Halloween party ideas 2015

Keluarga korban terpidana mati dari Brasil
gambar dari kabar24.bisnis.com
Eksekusi hukuman mati sudah dibuat di Indonesia, namun gemanya masih ramai dibicarakan. Terutama di luar negeri. Maklum, korbannya memang sebagian besar dari luar negeri. Jangan heran jika warga Brasil, Australia, Nigeria, Filipina, dan sebagainya masih membicarakannya. Boleh jadi di Indonesia sudah jadi berita basi sebab sudah datang berita baru yang menyedot perhatian masyarakat. Indonesia dalam hal ini memang seperti anak remaja yang sedang mengalami cinta monyet. Cinta yang seperti monyet, bertengger dari satu dahan ke dahan yang lainnya. Indonesia menciptakan beragam cerita dan fakta dari hari ke hari. Cerita yang satu belum tuntas digali akarnya, sudah muncul cerita baru.

Di meja makan, hari ini, saya duduk dengan teman dari Brasil. Sambil makan siang, kami ngobrol tentang Brasil dan Indonesia. Di tengah kami, ada juga orang lain yang pernah bekerja bertahun-tahun di Brasil. Dia tentu bisa menambah informasi bagi kami yang duduk dan ingin bertukar informasi saja. Di media, mungkin relasi Indonesia-Brasil, hangat dibicarakan. Bahkan, sedang panas-panasnya. Sampai menarik duta besar segala. Kami, tidak seperti dibicarakan di media, bisa berelasi akrab. Bahkan, sampai makan siang bersama. Kami pun memilih mengobrol topik hukuman mati. Diawali dengan guyonan, Indonesia membunuh manusia. Saya pun membalasnya, yang jahat dan merugikan masyarakat akan kami bunuh. Orang-orang seperti ini menurut saya seperti cabang pohon yang berpenyakit, yang tidak menghasilkan buah. Layak dipotong. Tetapi, tentu saja, ini bukan batang dan ranting sebuah pohon. Ini adalah manusia yang tidak bisa disamakan dengan batang dan ranting pohon.

Saya pun memprovokasi teman yang pernah bekerja di Brasil. Mulai dengan mengagungkan Brasil, negara yang kerap disebut benua atau dunia itu. Yang, mesipun dalam kenyataannya, Indonesia masih lebih banyak penduduknya dari Brasil. Tetapi, ini hanya pemicu saja. Teman saya ini pun mulai memperbincangkan Brasil yang diagungkan kebesarannya itu. Saya mendengar saja. Lalu, saya berujar, Indonesia masih lebih besar dari Brasil. Penduduk Indonesia lebih banyak ketimbang Brasil. Dia kaget. Dia memang bekerja lama di Brasil dan mungkin hanya tahu sekitar Brasil saja. Dia lihat Brasil begitu besar sampai menyebutnya benua atau dunia. Padahal, dia tidak tahu kalau Indonesia lebih besar dari negara yang dia banggakan itu.

Saya tanya dia tentang kehidupan masyarakat di Brasil. Salah satu yang dia singgung adalah tentang minuman terlarang dan narkoba. Ya, rupanya di Brasil banyak orang jadi korban dari perdagangan dua benda haram ini. Dia menambahkan, dulu Brasil dikenal sebagai paru-paru dunia, sekarang sudah berubah. Dia menceritakan kehidupan di kota kecil, Belem, tempat dia bekerja. Katanya, dulu kota ini aman dan hijau, bisa bersepeda. Sekarang, banyak orang mabuk, dan banyak pengendara sepeda motor. Saya bertanya lebih dalam lagi tentang mabuk ini. Dia mengakui, di Brasil memang banyak orang mabuk karena minum dan tentu saja karena obat terlarang itu. Bahkan, lanjutnya, hampir setiap hari, ada pembunuhan atau ada orang yang dibunuh, gara-gara obat terlarang dan kemabukan ini.

Teman saya yang Brasil ini ikut mendengarkan paparan teman kami ini. Dia pun tidak berkutik ketika saya memancingnya, tidak salah kami membunuh pembawa narkoba di Indonesia yang nota bene orang Brasil. Dia tertawa saja. Teman kami yang satu mengatakan, di Brasil juga banyak orang terbunuh gara-gara kasus seperti ini.

Obrolan ini membuka mata saya tentang latar belakang Brasil. Bisa dipahami dari informasi kecil ini, jika pengedar narkoba di Indonesia juga ada kaitan dengan Brasil. Di Brasil saja narkoba meraja lela apalagi kalau sampai dibawa ke luar negeri bahkan sampai di Indonesia. Namun, saya puji pembelaan pemimpin Brasil yang ingin mempertahankan warga negaranya dari ancaman hukuman mati. Pembelaan yang sayang tidak digubris oleh Indonesia. Indonesia sekali lagi tidak main-main dan mau memberantas pengedar narkoba seperti ini.

Kasus ini kiranya bisa membantu  pemerintah Brasil dan pemerintah Indonesia untuk bekerja memberantas pengedaran narkoba ini. Daripada ribut-ribut menarik duta besar, lebih baik bekerja sama demi kebaikan bersama.

Selamatkan kehidupan dari bahaya narkoba.

PRM, 3/5/15
Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.