Halloween party ideas 2015

*Foto, Aldo Fenalosa, regional.kompas.com
Pagi ini saat sarapan, seorang sahabat bertanya, apakah kalian sudah siapkan sesuatu untuk acara besok? Acara yang dimaksud adalah perayaan 17 Agustus, Hari Kemerdekaan Negara Republik  Indonesia.

Dia bertanya karena dia ingat acara ini. Dia orang asing tetapi jiwanya ada di Indonesia. Maklum dia pernah tinggal dan bekerja di Indonesia bertahun-tahun pada masa mudanya. Tak heran, jika acara ini membekas dalam benaknya.

Ingatan akan sejarah adalah salah satu cara menghargai jasa para pahlawan yang telah gugur. Para pahlawan yang bukan saja bergelar pahlawan tetapi para pejuang pada umumnya. Soekarno sejak awal menekankan ini. Kata Soekarno, bangsa yang mau maju adalah bangsa yang mengingat sejarahnya sendiri. Pertanyaan sahabat saya tadi mengingatkan saya akan pentingnya memahami sejarah bangsa Indonesia.

Saat ini, sejarah bangsa memang kurang diminati. Jangan heran juga jika anak-anak sekolah kurang berminat mempelajarinya. Para pendidik ditantang untuk meningkatkan minat siswa dan mahasiswa untuk mempelajari sejarah. Agak susah memang pada awalnya. Bukan karena pelajarannya tetapi karena sejarah bangsa Indonesia sendiri telah dipalsukan. Bukan rahasia lagi jika saat (almarhum) Presiden Soeharto masih berkuasa, sejarah bangsa dipalsukan. Maksudnya, didesain agar sesuai dengan kemauan penguasa. Tak heran jika kemudian tak banyak yang tahu sejarah bangsa Indonesia yang sebenarnya. Bukan hanya itu, sejarah bangsa Indonesia menjadi sekadar kronik karena tidak menjelaskan secara detail latar belakang di balik peristiwa. Saya ingat dosen sejarah di STF Driyarkara-Jakarta yang mengajak kami untuk berlatih menulis sejarah bukan dengan gaya kronik tetapi dengan membeberkan latar belakang peristiwa di balik tanggal sejarah.

Tentang hal ini, saya beruntung bisa membaca literatur asing yang membahas sejarah bangsa Indonesia. Tentu banyak juga pelajar Indonesia yang membaca literatur ini khususnya yang menekuni sejarah. Salah satu sumber yang mudah kita dapat adalah literatur yang ditulis dalam bahasa Inggris. Ada banyak kiranya khususnya yang ditulis oleh peneliti asing. Kalau mau yang lebih lagi—tentu untuk mereka yang menguasai bahasa asing selain Inggris—silakan cari dalam bahasa Jerman, Prancis, Belanda, atau Italia. Saya kebetulan saja menemukan literatur ini saat mempresentasikan sedikit budaya Indonesia di luar negeri. Orang asing suka bertanya dan mereka senang jika kita bisa menjawab pertanyaan mereka. Maka, di sinilah pentingnya mencintai sejarah.

Hari ini, 17 Agustus 2015, Bangsa Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke-70. Usia yang tidak muda. Atau boleh dikatakan masuk usia tua. Kitab kuno meramalkan umur manusia hanya 70, jika kuat 80 tahun. Maka, umur bangsa kita menandakan kuatnya bangsa ini. Namun, bangsa ini sebenarnya belum dikatakan kuat. Kenyataannya lemah. Lihat saja duka kita yang mendalam hari ini yakni jatuhnya pesawat Trigana di Papua. Ini tentu jadi kelemahan kita. Teman-teman asing bertanya pada saya, mengapa kalian tidak mencegah celaka ini? Bukankah beberapa waktu lalu kalian juga mengalami musibah seperti ini (maksudnya kecelakaan pesawat Herkules)? Benar juga. Mengapa kita tidak bisa mencegahnya? Salah satu jawabannya ya kita sebenarnya belum siap menangani semua kelalaian kecil seperti ini. Ini hanya salah satu kasus. Kasus lain bisa didaftar dan akan jadi panjang sekali.

Umur 70 menjadi harapan kita bersama agar Bangsa kita bisa makin sejahtera. Biarlah kata orang usia ini menandakan ketuaan. Bagi kita, usia ini menadakan kekuatan. Maksudnya, makin tambah umur, makin kuat pula kita membangun bangsa ini. Mungkin mudah dibicarakan tetapi menjalaninya sulit. Tidak apa-apa. Yang penting kita mencobanya. Asal ada semangat, kita pasti bisa.

Semangat ini juga yang kami selalu banggakan di luar negeri. Kemarin sore, kami membuatkan makanan khas Indonesia untuk menandakan pesta kemerdekaan ini. Teman-teman kami senang dan memuji kami. Kami memang membuatnya dengan semangat kemerdekaan. Banyak yang memuji betapa enaknya makanan Indonesia. Kami lalu membalasnya selain dengan terima kasih juga membanggakan bahwa ini tandanya di Indonesia masyarakatnya makan makanan enak dan bergizi. Meski kenyataannya banyak juga warga yang makan makanan ala kadarnya alias kurang gizi. Lihatlah di NTT yang masih ada anak kurang gizi. Entah mereka tidak bisa mencari makanan bergizi padahal tanah masih subur untuk menanam makanan bergizi. Ataukah pemerintah provinsi NTT yang tidak mau memerhatikan mereka. Ini tantangan untuk Bapak Gubernur NTT, Frans Lebu Raya yang baru saja mendapat penghargaan dari Presiden Jokowi untuk memerhatikan rakyatnya khususnya yang kekurangan gizi. Semoga penghargaan ini menjadi semangat baru untuk memberi gizi kemerdekaan kepada rakyat. Termasuk merdeka dari kondisi kurang gizi.

Di tanah air, semangat kemerdekaan ini ada. Ini tandanya rakyat Indonesia tetap bangga akan hari kemerdekaannya. Kebangaan ini juga yang membuat kami di luar negeri merayakan pesta kemerdekaan in. Besok, 17 Agustus, kami akan berkumpul di kota Milan tepatnya di paviliun Indonesia di tempat Expo untuk merayakan kemerdekaan ini. Kami tetap membawa kebangaan sebagai anak bangsa Indonesia. Kami ingat betapa berat perjuangan para pejuang kita dahulu. Jangan heran jika di Nunukan-Kalimantan sana, para veteran ingin mengingat lagi semangat juang mereka dulu dengan menghormati bendera Merah Putih. Kami ingat perjuangan mereka dan kami menghormatinya. Acara yang akan kami rayakan besok menjadi salah satu tanda penghormatan kami kepada para pejuang dan kepada seluruh rakyat Indonesia di tanah air.

Kami berada di negeri asing tetapi hati kami ikut bergembira bersama kalian, segenap rakyat Indonesia di tanah air. Hati kami berbunga seperti hati sahabat saya yang menanyakan persiapan kemerdekaan tadi pagi. Dia bertanya karena dia ingat dan ingin mengikuti acara 17-an yang dia hidupi selama bekerja di Indonesia.

Salam kemerdekaan dan selamat ulang tahun ke-70 untuk Bangsa Indonesia.

Parma-Italia, 16/7/2015 dini hari
Gordi

Post a Comment

Powered by Blogger.