Pernahkah
mendapat komentar pedas atau kritik tajam di kompasiana? Jika pernah Anda tahu
dan pernah merasakan tajamnya kritik/komentar itu. Jika belum siap-siaplah
menghadapinya. Tetapi ada baiknya membaca tips sederhana ini. Mungkin tidak
100% persen berhasil, tetapi bagi saya, inilah yang sudah saya lakukan.
Pada
awal bergabung di kompasiana, tidak ada komentar atau kritik pedas terhadap
tulisan saya di kompasiana. Kebetulan, saya memang menulis yang ringan-ringan
saja. Lagi pula, tulisan saya tidak ada yang menyerang orang/kelompok tertentu.
Tidak ada tulisan yang menyalahkan sesama kompasianers. Saya tulis yang
baik-baik saja. Saya pegang erat semboyan, Menulis
untuk Menyebarkan Kebaikan bagi Pembaca.
Beberapa
minggu terakhir, saya mendapat lebih kurang 3-4 kali komentar pedas pada
tulisan saya. Sedikit mengarah pada adu-domba dengan komentar orang sebelumnya
yang ada pada tulisan itu. Saya mengecek profil kompasianer itu. Ada yang tidak
ada gambar fotonya. Ada juga yang identitasnya tidak jelas. Ada juga yang ada
foto profil tetapi di setiap tulisannya selalu banyak komentar adu-domba.
Singkatnya, komentator model terakhir ini banyak kontroversinya.
Saya
pun setuju dengan pendapat beberapa teman bahwa mereka yang berkomentar
adu-domba atau sengaja mengritik itu bukan akun asli. Akun mereka tidak jelas
alias palsu. Entah sengaja dibuat untuk menyerang kompasioner tertentu ataukah
memang ada tujuan lainnya juga.
Lalu
bagaimana mengatasinya?
Saya
tidak membalas komentarnya. Biarkan komentarnya ada di situ tetapi tidak perlu
ditanggapi. Sebab, saya pernah membalas tetapi malah tambah gawat. Dia membalas
dan makin tak terarah debatnya. Tidak ada solusi ke arah yang baik. Saya
mengalah.
Dengan
cara saya—mendiamkan saja—ini, ada beberapa akun palsu yang sadar. Dia tidak
berkoemntar lagi di tulisan saya. Dia tahu, saya tidak akan mudah terpancing
dengan komentar liciknya.
Ada
pula yang muncul lagi di komentar orang lain yang saya balas. Saya tahu, dia
masih mau ajak untuk berdebat. Lagi-lagi saya tak menggubrisnya.
Setelah
itu, dia tidak datang lagi di lapak saya. Saya kira cara saya ini bisa
teman-teman praktikkan. Tentu ada yang berhasil dan ada yang tidak. Beginilah
cara saya mengatasi akun-akun yang bikin gerah di kompasiana ini.
Saya
berpikir, untuk apa mereka bergabung di blog keroyokan ini jika tujuannya hanya
mengadu domba orang atau hanya menciptakan masalah? Bukankah akan lebih elok
jika kita saling membangun? Yang salah kita perbaiki. Yang kurang kita
tambahkan, saling melengkapi, seperti suami dan istri yang saling melengkapi.
Tidak
dilarang berbeda pendapat, tetapi mesti mau juga menerima perbedaan itu. Jangan
karena beda pendapat, terpancing untuk menyerang yang lain. Juga, baik kalau
dibaca seluruh isi tulisan sebelum memberi kritik. Kalau hanya membaca sebagian
saja, lalu beri komentar, itu tidak elok. Saya ingat sewaktu kuliah dulu,
seorang dosen kami menekankan, tidak dilarang berkomentar asal pahami dulu inti
persoalan dalam bacaan/makalahnya. Kalau tidak, itu sama dengan berkomentar
lepas.
Demikian
tulisan berbagi pengalaman ini. Semoga bermanfaat. Selamat siang. Selamat
Paskah untuk umat Kristiani yang merayakannya.
PA,
31/3/13
Gordi
Post a Comment