Kasus korupsi belakangan
ini makin ramai dibicarakan. Keramaian ini menguak beberapa pos korupsi.
Pendidikan, olahraga, partai politik, kebijakan pemerintah, dan sebagainya.
Pos-pos ini memang rawan penyelewengan. Karena rawan makin ramai saja kasusnya.
Ada yang keramaiannya
hanya sebatas isu. Ada pula yang terbukti. Sampai di pengadilan. Pelakunya
disidangkan. Pelaku juga menguak beberapa jaringan kerjanya. Dari sini muncul
rantai panjang korupsi.
Keramaian ini seolah-olah
menjadi panggilan. Panggilan untuk beramai-ramai mengorusi. Terbukti orang
semakin berani menyelewengkan dana. Ada kekhawatiran berita korupsi makin ramai
diperbincangkan, makin ramai pula muncul pelakunya.
Korupsi adalah tindakan
rakus. Rakus uang, rakus harta, rakus kekayaan, rakus jabatan. Dari rakus ini
muncul tindakan korupsi. Rakus ini juga menyeret sesama manusia. Asal saya mau,
kamu bisa saya beli. Rakus nafsu.
Kerakusan memang menjadi
salah satu sifat asali manusia. Kerakusan ada pada tiap manusia. Tidak ada
manusia yang tidak pernah rakus. Kerakusan ini makin ganas jika pemiliknya
memelihara. Sebaliknya jika cepat diatasi manusia bisa mengendalikan
kerakusannya.
Mengendalikan sifat rakus
memang tidak mudah. Butuh kesabaran, kerja keras, dan kemauan yang kuat. Tetapi
dipastikan bahwa kerakusan itu bisa dikendalikan. Boleh jadi, pelaku korupsi
tidak mau dan merasa diri tidak mampu mengendalikan kerakusannya.
Kerakusan bisa diatasi
dari diri sendiri. Setiap orang punya potensi untuk memendam kerakusannya.
Tinggal saja apakah orangnya mau atau tidak. Jika tidak kerakusan ini makin
menjadi dan meraja lela. Di sinilah akan muncul tindakan korupsi.
Kita berharap manusia
zaman ini tidak ada yang memelihara sifat rakusnya. Sifat ini menggerogoti segala
sendi kehidupan. Bahkan sendi hidup bersama juga ikut tergerogoti. Makin tua
makin rakus. Padahal idealnya makin tua makin hkuat mengendalikan kerakusannya.
Salam rakus
PA, 3/5/13
Gordi
Post a Comment