FOTO, www.jokowinomics.com |
Pembangunan
kiranya menjadi kebutuhan rakyat Papua. Dengan pembangunan, jaringan antara
daerah terjangkau. Pembangunan ini konkretnya dalam transportasi dan
komunikasi. Pembangunan dalam dua bidang itulah yang membuat rakyat Papua bisa
terus terhubung satu sama lain. Dan, pembangunan seperti ini sebenarnya bukan
hanya berlaku di Papua. Warga di seluruh tanah air juga merindukan kedua hal
ini. Warga Papua—termasuk warga daerah lainnya—selalu mengimpikan pembangunan
ini.
Pembangunan
seperti ini memang dibutuhkan dan dirindukan, namun, realisasinya tidak mudah.
Pembangunan dalam kenyataannya selalu dihadang berbagai pihak. Masyarakat pun
akhirnya mau tak mau menerima kenyataan pahit yakni tidak menikmati pembangunan
yang diimpikan. Pembangunan bisa jadi nyata jika mampu menembus halangan sosial
dalam masyarakat. Sebab, tentu saja selalu ada pihak yang menghalangi jalannya
pembangunan di negeri ini. Salah satu bentuk halangan itu adalah konflik di
mana-mana. Di Papua, konflik berkepanjangan itu juga yang nyata-nyata
membatalkan niat masyarakat menikmati pembangunan yang diimpikan. Ada pihak
yang bertanya-tanya, dari mana datangnya konflik itu? Jawaban yang sering
muncul adalah dari ketidakpuasan masyarakat atas pembangunan. Ini tentu saja
jawaban logis. Tapi, bisa ditanya lagi, siapa yang menciptakan konflik itu?
Boleh jadi ada pihak lain di luar masyarakat sendiri.
Di
Papua, dari dulu dikenal istilah OPM, Organisasi Papua Merdeka. Nama OPM ini
selalu dilawankan dengan nama TNI atau militer. Maklum, hubungan militer dan
OPM inbarat tikus dan kucing. Maksudnya jelas, saling berlawanan. Yang satu
menginginkan Papua Merdeka dari bangsa Indonesia. Yang satu menginginkan tetap
bersama Indonesia dan menciptakan kedamaian. Keberadaan OPM pun kadang-kadang
sulit dilacak. Ini berarti OPM bisa saja beroperasi di tengah masyarakat. Atau
bisa juga beroperasi dari pihak lain di luar masyarakat. Namun, apakah OPM
sekarang masih berjaya dan terus menerus memperjuangkan misinya? Tidak jelas.
Boleh YA boleh TIDAK. Hanya masyarakat yang tahu. Atau hanya TNI dan OPM yang
tahu.
Menteri
Tedjo Edhi hari ini membawa berita gembira tentang OPM ini. Katanya, OPM bukan lagi Organisasi Papua Merdeka
tetapi Orang Papua Membangun. Jika ini benar, OPM dengan misi lama akan
lenyap dengan sendirinya. OPM ini kiranya ibarat mobil bekas bermesin baru. Mesin
baru inilah yang dirindukan rakyat Papua. Dan, kiranya ini betul-betul terwujud
nanti. Jika tidak, kata-kata menteri Tedjo ini hanya pemanis lidah untuk rakyat
Papua. Kata-kata yang menarik simpati dengan demikian menjadi kata-kata yang
dibenci. Semoga ini tidak terjadi. Semoga rakyat Papua dan pemerintah memang
betul-betul bersama berusaha mencapai PEMBANGUNAN yang diimpikan ini.
Kerinduan
rakyat Papua ini adalah gambaran rakyat Indonesia pada umumnya. Setiap hari
kiranya rakyat Indonesia—khususnya yang berada di pelosok—merindukan
pembangunan ini. Mereka bosan mendengar dan menonton drama politik di pusat
yang sama sekali tidak menyentuh kebutuhan mereka. Inilah ironisnya Indonesia
yang besar dan luas ini. Di Jakarta politikus sibuk mengurus misi pribadi
mereka, di daerah rakyat merindukan pembangunan. Satu negara, dua realitas.
Yang satu merindukan, yang satu sibuk dengan urusannya. Ini namanya rindu di atas ketidakpedulian. Dan, hidup cuek di atas pengharapan orang lain.
Obrolan
hari ini.
PRM,
9/5/15
Post a Comment