Halloween party ideas 2015

ilustrasi di sini
Cinta itu dahsyat, kata orang. Seperti apakah dahsyatnya? Mereka yang sudah merasakannya tentu berkomentar demikian. Tak salah komentar mereka. Karena, berangkat dari kenyataan.

Meski dahsyat, cinta itu juga sebenarnya merugikan. Pengagum paham ini juga tak salah karena berlandaskan fakta. Bagi mereka, cinta itu membawa dusta. Cinta seperti ini kiranya tidak jauh berbeda dengan cinta-nafsu. Nafsu yang bermula dari saling cinta. dan, cinta yang bertujuan pada nafsu. Ini sungguh cinta yang merugikan.

Saya baru saja tiba di Jakarta. Dengan tiket yang dibelikan seorang sahabat, saya terbang dari kota pendidikan, Yogyakarta, menuju ibu kota. Perjalanan lancar, bebas hambatan, hingga tiba di bandara Soe-Hat. Dari sana saya naik bus DAMRI menuju Rawa Mangun. Dari situ naik bajaj menuju rumah kami.

Dahsyatnya cinta itu seperti perjalanan. Perjalanan tanpa hambatan. Ini karena perjalanan itu disertai cinta. Cinta pilot pada penumpangnya, cinta sopir bis/bajaj pada penumpangnya.

Dahsyatnya cinta itu juga dirasakan saat bertemu teman-teman kampus dan adik-adik yang masih kuliah. Beberapa teman dengan ramah menyapa saya, menanyakan keadaan, dan sebagainya. Demikian juga dengan adik kelas. Tak diduga, saya diikutsertakan mengikuti acara di kampus. Ada pentas budaya, pengumuman hasil lomba olahraga, esai, dan beberapa permainan lainnya.
Saya bangga menjadi alumni kampus ini. Kebanggaan saya bertambah ketika beberapa dosen masih mengenali saya. Memang belum setahun saya meninggalkan kampus tercinta ini.

Inilah dahsyatnya cinta. Cinta itu ternyata ditemukan lewat orang-orang di sekitar. Mereka yang dulu pernah berjuang bersama kita. Cinta itu tak melulu dikatkan dengan relasi cinta antara lawan jenis. Cinta itu lebih besar dari sekadar semboyan, I love you.

CPR, 5/5/23
Gordi


Post a Comment

Powered by Blogger.