Halloween party ideas 2015

FOTO ilustrasi, infojambi.com
Jadi rakyat kok sakit. Emang gak ada rumah sakit yang bisa ubah sakit jadi sehat? Ya tetap saja sakit. Sakit gara-gara jadi rakyat di negeri ini. Kalau rakyat sakit, itu artinya ada yang tak beres. Entah rakyatnya yang memang tidak tahu jaga kesehatan atau pemerintahnya yang tidak pandai menyehatkan warga yang sakit. 

Baru saja menyapa teman di facebook. Ngobrol sebentar seputar situasi terkini di kampung halaman. Didahului dengan kabar terkini dari kami. Kami baik-baik saja. Sehat walafiat. Teman yang bekerja di Pulau Dewata ini bertanya, kapan telepon ke rumah? Saya telepon terakhir kali bulan lalu. Belum telepon untuk bulan ini. Kami memang beda. Dia, katanya, sering telepon ke rumah. Maklum, dari Bali bisa telepon setiap saat ke rumah. Dia beda dengan saya, yang tak hobi telepon berkali-kali jika tak perlu. Jika perlu, dua atau tiga kali pun, saya bisa telepon dua atau tiga kali ke rumah. Tapi jarang sekali. Toh, semuanya berjalan baik-baik saja.

Karena dia sering telepon ke rumah, saya tanya kabar darinya. Dia menyinggung masalah yang sudah lama kami bahas. Soal jalan raya dan listrik. Hari gini masih bahas jalan raya dan listrik? Beginilah kehidupan di kampung. Orang kota mungkin kaget. Tapi, orang desa tidak kaget. Seperti orang desa memandang orang kota, tidak perlu kaget. Orang desa dengan keterbatasannya dalam teknologi canggih tidak perlu banyak kaget apalagi khawatir tentang hidup harian. Sebab, tanpa teknologi pun sebenarnya hidup harian tetap bisa dijalani. Bukan pembelaan tapi pujian. Maklum, saya orang desa yang pernah dan selalu merasakan indahnya kehidupan di desa.

Jalan raya sudah dikerjakan namun belum sampai di kampung. Listrik juga demikian. Instalasi sudah dipasang di tiap rumah, tiang listrik sudah didatangkan, namun pekerjaan terganjal. Jalan tidak dilanjutkan. Listirk dibiarkan berhenti di tengah jalan. Lalu saya tanya, mengapa?
Jawab teman saya, untuk jalan mungkin dilanjutkan tahun 2016, sesuai program Jokowi. Untuk listrik, ada masalah teknis antara kepala PLN di kecamatan dan kontraktor yang mengerjakan proyek ini.

Saya lalu menyambung, hemmm ini namanya perjanjian. Dalam dunia politik, janji adalah harta emas. Dengan janji, politikus bisa menjual idenya. Ide yang membuat masyarakat terbius dalam kebahagiaan dan kenikmatan hidup. Janji kampanye politik ibarat narkoba yang selalu menawarkan kenikmatan sepanjang waktu. Meski nikmat, janji itu sebenarnya pahit. Pahit sekali. Dan, itulah sebabnya, saya membalas kepada teman saya, beginilah sakitnya jadi rakyat di negeri ini.

Dia setuju jika janji itu menyakitkan. Jalan dan listrik yang diprogramkan itu sudah dimasyarakatkan sejak beberapa tahun lalu. Sebelum pemilihan bupati yang sebentar lagi berakhir masa jabatannya ini, program itu sudah dikabarkan pada masyarakat. Dan, politik itu betul-betul datang sebelum makan siang dimulai. Menjelang akhir masa jabatan, pemerintah berusaha menggenapi janjinya. Janji yang menciptakan janji baru lagi. Di mana-mana pekerjaan di menit-menit tterakhir biasanya tidak membuahan hasil memuaskan. Dan benar, jalan dan listirk itu pun tidak tuntas.

Boleh jadi ketidaktuntasan itu jadi harta emas para politikus untuk berkampanye menjelang pilkada nanti. Dengan itu, dia bisa bermulut manis di hadapan pemilih. Ah, rakyat selalu jadi korban janji manis. Sakitnya menjadi rakyat di negeri ini. kalau begini terus, di bawa ke mana negeri ini?

Jakarta mungkin terlalu jauh menjangkau pelosok negeri ini sehingga penguasa di pelosok dengan langkah kaki lenggang menguasai rakyatnya semau gue.

Salam cinta rakyat.

PRM, 9/5/15
Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.