Bendera Merah Putih
hari-hari ini ditemukan di mana-mana. Menjelang dan sesudah kemerdekaan 17
Agustus—seperti biasa—bendera kita ini mudah ditemukan di mana-mana. Dari
kampung sampai kota. Dari desa sampai kota kabupaten. Dari Asia sampai Amerika,
dari Australia sampai Afrika hingga Eropa.
Bendera itu juga berkibar
di kota Milan-Italia tepatnya di jantung perhelatan Ekspo Internasional yang
berlangsung dari Mei hingga Oktober tahun ini. Kota Milan dijuluki sebagai
salah satu kota internasional. Tidak demikian dengan bendera Merah Putih.
Bendera ini tidak mengenal sebutan internasional. Bendera ini melampaui sebutan
internasional-nya kota Milan. Ya, Merah Putih memang berkibar bukan saja di beberapa
kota internasional lainnya seperti Roma, Paris, London, Jakarta, Tokyo, Bangkok
tetapi juga sampai ke pelosok nusantara. Bendera itu bukan saja berkibar di
setiap kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia di seluruh dunia tetapi juga di
rumah warga kecil di seluruh pelosok nusantara. Boleh dibilang Merah Putih
dalam hal ini adalah pemersatu. Menyatukan keragaman yang ada. Bukan saja hanya
kota tetapi juga daerah.
Keragaman ini juga yang
mewakili perasaan kami warga Indonesia yang hadir di kota Milan kemarin untuk
merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70. Paviliun
Indonesia di Expo Milano mewarnai bagian luar dan dalamnya dengan bendera Merah
Putih. Dari kain dan plastik. Yang besar dan kecil. Dan, hanya satu yang lebih
besar seukuran bendera pada umumnya. Bendera besar inilah yang kami tatap
sambil menyanyikan beberapa lagu nasional Indonesia dan lagu Indonesia Raya di
tengah gemuruhnya pengunjung di Expo Internasional dengan tema Nutrire il
pianeta, energia per la vita, ‘Feeding the Planet, Energy For Life.’
Lagu-lagu ini disemarakkan
oleh kelompok kor dari kota Roma yang datang bersama Bapak Duta Besar Republik
Indonesia untuk Italia August Parengkuan bersama Ibu. Bapak Dubes didaulat
sebagai Inspektur Upacara pada acara Penurunan Bendera sore hari pukul 17.00
waktu Milan. Acara ini dibuat resmi seperti acara penurunan bendera di
Indonesia. Ada pasukan paskibraka, inspektur upacara, kor, para barisan yang
mayoritasnya adalah warga Indonesia di sekitar kota Milan, di Italia bagian
Utara pada umumnya dan beberapa warga Indonesia dari Swiss yang berdekatan
dengan Italia. Kami mengikuti iringan suara anggota kor, menyanyikan dengan
riang ria beberapa lagu tersebut. Tua-muda, anak-anak sampai kakek-nenek,
bernyanyi senang. Ada juga banyak simpatisan yang mendekat ke paviliun
Indonesia menyaksikan acara ini. Jadi, meski mayoritas adalah warga Indonesia,
ada juga orang asing yang terlibat.
Di sinilah Indonesia
menjadi internasional. Bukan lagi sebatas penduduk Indonesia yang datang dari
berbagai kota di Italia tetapi juga dari luar Italia. Ibaratnya warga Jakarta
yang datang dari berbagai daerah di luar Jakarta. Warga Indonesia yang saya temui
beragam, dari Medan sampai Timor dan Flores, NTT, dari Bandung sampai Makasar
dan Toraja, dari Jawa Timur sampai Palembang, dari Jakarta sampai Bali. Lebih
seru lagi karena bukan saja keragaman nasional seperti ini. Ada juga keragaman
internasional. Keragaman ini tampak dari simpatisan asing yang terlibat. Dari
Italia—tentu saja—juga dari Jepang, Swis, Spanyol, Cina, India dan beberapa
negara lainnya.
Mereka ini memang boleh
dibilang terlibat dari pagi. Yakni dalam acara permainan Lari Karung, Jalan
Bertiga di atas papan kayu, Membawa Bola dengan sendok, dan beberapa
pertandingan lainnya. Permainan tradisional nan kreatif. Permainan ini rupanya
diminati oleh banyak warga asing, bukan saja Italia. Ketertarikan ini
menghilangkan kesan kaku karena entah mungkin kesulitan bahasa dari panitia
sendiri yang tidak menjelaskan dengan lebih baik pada awal pertandingan tentang
cara bermain. Kesan ini langsung hilang karena kebetulan juga yang menjadi
kelinci percobaan adalah beberapa pelajar Indonesia di Italia. Jadi, tidak
masalah. Baik kalau lain kali disiapkan orang yang betul-betul mampu
menjelaskannya dengan baik kepada orang asing, baik dalam bahasa Inggris maupun
bahasa Italia sebagai tuan rumah tempat acara berlangsung.
Dari permainan ke pertunjukkan
tarian. Tarian ini juga rupanya banyak menarik penonton. Beberapa teman
Indonesia membawakan beberapa tarian. Salah satunya adalah tarian piring.
Seperti piring putih, tarian ini mampu menampung semangat penonton. Piring
putih jika dibersihkan dengan baik akan tampak keindahan warna putihnya, tarian
yang ditampilkan dengan baik ini juga menarik banyak pengunjung. Banyak
penonton yang meminta foto dengan penari. Baik pagi maupun sore hari.
Ini hanya beberapa kegiatan
yang dilakukan dalam rangka memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia
ke-70 di Expo Milano 2015. Acara serupa berlangsung juga di Roma untuk warga
Indonesia di Roma dan sekitarnya dan terutama di Italian bagian Selatan. Acara
lain akan diulas dalam tulisan berikutnya.
Salam merdeka dari
Milan-Italia.
17/8/2015
Post a Comment