Halloween party ideas 2015



Indonesia hingga saat ini statusnya tidak jelas. Dibilang kaya bahan makanan ya. Dibilang tidak juga ya. Seperti berada di antara ya dan tidak. Memang Indonesia mempunyai banyak orang kaya. Namun, Indonesia juga mempunyai banyak orang miskin (mayoritas). Bahkan yang lebih sering diperhatikan dunia internasional adalah masalah gizi buruknya.

Status Indonesia yang berada ‘di antara’ ini rupanya tidak tampak dalam Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70 di kota Milan. Di sana, tidak tampak sama sekali status ‘di antara ini’. Yang ada di sana justru sangat gamblang yakni Indonesia kaya dan mampu menghidupi rakyatnya. Ini ditampilkan dalam tumpeng yang uniknya bukan main.

Tumpeng ini seolah-olah mengatakan pada para pengunjung bahwa begini lho situasi Indonesia. Makanan berlimpah untuk warganya dan juga para tamunya. Tumpeng itu sekaligus membungkam para pengamat yang selalu mencari berita tentang kelaparan di Indonesia. Emang Indonesia masih lapar? Tentu saja tampaknya tidak. Tetapi sebenarnya banyak orang Indonesia yang lapar akan kebutuhan dasar ini yakni makanan. Sangat sulit dipastikan angkanya. Yang mudah dibuktikan adalah tanda-tanda kelaparan itu sendiri. Pengemis, penganggur, petani yang kehidupannya tidak makmur, nelayan yang tidak jelas mata pencahariannya, pekerja digaji rendah, pegawai kontrak yang tidak jelas pekerjaan tetapnya. Inilah tanda bahwa Indonesia masih memiliki banyak orang lapar.

Foto Tumpeng Merdeka, Mbak Ina W
Kelaparan ini boleh saja nyata di Indonesia tetapi di Ekspo Internasional di kota Milan kelaparan ini tidak ada. Tema Ekspo memang mengajak manusia menjaga alam, merawat alam, bahkan memberi makan kepada alam agar tetap hidup sejahtera. Ini berarti juga mengajak kita untuk memberi makan kepada sesama kita. Tema ‘memberi makan kepada alam’ mungkin terlalu bombastis karena seharusnya alamlah yang justru memberi makan dan menghidupi manusia, bukan sebaliknya. Melihat jauh lebih dalam, masalah manusia dan alam saat ini sebenarnya bukan soal makanan. Masalah yang sebenarnya—mengutip pendapat Paus Fransiskus—adalah ketidakadilan.

Paus asal Amerika Latin ini mengatakan bahwa ‘kita mempunyai makanan berlimpah dan cukup untuk semua manusia’. Alam kiranya sudah menyediakan semuanya untuk manusia di planet bumi ini. Jadi, alamlah yang memberi makan pada manusia. Paus melanjutkan bahwa ‘begitu banyak orang yang merampas makanan orang lain’. Ini kiranya konkret pada beberapa orang yang menguasai sebagian besar kekayaan alam bumi ini. Dari ketidakadilan inilah lahir kelaparan.

Kelaparan seperti inilah yang juga nyata di Indonesia. Tetapi Indonesia juga punya kekayaan alam yang berlimpah. Indonesia adalah salah satu negara dengan kelimpahan makanan. Kelimpahan ini kiranya ditampilkan dalam TUMPENG BESAR yang ada di paviliun Indonesia pada 17 Agustus kemarin.

Tumpeng ini betul-betul menunjukkan kelimpahan makanan di Indonesia. Dengan kelimpahan ini, Indonesia tidak saja memberi makan kepada rakyatnya tetapi juga kepada para tamunya. Memang, tumpeng yang ada di Milan kemarin itu dinikmati oleh lebih dari 1000 orang. Kiranya Indonesia bangga karena mampu memberi makan kepada pengunjung sejumlah itu.

Ukur tinggi tumpeng, foto mbak Ina W
Tumpeng itu patut mendapat penghargaan. Dan memang ada penghargaannya, dari MURI sekaligus dari GWR (Guinness World Records). Tumpeng itu adalah kado terindah di hari ulang tahun ke-70 negeri ini. Tumpeng itu kiranya tepat dinamakan TUMPENG KEMERDEKAAN. Tumpeng itu memang diberi simbol kemerdekaan. Ada 17 macam lauk pauk yang memberi rasa padanya. Angka ini menunjukkan tanggal 17. Bulan Agustus diwakili oleh angka 8. Dan tumpeng itu dibuat dengan 8 tingkatan. Di bagian dasar tumpeng itu masih ada hiasan 45 tumpeng kecil yang mengelilingi kaki tumpeng kemerdekaan ini. Angka 45 menunjukkan tahun 1945 sebagai tahun kemerdekaan.

Itulah sebabnya tumpeng itu tinggi sekali. Mencapai 2,28 meter dan diameter (garis tengah) 1,6 meter. Tumpeng yang melambangkan kelimpahan makanan ini kiranya bukan saja menunjukkan pada dunia internasional bahwa Indonesia mampu memberi makan kepada para tamunya. Tetapi, lebih penting lagi adalah menunjukkan kepada masyarakat Indonesia bahwa tumpeng itu adalah simbol kerja keras para pemimpin untuk menghidupi rakyat Indonesia. Jika tidak, tumpeng ini hanya ilusi belaka. Hanya pemuas dahaga sesaat. Setelahnya, pengunjung akan mengejek tumpeng yang melambangkan kelimpahan itu.

Salam merdeka dari kota Milano

17/8/2015

Post a Comment

Powered by Blogger.