Mudah
sekali merenggut nyawa manusia. Berbagai cara ditempuh. Membunuh, menganiaya
sampai mati, dan sebagainya. Tak kalah menarik adalah mutilasi. Ini yang
terdengar segar dalam telinga kita saat ini.
Untunglah
media memberitakan itu. Kalau tidak, kasus ini akan berulang tanpa diketahui
publik. Kalau pun diberitakan boleh jadi kasus semacam ini masih diulang lagi.
Siapa yang tahu, calon pelaku mutilasi punya banyak alasan untuk itu.
Tidak
tahu kapan itu terjadi. Tetapi pasti ada. Bukan peramal ulung, tetapi belajar
dari kasus selama ini. Yang terungkap di media kadang-kadang menjadi pelajaran
bagi calon pelaku berikutnya. Kejadian yang sama pun akan terulang.
Ini
menjadi keresahan bersama. Harapannya kasus seperti ini berhenti. Pelakunya
diberi hukuman sebagai efek jera. Tetapi kalau sampai terungkap lagi kasus
baru, berarti keresahan ini bertambah panjang.
Lain
harapan lain kenyataan. Demikian yang terjadi di negeri ini. Dalam sekejab
mata, segalanya bisa berubah. Hari ini bilang A besok sudah jadi B. Mau jadi
apa kalau seperti ini?
Ada
keinginan bersama bahwa semua kasus harus tuntas sampai akar. Tetapi, selama
ini sebagian kasus saja yang demikian. Lainnya hanya hukuman sementara. Dalam
artian, tidak etrungkap sampai tuntas. Kadang-kadang diungkit lagi dan ada
bukti baru. Kadang-kadang malah ternyata pihak berwenang salam tangkap pelaku.
Siapa
yang berduit dia yang menang. Demikian slogan yang beredar di masyarakat. Dan
memang demikian kenyatannya. Paling tidak sebagian suasana persidangan
demikian. Curi Mangga, tak berduit, masuk penjara. Sebaliknya, curi uang
negara, ada uang banyak, silih dari hukuman.
Ini
pertanda hukum negeri ini tumpul untuk kaum berduit dan runcing untuk kaum tak
berduit. Jangan sampai kasus mutilasi ini jadi ajang pertarungan duit. Semoga
tidak ada lagi tubuh yang dimutilasi besok lusa.
PA, 8/3/13
Gordi
Post a Comment