KEGEMBIRAANKU SELAMA 29 TAHUN
Umur saya genap 29 tahun. Umur yang masih muda sekali
menurut ukuran orang Italia. Memang, fisik saya kelihatan muda. Masih anak
remaja, komentar beberapa orang. Padahal di Indonesia, umur 29 tahun sudah
digolongkan matang. Bukan lagi anak remaja tetapi sudah dewasa sekali bahkan
bisa bertanggung jawab dan diserahi tanggung jawab.
Saya
tidak mempersoalkan komentar orang tersebut. Mereka memang berhak untuk
berkomentar atas saya. Tetapi, saya selalu gembira merayakan hari kelahiran
saya. Demikian juga dengan umur 29 tahun. Hitung-hitung tinggal 1 tahun lagi
genap 30 tahun. Saya membayangkan akan terjadi sesuatu yang lebih istimewa di
hari ulang tahun yang ke-30 itu. Tanpa menunggu umur 30, sebenarnya, pada umur
29 ini saja sudah ada kegembiraan itu. Ya, hari ini saya gembira
sekali merayakan hari istimewa ini bersama teman-teman.
Seperti biasa, teman-teman di Indonesia sudah mengirim
terlebih dahulu ucapan SELAMAT ULANG TAHUN pada saya melalui facebook. Mereka
memang lebih dahulu 6-8 jam ketimbang kami di Italia. Perbedaan waktulah yang
membuat semua ini misalnya dengan WIT beda 8 jam, WITA 7 jam dan WIB 6 jam.
Ucapan lain muncul menurut waktu Italia. Tentu dari teman-teman saya di Italia.
Yang uniknya lagi, ucapan yang ada lebih banyak dari tahun lalu. Tahun ini
hampir 200-an ucapan. Dihitung dengan mereka yang mengirim lewat pesan inbox
facebook yang jumlahnya hampir 20-an. Tambah dengan mereka yang menulis di
dinding facebook sekitar 180-an. Panjang sekali daftarnya. Lebih panjang lagi
karena ucapannya datang hingga tanggal 19 Februari. Dari 15 sampai 19, 4 hari.
Kegembiraan ulang tahun ini rupanya tidak boleh
lama-lama. Hanya 2 hari saja. Tanggal 15 dan 16. Tanggal 16 malam, saya harus
masuk dalam kesedihan lagi. Sayang sekali padahal belum sempat telepon ke
rumah. Tanggal 16 sampai 20 saya terbaring di tempat tidur. Saya kena influenza
yang kebetulan sedang mewabah di Parma dan sekitarnya. Kesannya menjadi lain.
Saya langsung memberi label, hari ulang tahun yang membawa sakit. Saya tidak
mau menyebutnya sial sebab belum tentu ini sial. Saya justru menggunakan waktu
ini untuk bergumul dengan diri saya sendiri dan dengan Tuhan. Setiap hari saya
berdoa rosario lebih dari 2-3 kali. Saya ingin menyatukan penderitaan ini
dengan penderitaan Tuhan. Apalagi saya merasa dekat sekali dengan Tuhan dalam
hari-hari penantian ini. Banyak teman datang ke kamar, menjenguk saya. Ada yang
membantu mengantar makanan dan minuman, ada yang sekadar menayankan keadaan
saya, ada juga yang datang bercanda. Ada pula yang tidak sempat datang karena
sibuk. Saya membiarkan kamar saya tertutup tetapi tidak terkunci 24 jam seperti
biasa. Tak heran jika ada yang datang pada malam hari saat saya tidur. Saya
tahu mereka begitu baik pada saya. Saya melihat Tuhan lewat mereka yang datang
dan hadir di depan saya. Sungguh ini bukan lompatan iman. Ini adalah cara saya
memaknai sakit saya selama beberapa hari ini.
