Yang
lama tidak selamanya sudah kuno. Kalau modelnya kuno tentu masih ada yang bisa
diambil dari model itu.
Buku
lama bisa dianggap sebagai barang kuno. Tetapi sebenarnya tidak ada istilah
buku baru. Ada buku baru kemudian besok sudah menjadi buku lama ketika ada buku
yang baru diterbitkan.
Saya
tadi membuka-buka 2 majalah lama. Terbitan tahun 1994 dan 1995. Sekadar iseng
daripada duduk saja di perpustakaan. Naluri membaca saya langsung muncul ketika
masuk ruang pustaka.
Meski
sekadar membuka-buka, saya menemukan hal baru di dalam kumpulan jilid majalah
lama itu. Saya jadi tahu perkembangan sebuah kasus pada waktu itu. Ada juga
kolom yang ditulis oleh tokoh/penulis terkenal hari-hari ini. Ternyata mereka
ini menulis sejak dulu. Sebutlah nama beken Karni Ilyas yang sekarang menjadi
pemimpin redaksi TV One.
Dia
dulu menulis di majalah FORUM dan menjadi pemimpin redaksi di situ dari tahun
1991-1999. Saya jadi tahu latar belakang tokoh ini. Boleh jadi saya hanya tahu
kalau dia ini hanya wartawan TEMP dan bekerja di TV One, kalau tidak membuka
majalah lama ini.
Ah
sungguh mengasyikkan membaca buku/majalah lama. Tidak selamanya kuno. Tulisan
lama kadang-kadang bisa menjadi informasi menarik yang terkait dengan
perkembangan sekarang.
Jadi,
yang lama tidak selamanya kuno. Dan yang lama jangan dibuang. Tentu kalau tidak
ada tempat penyimpanan boleh dibuang atau disumbnagkan ke perpus daerah, teman,
sekolah, kampus, dan sebagainya. Saya beruntung punya waktu untuk berkunjung
dari satu pustaka ke pustaka lainnya, dan sempat membuka-buka majalah lama.
Dengan
demikian, tidak ada argumen tidak ada bahan untuk dibaca. Bukalah majalah lama
dan bacalah informasi di dalamnya. Semoga ebrmanfaat dan menginspirasi.
Salam
awal pekan.
PA,
18/3/13
Gordi
Post a Comment