Dengan pendidikan seorang
anak pelan-pelan akan memahami perkembangan hidupnya. Dia mempelajari makhluk
lain di sekitar kehidupannya. Juga kehidupannya sendiri dari kecil hingga
dewasa bahkan jika kelak dia tua nanti. Oleh karena itu, pendidikan ini menjadi
sesuatu yang mutlak sifatnya.
Kita pun berangan-angan agar
kita melewati pendidikan itu. Dan memang angan-angan kita itu jadi nyata. Bukan
angan belaka, kita mengenyam pendidikan. Hanya saja pendidikan yang kita terima
tidak sepenuhnya kita nikmati. Ada saat di mana kita merasa dijauhkan dari
dunia pendidikan.
Itulah yang dialami siswa
yang harus berputus asa karena gagal ujian. Harapannya memang tidak perlu putus
asa. Tetapi, kadang-kadang manusia merasa kecil di hadapan perasaannya. Dia
kalah dengan rasa putus asa itu.
Jalan itu memang tidak
mudah dilalui. Hanya mereka yang kuat dan mau belajar yang melewati jalan itu.
Selain itu, jalan itu hanya bisa dilalui jika kita ingin bersaing. Persaingan
yang ketat. Persaingan yang kadang-kadang diciptakan oleh pejabat pendidikan.
Yang tidak kuat bersaing akan kalah. Memang kita bisa menuntut. Sayang tuntutan
kita dirasa kecil di hadapan argumen sang pengambil kebijakan.
Para pendiri negeri ini
berharap dan bercita-cita agar penduduknya bisa melalui jalan pendidikan.
Sayang, para penerus mereka tidak memikirkan hal ini. Mereka berpikir jalan ini
hanya bisa dilalui oleh orang-orang tertentu. Jadinya, tidak semua penduduk
bisa mengenyam pendidikan. Cita-cita luhur pendiri bangsa lenyap tak berbekas.
Di hari pendidikan
nasional ini, kita berharap agar pejabat pendidikan kembali kepada cita-cita
awal dunia pendidikan. Pendidikan untuk semua. Bukan untuk kelompok khusus.
Andai pun ada yang dikhususkan mesti ada wadah lain yang bisa menampung
kelompok lainnya. Bukan peserta didiknya yang dikorbankan. Pendidikan itu mutlak
untuk semua penduduk.
PA, 2/5/13
Gordi
Post a Comment