Suhu tubuh naik turun, batuk keras, kepala pusing, tidak
ada nafsu makan, tulang punggung dan bagian belakang terasa sakit. Inilah
gejala yang saya alami pada malam pertama. Sampai-sampai saya tidak bisa tidur
nyenyak. Tidak nyaman pokoknya. Untunglah saya lewatkan malam ini. Pagi hari,
saya menelepon teman saya agar jangan menunggu saya ke sekolah. Saya sakit,
kata saya, kalian pergi saja. Tidak lama kemudian datang seorang teman ke kamar
membawa sarapan. Dia membawa juga kegembiraan pada saya. Katanya, ada dokter
Gildo. Saya dan dia berharap agar dokter ini datang menemui saya atau minimal
melihat keadaan saya. Harapan kami terkabulkan. Dokter Gildo satang.
“Sakit kepala, panas?” tanyanya pada saya. Dia datang dengan Pastor Alfio
SX yang mengetuk pintu kamar saya.
“Ya dok. Lalu, bagian belakang juga rasanya sakit, tidak
nyaman untuk tidur,” sambung saya.
“Semuanya saya sudah mengerti. Ini influenza. Di luar
sana sedang berjangkit influenza. Minum paracetamol dan tidur,” balasnya tegas.
Setelahnya, mereka keluar dan saya minum obat paracetamol
yang diantar oleh Pastor Alfio ke kamar saya. Hari-hari berikutnya saya lalui
di dalam kamar sampai Sabtu 20 Februari. Hari Sabtu saya ikut doa pagi.
Rencananya mau ke sekolah tetapi rupanya belum kuat. Saya pun tinggal dan
istirahat di kamar. Tidak bisa beraktivitas di luar. Daripada tidur terus, saya
membaca buku.
Rupanya butuh waktu lama untuk memulihkan keadaan ini.
Dari Sabtu yang lalu itu, hari ini baru saya bisa menulis kenangan indah ini.
Butuh waktu 1 minggu. Totalnya dari sakit sampai sekarang 2 minggu. Hari ini,
batuk kering masih ada, panas sudah hilang, flu juga hilang. Entah sampai kapan
batuk kering ini. Semoga cepat sembuh.
Hari Minggu yang lalu saya sudah telepon ke rumah. Bapak ibu dan adik-adik sehat.
Saya gembira mendengar keadaan mereka baik-baik begini. Kegembiraan yang
dicampur dengan kesedihan. Saya dengan sedih menyampaikan pada Mama bahwa saya
baru saja sembuh dari sakit dan sedang sakit kecil-kecilan juga. Mama yang
sebelumnya senang dan mengucapkan selamat ulang tahun pada saya langsung
berubah nada suaranya. Tetapi saya meyakinkannya bahwa saya sudah sembuh. Dia
kemudian membalasnya dengan nada suara gembira seperti sebelumnya. Rupanya
mereka sedang merayakan ulang tahun dari adik saya paling kecil. Jadi, tidak
apa-apalah saya ikut gembira bersama mereka.
Saya berterima kasih pada Tuhan atas pengalaman indah di
hari ulang tahun ke-29 ini. Meski sakit setelahnya, saya tetap mengucapkan
terima kasih pada Dia dan juga pada teman-teman. Sungguh Tuhan Yesus dan
teman-teman hadir bersama saya dalam sakit saya selama hampir 2 minggu ini.
Saya memang tidak banyak beraktivitas. Saya banyak diamnya. Dalam diam saya
memikirkan teman-teman saya yang membantu saya. Saya memikirkan Tuhan Yesus
yang begitu baik mengirim teman-teman ini untuk membantu saya. Makanya saya
juga ingin menjalin relasi yang dekat dengan Tuhan. Satu-satunya doa yang bisa
saya panjatkan selama sakit adalah doa rosario. Maka, saya mendaraskannya
sambil tidur atau kadang-kadang duduk, dari 2-3 kali atau lebih dalam sehari.
Rasa-rasanya saya berdialog langsung dengan Tuhan dalam doa tersebut. Terima
kasih Tuhan.
PARMA, 27/2/2016
Gordi
Post a Comment