Bunga lain di bagian sebelah taman |
Saya
dapat resep ini pada pagi tadi. Saya sedang bekerja di taman kami. Memberi
pupuk pada bunga mawar yang mulai mengeluarkan bunga-bunga indah. Saya
menambahkan pupuk biar tambah subur tanahnya. Kelak, bunganya juga akan tambah
cantik.
Tangan kanan saya dibalut kaus tangan. Lalu, satu pacul untuk mencangkul tanah.
Tanah di sekitar bunga mesti digembur, kemudian disiram pupuk beku. Lalu,
ditutup lagi dengan tanah. Kelak, ketika disiram air atau kena air hujan, pupuk
itu akan larut dan menciptakan zat subur bagi akar-akar bunga itu.
Di samping
saya, ada ember berisi pupuk. Tidak penuh. Hampir ¾-nya. Pupuk ini juga tidak
digunakan semua. Jumlah bunga hanya 45 pohon. Jadi, masih ada sisanya. Mungkin
untuk bagian lagi dari taman ini. Untuk hari ini cukup yang bagian ini.
Luar
biasa pekerjaan saya hari ini. Matahari bersinar terang dan menciptakan suhu
yang sejuk. Kemarin malam hujan, tanah basah. Maka, saya mudah mencagkulnya.
Baru kali ini saya bekerja hanya dengan sehelai baju (biasanya dengan jaket di
bagian luar), dengan celana pendek (biasanya
selalu celana panjang, takut dingin) dan dengan sandal jepit (biasanya dengan
sepatu lengkap dengan kaus kaki).
Tapi,
bukan ini yang membuat saya menjadi orang luar biasa. Yang membuat luar biasa
justru orang luar biasa yang saya temukan ini. Dia memanggil nama saya dari
pintu gerbang rumah ketika saya sedang mencangkul tanah di halaman itu. Dia
bilang, “Maaf (dengan suara agak kencang, berbarengan dengan suara mobil di
jalan raya), spanduk-nya jatuh.”
Saya
memintanya mengulang lagi karena suaranya tidak saya dengar. Sambil duduk di
atas sepeda dan memarkir sepedanya, dia mengulang lagi dan saya dengar dengan
jelas. Saya langsung mengerti maksudnya dan segera menuju ke samping gerbang.
Melihat spanduk yang jatuh. Spanduk yang saya juga tidak tahu milik siapa.
Maklum, dari tadi hanya bekerja di taman. Tidak saya perhatikan kalau ada yang
menaruh spanduk di samping gerbang.
Betul
rupanya. Ada spanduk kecil yang ditaruh di samping pintu gerbang rumah kami.
Kebetulan, ada sekelompok orang yang sedang mengikuti pertemuan di sini.
Spanduk itu milik mereka. Ditempatkan di samping gerbang biar para tamu tidak
sibuk mencari alamat rumah ini. Spanduk itu memudahkan pengunjung.
Saya
membetulkan posisi spanduk yang dipasang berdiri itu. Saya menempatkan satu
batu kecil di ujung depan kaki spanduk. Jadilah dia berdiri dengan gagah dan
bersandar ke tembok. Saya yakin tidak akan jatuh lagi meski ada angin.
Bapak
ini rupanya luar biasa. Luar biasa karena ia peduli. Kepeduliannya nyata ketika
ada yang jatuh di jalan langsung dia memberitahukan kepada orang terdekat atau
pemilik rumah. Ini baru spanduk yang jatuh. Apalagi kalau manusia yang jatuh.
Katakan saja pengguna jalan entah pengayuh sepeda, pengendara motor yang jatuh.
Pasti dia juga segera menolong dan mencarikan bantuan dari orang yang ada di
sekitar itu.
Saya
belajar dari bapak ini. Belajar untuk peduli pada hal kecil yang ada di sekitar
saya. Untuk menjadi orang peduli, tidak butuh kampanye besar. Cukup
memperhatikan hal kecil di sekitar kita. Jika peduli dengan yang kecil ini,
kita juga akan peduli dengan yang besar. Kepedulian ini membuat bapak ini
menjadi luar biasa. Untuk menjadi orang luar biasa rupanya tidak perlu
berkampanye ke mana-mana. Tidak butuh promosi di media massa, tidak perlu ikut
demonstrasi sehingga masuk koran, radio, dan TV, tidak perlu ikut membuat opini
protes seolah-olah menyeberang sikap mayoritas. Tidak perlu.
Cukup
dengan membantu membetulkan posisi spanduk di jalan. Itu sudah cukup. Sederhana
tetapi luar biasa.
PRM,
20/6/15
Gordi
Post a Comment