Setelah minum air biasanya saya menuju kamar mandi. Di sana saya
menggunakan air untuk gosok gigi dan cuci muka dan melanjutkan dengan mandi.
Saya gosok gigi pakai air bersih. Ada pengaturan dingin, hangat, dan panas.
Saya selalu memilih yang hangat. Sesuai keadaan suhu. Kalau dingin ya pilih
panas. Kalau panas ya pilih dingin, dan sebagainya.
Demikian juga dengan air untuk mandi. Saat musim dingin sekali, saya
memilih untuk mandi pakai air hangat. Saat capek sekali, saya mandi pakai air
yang agak panas dari biasanya. Kata teman saya, kalau capek mandilah air panas
biar bias tidur pulas setelahnya dan hilanglah capeknya. Saya selalu
menggunakan cara ini setelah pulang bepergian yang membuat tubuh saya capek.
Air juga saya pakai sehabis buang air besar dan kecil. Untuk membersihkan
perabot yang terkait. Betapa malu juga saya jika selalu mengingat perbuatan
ini. Saya buang air kecil, misalnya, kemudian harus menghabiskan air lagi untuk
membersihkan toilet. Tetapi memang begitulah hukumnya. Jika tidak, kamar mandi
pasti mengeluarkan bau yang tak sedap di hidung.
Hitung-hitung dalam sehari saya menghabiskan banyak air. Pagi hari saja
setelah bangun saya menghabiskan sekian liter air. Padahal untuk mengadakan air
seperti yang ada di kamar mandi saya butuh biaya besar. Untuk membayar listrik
yang mengangkat air menuju kamar saya, untuk membayar listrik yang membuat air
bias panas-dingin-hangat, dan sebagainya.
Suatu malam, saya dan dua teman saya, berkunjung ke seorang sahabat. Di
sana kami ngobrol sebentar. Saya baru pertama kali ke sini. Tampak luar rumah
mereka bagus dan sepintas seperti orang kaya. Mereka tinggal di apartemen
mewah. Saya tak tahu berapa bayarnya setiap bulan.
Rupanya tampak luar dan kesan pertama tidak seindah yang dirasakan
penghuninya. Di dalam suasananya lain. Saat kami ngobrol saya mulai merasa
dingin. Kedua teman saya tahu penyebabnya. Dan, sahabat kami ini langsung saja
menyebut penyebabnya. “Maaf ya rumah ini tanpa pemanas ruangan.” Astaga, kataku
dalam hati. Pantas saja dingin sekali. Sebab, di kamar saya yang ada
penghangatnya tidak merasakan seperti ini.
Di rumah ini setidaknya ada 2 anak kecil. Inilah yang saya sayangkan. Anak
kecil ini mandi pakai air dingin. Dan, bayangkan, betapa dinginnya mereka mandi
pakai air dingin. Pagi hari misalnya saat suhu masih berkisar 0-5 derajat
Celcius mereka mandi. Tidak ada air hangat seperti yang saya pakai di kamar mandi.
Ah betapa ironisnya hidup ini. Saya berterima kasih pada Sang Pemberi yang
memungkinkan saya untuk menggunakan air hangat. Saya tidak mau melalaikan
penggunaan air ini. Rupanya banyak orang yang membutuhkan air seperti ini
tetapi taks anggup mendapatkannya. Terima kasih.
Prm, 10/3/2014
Gordi
Post a Comment