Indonesia hingga saat ini
statusnya tidak jelas. Dibilang kaya bahan makanan ya. Dibilang tidak juga ya.
Seperti berada di antara ya dan tidak. Memang Indonesia mempunyai banyak orang
kaya. Namun, Indonesia juga mempunyai banyak orang miskin (mayoritas). Bahkan
yang lebih sering diperhatikan dunia internasional adalah masalah gizi
buruknya.
Status Indonesia yang
berada ‘di antara’ ini rupanya tidak tampak dalam Peringatan Kemerdekaan
Republik Indonesia ke-70 di kota Milan. Di sana, tidak tampak sama sekali
status ‘di antara ini’. Yang ada di sana justru sangat gamblang yakni Indonesia
kaya dan mampu menghidupi rakyatnya. Ini ditampilkan dalam tumpeng yang uniknya
bukan main.
Tumpeng ini seolah-olah
mengatakan pada para pengunjung bahwa begini lho situasi Indonesia. Makanan
berlimpah untuk warganya dan juga para tamunya. Tumpeng itu sekaligus
membungkam para pengamat yang selalu mencari berita tentang kelaparan di
Indonesia. Emang Indonesia masih lapar? Tentu saja tampaknya tidak. Tetapi
sebenarnya banyak orang Indonesia yang lapar akan kebutuhan dasar ini yakni
makanan. Sangat sulit dipastikan angkanya. Yang mudah dibuktikan adalah
tanda-tanda kelaparan itu sendiri. Pengemis, penganggur, petani yang
kehidupannya tidak makmur, nelayan yang tidak jelas mata pencahariannya,
pekerja digaji rendah, pegawai kontrak yang tidak jelas pekerjaan tetapnya.
Inilah tanda bahwa Indonesia masih memiliki banyak orang lapar.
Foto Tumpeng Merdeka, Mbak Ina W |
Kelaparan ini boleh saja
nyata di Indonesia tetapi di Ekspo Internasional di kota Milan kelaparan ini
tidak ada. Tema Ekspo memang mengajak manusia menjaga alam, merawat alam,
bahkan memberi makan kepada alam agar tetap hidup sejahtera. Ini berarti juga
mengajak kita untuk memberi makan kepada sesama kita. Tema ‘memberi makan
kepada alam’ mungkin terlalu bombastis karena seharusnya alamlah yang justru
memberi makan dan menghidupi manusia, bukan sebaliknya. Melihat jauh lebih
dalam, masalah manusia dan alam saat ini sebenarnya bukan soal makanan. Masalah
yang sebenarnya—mengutip pendapat Paus Fransiskus—adalah ketidakadilan.
Paus asal Amerika Latin ini
mengatakan bahwa ‘kita mempunyai makanan berlimpah dan cukup untuk semua
manusia’. Alam kiranya sudah menyediakan semuanya untuk manusia di planet bumi
ini. Jadi, alamlah yang memberi makan pada manusia. Paus melanjutkan bahwa
‘begitu banyak orang yang merampas makanan orang lain’. Ini kiranya konkret
pada beberapa orang yang menguasai sebagian besar kekayaan alam bumi ini. Dari
ketidakadilan inilah lahir kelaparan.
Kelaparan seperti inilah
yang juga nyata di Indonesia. Tetapi Indonesia juga punya kekayaan alam yang
berlimpah. Indonesia adalah salah satu negara dengan kelimpahan makanan.
Kelimpahan ini kiranya ditampilkan dalam TUMPENG BESAR yang ada di paviliun
Indonesia pada 17 Agustus kemarin.
Tumpeng ini betul-betul
menunjukkan kelimpahan makanan di Indonesia. Dengan kelimpahan ini, Indonesia
tidak saja memberi makan kepada rakyatnya tetapi juga kepada para tamunya.
Memang, tumpeng yang ada di Milan kemarin itu dinikmati oleh lebih dari 1000
orang. Kiranya Indonesia bangga karena mampu memberi makan kepada pengunjung
sejumlah itu.
Ukur tinggi tumpeng, foto mbak Ina W |
Tumpeng itu patut mendapat
penghargaan. Dan memang ada penghargaannya, dari MURI sekaligus dari GWR
(Guinness World Records). Tumpeng itu adalah kado terindah di hari ulang tahun
ke-70 negeri ini. Tumpeng itu kiranya tepat dinamakan TUMPENG KEMERDEKAAN.
Tumpeng itu memang diberi simbol kemerdekaan. Ada 17 macam lauk pauk yang
memberi rasa padanya. Angka ini menunjukkan tanggal 17. Bulan Agustus diwakili
oleh angka 8. Dan tumpeng itu dibuat dengan 8 tingkatan. Di bagian dasar
tumpeng itu masih ada hiasan 45 tumpeng kecil yang mengelilingi kaki tumpeng
kemerdekaan ini. Angka 45 menunjukkan tahun 1945 sebagai tahun kemerdekaan.
Itulah sebabnya tumpeng itu
tinggi sekali. Mencapai 2,28 meter dan diameter (garis tengah) 1,6 meter.
Tumpeng yang melambangkan kelimpahan makanan ini kiranya bukan saja menunjukkan
pada dunia internasional bahwa Indonesia mampu memberi makan kepada para
tamunya. Tetapi, lebih penting lagi adalah menunjukkan kepada masyarakat
Indonesia bahwa tumpeng itu adalah simbol kerja keras para pemimpin untuk
menghidupi rakyat Indonesia. Jika tidak, tumpeng ini hanya ilusi belaka. Hanya
pemuas dahaga sesaat. Setelahnya, pengunjung akan mengejek tumpeng yang
melambangkan kelimpahan itu.
Salam merdeka dari kota
Milano
17/8/2015
Post a Comment