun tidak berkutik
ketika saya memancingnya, tidak salah kami membunuh pembawa narkoba di
Indonesia yang nota bene orang Brasil. Dia tertawa saja. Teman kami yang satu
mengatakan, di Brasil juga banyak orang terbunuh gara-gara kasus seperti ini.
Obrolan ini membuka
mata saya tentang latar belakang Brasil. Bisa dipahami dari informasi kecil
ini, jika pengedar narkoba di Indonesia juga ada kaitan dengan Brasil. Di
Brasil saja narkoba meraja lela apalagi kalau sampai dibawa ke luar negeri
bahkan sampai di Indonesia. Namun, saya puji pembelaan pemimpin Brasil yang
ingin mempertahankan warga negaranya dari ancaman hukuman mati. Pembelaan yang
sayang tidak digubris oleh Indonesia. Indonesia sekali lagi tidak main-main dan
mau memberantas pengedar narkoba seperti ini.
Kasus ini kiranya
bisa membantu pemerintah Brasil dan
pemerintah Indonesia untuk bekerja memberantas pengedaran narkoba ini. Daripada
ribut-ribut menarik duta besar, lebih baik bekerja sama demi kebaikan bersama.
Selamatkan kehidupan
dari bahaya narkoba.
PRM, 3/5/15
Gordi
Post a Comment